Semua Bab My Cold Doctor (Indonesia): Bab 111 - Bab 120
153 Bab
Kenyataan Pahit
“Jangan terlalu memikirkan orang lain, terkadang diri sendiri perlu kau pikirkan, kau utamakan.”***Nadya masih berada di ruang residen ketika ponselnya berdering dan mendapati dokter Ridwan meneleponnya. Jantung Nadya seperti berhenti berdetak, dengan tangan sedikit bergetar, ia mengangkat panggilan itu.“Hallo, hasil pemeriksaan saya sudah keluar, Dok?” Nadya menahan nafasnya, ia benar-benar penasaran dang sangat ingin tahu hasil dari pemeriksaan menyeluruhnya tadi.“Sudah, bisa ke ruangan saya, Dok?”Nadya memejamkan matanya, kenapa rasanya seperti menantikan eksekusi mati? Kenapa rasanya ia begitu takut melangkahkan kaki kesana? Nadya menghela nafas panjang, mengangguk pelan dan kembali bersuara.“Baik, saya kesana, Dokter.”“Ok saya tunggu, Dok.”TUTNadya meremas ponsel dalam genggamannya, jantungnya makin tidak karu-karuan. Bagaimana hasil pemeriksaannya
Baca selengkapnya
Only You
“Kok manyun, kenapa Sayang? Capek?” Anggara tersenyum kecut ketika melihat sang isteri tampak begitu murung ketika naik ke mobil. Mereka sudah harus pulang sore ini.“Agak pusing, kita pulang yuk, pengen istirahat.”Anggara mengulurkan tangannya, mengelus kepala sang isteri dengan lembut dan membawa mobil itu keluar dari halaman rumah sakit. Sesekali ia melirik Selly yang nampak sangat tidak bersemangat itu. Ada apa dengan isterinya? Kenapa ia tampak begitu lain?“Habis kena marah konsulen?’ tanya Anggara yang begitu penasaran.Selly hanya menggeleng perlahan, ia malah menyandarkan tubuhnya di jok dan memejamkan matanya, membuat Anggara tersenyum kecut dan tidak banyak bertanya lagi. Fokusnya pada jalanan dan segera mungkin sampai ke rumah agar sang isteri bisa segera istirahat.Walau dalam hati Anggara ia begitu penasaran pada perubahan wajah dan mood sang isteri, namun ia tidak berani banyak bertanya, ia percay
Baca selengkapnya
Trust Me
"Jadi seperti ini rasanya takut kehilangan?"***Selly sudah sibuk berkutat di depan MacBook miliknya, ia sedang fokus mengerjakan presentasi kasusnya sebagai tugas akhir di stase obsgyn. Setelah ini, dia akan pindah stase, entah stase apa lagi, yang jelas ia sudah begitu siap.Ia begitu serius dengan MacBook-nya, sementara Gilbert tengah bersama sang papa. "Besok jadi dokter bedah sehebat bapak kau ini ya, Sayang."Anggara menimang Gilbert yang sudah begitu harum dengan aroma minyak telon berpadu dengan hair lotion itu, harum yang begitu menenangkan."Jadi internis kayak mamamu aja, Sayang!" Selly berteriak dari hadapan laptopnya, apaan sih pakai di doktrin harus jadi dokter bedah? Curang!"Elah selesaikan dulu presentasi mu, Sayang. Buat betul-betul, jangan hilang lagi flashdisk mu." Anggara melirik Selly yang nampak begitu serius dengan presentasi yang tengah dia buat itu.Selly mencebik, ia kembali fokus pada MacBook di
Baca selengkapnya
Pergi?
