All Chapters of My Cold Doctor (Indonesia): Chapter 101 - Chapter 110
153 Chapters
Damai
"Karena sejatinya, cinta itu tidak pernah mengharapkan balasan atau imbalan apa-apa."***Selly melenguh panjang, Anggara tersenyum melihat reaksi sang isteri atas tiap sentuhannya. Membuat Anggara makin terbakar gairah, hendak menyuguhkan 'cinta'-nya untuk sang isteri yang hari ini masih meragukan setiap perasaan cinta Anggara yang begitu dalam untuk sosok itu.Anggara makin beringas menyentuh inci tiap inci tubuh sang isteri, melepaskan satu persatu kain yang melekat di tubuh itu dengan begitu lembut, hingga pemasangan indah itu tersaji di hadapannya, membuat Anggara makin tidak tahan lagi.Selly memekik pelan, memejamkan mata erat-erat ketika sang suami mulai memasuki dirinya. Merasakan Anggara dengan begitu lembut menyatukan tubuh mereka petang ini.Nafas Anggara memburu, dengan perlahan-lahan ia mulai memacu tubuh dalam kungkungan tubuhnya, membuat tangan halus dan lembut milik Selly mencengkram kuat lengannya.Selly membuka matanya, wa
Read more
Sakit Apa?
“Benarkah apapun itu yang Tuhan berikan adalah anugerah?”***CUP“Semangat buat hari ini!” bisik Selly mesra selepas mencuri cium pipi sang suami.Anggara hanya tersenyum gemas ke arah sang isteri yang sudah lebih dulu keluar itu. Gadis cantik dan manis itu tampak melangkah dengan begitu ringan masuk ke gedung rumah sakit. Sementara dia masih duduk di joknya menatap kepergian sang isteri dari tempatnya duduk.Mana mungkin Anggara biarkan malaikat tidak bersayapnya itu pergi begitu saja? Minta cerai? Lebih baik dia dibunuh dari pada disuruh menceraikan Selly. Anggara tersenyum kecut, berharap kehadiran sosok itu tidak lagi membawa masalah dalam kehidupan rumah tangganya.Anggara menghela nafas panjang, melepas seat belt-nya kemudian melangkah turun dari mobil. Ia melangkah dengan begitu santai, harapannya hanya satu, dia tidak harus bertemu dengan sosok itu. Meskipun di dalam OK nanti presentasi dia bertemu dengan Nad
Read more
Ternyata!
Selly baru saja selesai memompa ASI-nya di ruang laktasi yang ada di poli Pediatric, rasanya sudah cukup enteng ketika cairan berwarna putih itu berhasil ia pindahkan ke kantong-kantong ASI yang dia bawa, tinggal disetor pada Anggara dan siap diantar ke rumah sekalian dia menjemput Felicia pulang sekolah.Selly melangkah ke toilet, mencuci tanganya bersih-bersih ketika sosok itu keluar dari salah satu bilik toilet. Selly mengangkat wajahnya, sontak mata mereka bertemu dari cermin besar yang ada di wastafel, dapat Selly lihat ia menyungingkan sebuah senyum, yang mau tidak mau Selly juga harus membala senyum itu.“Hai Nyonya Anggara Tanjaya, it`s our first meet, right?” sapanya sambil mencuci tangan di wastafel.“Yeah, you right. Nice to meet you doctor Nadya Anggranesia,” sapa Selly yang langsung dibalas reaksi terkejut dari wanita berambut cokelat itu.Selly tersenyum, mengeringkan tangannya dengan tisu dan menatap sosok yang masih
Read more
Tekad!
“Aku tadi ketemu dia,” desis Selly perlahan ketika ia dan Anggara dalam perjalanan pulang. Anggara sontak menoleh, dia? Dia siapa yang Selly maksud? Adit? Isterinya ketemu Adit? Apa yang memangnya mereka lakukan? “Kamu ketemu Adit?” tanya Anggara spontan, akan dia hajar residen itu kalau sampai macam-macam dengan isterinya, tidak peduli setelah itu dia akan kena skors dari manajemen rumah sakit dan kemungkinan berurusan dengan hukum, Anggara tidak peduli, yang jelas dia tidak akan tinggal diam kalau sampai isterinya disentuh makhluk satu itu. Selly yang tengah menikmati juss siap minum itu sontak tersedak dan terbatuk-batuk, membuat Anggara sontak menempikan mobilnya dan membantu Selly memuntahkan cairan yang kebablasan masuk ke tenggorokannya itu. “Kamu ini, ada urusan apa sampai tadi ketemu Adit?” kejar Anggara yang benar-benar penasaran, wajahnya sudah memerah, bukan karena dia sedang malu tapi dia sedang cemburu! “Kenapa jadi Adit sih? Sia
Read more
Dia Kenapa?