Selly menggebuk gemas lengan sang suami, nafasnya tersenggal-senggal. Anggara kembali memacu tubuhnya dengan luar biasa panas malam ini. Membuat tubuh Selly rasanya lemas tidak bertenaga. Nampak Anggara terkekeh, bergegas  bangkit dan melangkah ke kamar mandi sambil membawa pakaiannya.Selly menutupi tubuhnya yang masih polos itu dengan bedcover, benar kata sang suami, mata Selly sontak langsung terasa begitu berat dan tidak perlu waktu lama, Selly langsung terlelap di balik selimutnya, mengabaikan Anggara yang masih sibuk membersihkan diri selepas bermandikan keringat bersama malam ini. Siapa sih yang tidak tergoda dengan mulus kulit sang isteri itu? Anggara laki-laki normal,  jadi jangan salahkan dia kalau dia begitu menggebu berhasrat pada sang isteri.Anggara menyeka rambutnya yang sedikit basah efek dia yang mencuci wajahnya, tersenyum melihat sang isteri sudah tertidur begitu pulas di balik selimut.“Nah ... apa aku bilang? Kau sih nggak pe
Baca selengkapnya
Cinta Gila?
“Setinggi apapun sekolahmu, kau akan tetap bodoh dan dungu ketika harus berhadapan dengan cinta yang membelenggumu.”***“Tapi aku nggak mau jauh lagi dari dia, Nat.”Natasya menghela nafas panjang. Ada apa dengan kakaknya ini? Kenapa dia begitu keras kepala dan hanya memikirkan seseorang yang bahkan mungkin sama sekali tidak pernah memikirkan dirinya.Tentu dia tahu betul siapa Anggara Tanjaya yang begitu Nadya, sang kakak, gilai itu. Sosok itu sering kerumah dulu, sering menjemput kakaknya ke kampus, rumah sakit atau ketika mereka ada tugas belajar bersama. Nadya selalu menceritakan tentang sosok itu, sosok yang selalu Nadya katakan sebagai perwujudan Dewa Hermes dalam kehidupan Nadya.Natasya akui, sosok itu memang luar biasa mempesona. Dengan postur tinggi tegap dan kulit bersih, ditunjang wajahnya yang begitu mempesona luar biasa, siapa saja pasti akan tergila-gila pada sosok itu. Natasya pun h
Baca selengkapnya
Haruskah Pergi?
“Jika aku tidak diizinkan memilikimu selamanya, semalam pun rasanya sudah sangat cukup.”***Nadya sudah bersiap dengan setelan scrubnya, ia sudah duduk di meja makan apartemen dengan setangkup roti gandum berisi selai cokelat. Segelas susu hangat juga sudah terhidang di sana, sebuah kebiasa efek Nadya yang sejak kecil tinggal di benua biru, tidak terbiasa makan nasi di pagi hari.Ia menatap nanar hidangan di hadapannya itu, pikirannya malah tertuju pada obrolan yang kemarin ia dan Natasya, sang adik lakukan. Obrolan yang berakhir dengan pemutusan sepihak sambungan yang Natasya lakukan.Nadya tahu, Natasya tidak suka dengan sikapnya yang keras kepala, tidak mau sekalipun mendengarkan nasehat sang adik perihal perasaan yang selama ini Nadya simpan untuk Anggara. Apakah Nadya salah jika jatuh cinta pada sosok itu? Anggara punya banyak nilai plus yang membuat lawan jenisnya tegila-gila pada sosok itu!“Salah
Baca selengkapnya
Don`t Be Crazy, Nad!
“Sekali-kali pikirkan dirimu sendiri, jangan terlalu memikirkan orang lain!”***“Sory, Nad. Gue nggak bisa,” tolak Anggara tegas, ia menatap lurus ke dalam manik itu, sebagai penekanan bahwa ia serius dengan apa yang dia ucapkan.Tampak perempuan di hadapannya itu menghela nafas panjang, menggeleng perlahan sambil tersenyum masam.“Perlu gue temuin isteri lu? Minta izin sama dia, Ang?” tantang Nadya serius.Anggara mendengus kesal, ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang ada di dalam jalan pikiran Nadya ini.“Jangan gila, Nad! Tolong pikirkan perasaan isteri gue!”“Kalau begitu jangan sampai dia tahu, lagipula elu nggak ada rugi-ruginya sama sekali nurutin apa yang gue mau ini, Ang!” suara Nadya bergetar hebat, ia masih menatap manik mata Anggara yang menatapnya begitu tajam itu.“Lu bilang gue nggak rugi? Please Nad, gue bakal ru
Baca selengkapnya
Move On?
"Untuk apa berharap pada akar yang lapuk? Tak ada rotan, akar pun jadi. Tak ada akar? Masih ada rotan, bukan?"***Nadya menatap nanar lalu lalang orang-orang yang ada di sekitarnya, ia sudah mendaftar ke poli saraf, bukan untuk melanjutkan pemeriksaan seperti yang sudah dokter Ridwan sarankan, melainkan untuk meminta segala macam data rekam medisnya untuk di bawa ke Jerman.Sudah saatnya Nadya memikirkan dirinya sendiri, setidaknya Natasya benar, siapa yang akan memikirkan dirinya kalau bukan Nadya sendiri.Sekali lagi ia mengalami penolakan. Anggara dengan tegas menolaknya, bahkan ajakan untuk semalam tidur bersamanya pun dia tolak mentah-mentah. Padahal apa susahnya sih menuruti apa yang Nadya mau? Bukankah beberapa pria sangat menyukai aktivitas itu, sampai terkadang kucing-kucingan dengan pasangan mereka, membohongi pasangan mereka, dan lain sebagainya.Dan Anggara, Nadya menawarkan tubuhnya,
Baca selengkapnya
Move On!
Nadya menitikkan air mata, dokter Budiyanto menghela nafas panjang, ia sudah selesai meneliti satu persatu dokumen hasil pencitraan yang Nadya sodorkan pada mejanya. Kebetulan di radiolog, jadi ia paham betul dengan apa arti dari hasil yang terhantar di mejanya itu."Saya ikut prihatin dengan apa yang terjadi pada Anda, dokter Nadya. Sayang sekali dokter harus mundur dari jajaran dokter yang rumah sakit ini miliki.""Saya mohon maaf, Dok. Semua diluar kendali saya, saya jujur syok dengan hasil pemeriksaan saya sendiri." Nadya menyeka air matanya, matanya memerah dan basah."Saya mengerti, Dokter. Belum jadi biopsi ya berarti?" Dokter Budi tidak menemukan lembar laboratorium yang menerangkan hasil biopsi sejawatnya itu."Belum, karena keluarga meminta saya pergi besok itu juga, Dokter."Kembali dokter Budi hanya mengangguk, kemudian memasukkan kembali print out hitam putih itu ke dalam tempatnya. Menyusunnya dengan rapi di atas meja."Saya do
Baca selengkapnya
Gairah?
"Eh-eh ... Kenapa sih Sayang?" Anggara terkejut luar biasa ketika malam itu Selly menariknya paksa dan membuatnya jatuh ke atas ranjang, ia langsung memeluk Anggara erat-erat."Capek nggak malam ini?" Tanya Selly yang kemudian merangkak naik ke atas tubuh Anggara yang sontak terbengong melihat tingkah isterinya malam ini."Kalau capek kenapa, kalau enggak kenapa?" Ujar Anggara balik bertanya yang sontak membuat Selly mencebik kesal."Jawab dulu apa susahnya sih?" Ia sontak mencubit hidung Anggara, mendadak kesal dengan suaminya itu."Ya kamu jawab dulu, nanti baru aku jawab." Anggara tersenyum menggoda, melipat dua tangannya dibawah kepala sambil menatap sang isteri lekat-lekat."Kan aku duluan yang bertanya!" Selly menggebuk lengan Anggara, wajahnya berubah manyun."Ya aku baru mau jawab kalau kamu jawab duluan!"Selly memutar bola matanya dengan gemas, ia sontak turun, menarik celana Anggara dengan paksa."Eh apaan? Nggak!" A
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status