“Ngapain?” tanya Selly ketika Anggara sudah memasang senyum lebar ketika ia selesai menidurkan Gilbert di box-nya.“Katanya mau nyobain?”Selly sontak membulatkan matanya, menatap Anggara dengan tatapan cenggoh. Apa tadi suaminya itu bilang? Nyobain? Balon warna-warni dengan aroma buah tadi yang mau dicobain? Astaga!“Nyobain?” tanya Selly yang masih menatap sang suami dengan seksama, “Rasa es teller ada? Mau es teller.”Anggara sontak mengusap wajahnya dengan kedua tangan, kemudian mendekati sang isteri dan menatapnya dengan jarak yang sangat dekat.“Tunggu suamimu punya cukup uang, nanti pabrik k*ndomnya aku beli, aku buatin apa yang kamu mau,” bisik Anggara lalu meraih tubuh Selly, membawanya dalam gedongan dan membaringkannya di atas tempat tidur.Selly tertawa terbahak-bahak dan langsung bungkam ketika tubuh Anggara menindihnya. Menguci kedua tangannya dan netranya menatap leka
Read more
Dia Kenapa (2)
“Terkadang, orang baru menyadari hal terpenting dalam hidupnya, yang sudah banyak dia sia-siakan, ketika kematiannya sudah dekat di depan mata.” *** “Bawa dulu ke ruang ganti, perawat anestesi ready kan? Ada residen anestesi? Panggil!” Anggara panik, masalahnya operasi belum selesai dan penata anestesinya terkapar entah apa yang terjadi. Beberapa paramedis masuk, membawa tubuh itu keluar dari OK, di susul seseorang yang sudah siap dengan masker dan segala peralatan lain masuk menggantikan posisi Nadya. “Residen anestesi?” tanya Anggara yang belum bisa tenang sebelum posisi Nadya tergantikan. “Iya, Dokter.” Jawab laki-laki itu yang Anggara sendiri tidak tahu dia siapa. “Tahun ke ...,” “Tahun akhir, Dok!” Anggara hanya mengangguk pelan, dia sudah chief residen, itu artinya dia sudah kenyang pengalaman keluar masuk OK, menanggani kondisi demikian. Mata dan pikiran Anggara fokus pada obyek bedah da
Read more
Gejolak Hati
“Komitmen itu tentang kata hati, bukan apa yang memaksamu untuk pergi.”***“Sayang! Tunggu!”Anggara dengan panik berlari mengejar langkah itu. Kenapa isterinya bisa ada di sini? Dia begitu rapi dengan snelli-nya, apakah dia ada on call juga? Siapa yang malam-malam begini menyuruhnya datang kemari? Perlu Anggara bilang bahwa dia melarang Selly on call tengah malam begini? Tapi mana bisa? Tidak profesional namanya!Anggara terus berlari, tidak peduli selepas dia memaksa Nadya lepas dari pelukannya tadi, wanita itu sontak menitikkan air mata dan terisak. Anggara benar-benar tidak peduli, yang dia pedulikan sekarang hanyalah isterinya, bukan siapa-siapa.“Sayang, tunggu!”Anggara berhasil meraih tangan itu, menariknya hingga ia berhenti berlari. Tampak Selly mencoba melepaskan genggaman tangan itu, namun sia-sia, ia kalah tenaga.“Lepas!” Selly memberontak, namun
Read more
Hukuman?
Anggara sudah sampai depan pintu kamar mereka, ia menghela nafas panjang, menekan knop pintu dan menemukan Selly yang masih dengan bajunya tadi duduk bersandar sambil meluruskan kaki di atas ranjang.Mata mereka bertemu ketika Anggara masuk kedalam, sebuah tatapan mata yang tidak ramah, Anggara tahu itu.Anggara mendekat, duduk di tepi ranjangnya dan meraih tangan Selly, kembali berusaha meluluhkan hati sang isteri."Aku minta maaf, Sayang," desisnya lirih.Selly tidak menggubris, matanya kembali berkaca-kaca, kembali menitikkan air mata. Anggara makin erat menggenggam tangan sang isteri, satu tangannya menyeka air mata Selly yang menitik."Tau nggak sih kalau aku sayang sama kamu, Ko? Udah terlanjur cinta sama kamu? Kalau begini jadinya tau begitu aku nggak us-."Anggara menempelkan telunjuknya di bibir sang isteri, melepas genggaman tangannya dan meraup wajah Selly yang masih berurai air mata itu. Mata Anggara ikut memerah, ia tidak suka m
Read more
Demi Kamu
“Hal yang paling menakutkan itu ternyata adalah ketika kamu menantikan vonis untuk dirimu sendiri, menantikan jawaban tentang apa yang selama ini kau pertanyakan tanpa ada jawaban.”***“Bisa bangun, kan?” tanya Anggara yang tengah menggedong Gilbert itu sambil tersenyum jahil.Selly yang masih begitu berat membuka mata itu hanya mencebik, kembali menaikkan selimut dan memejamkan matanya. Badan Selly rasanya lemas tidak bertenaga, persendiannya terasa seperti lepas dari tubuh, sungguh ia tidak punya daya pagi ini.Anggara menatap sang isteri dengan senyum yang belum mau pergi dari wajahnya itu. Kenapa rasanya sebagai laki-laki ia begitu senang dan bahagia melihat Selly terkulai lemas seperti ini? Ahh ... Anggara rasa bukan hanya dirinya yang bahagia dengan pemandangan ini, laki-laki manapun pasti juga akan merasakan hal yang sama, bukan?“Sayang, masih harus koas, kan? Yuk bangun!” tidak
Read more
Meningioma?
“Ada hal yang sama sekali tidak bisa manusia rubah, sebanyak apapun uangnya, setinggi apapun jabatan mereka. Dan hal itu adalah kematian yang sudah Tuhan tuliskan dalam daur hidup mereka.”***Anggara buru-buru belok ke poli gigi dan mulut begitu melihat sosok itu melangkah keluar dari poli saraf. Ia tidak mau berurusan lagi dengan Nadya, sudah cukup dia dua kali ribut dengan sang isteri gara-gara perempuan satu itu. Anggara tidak mau!Nadya masih tampak begitu pucat dan ia melangkah dengan begitu tenang menyusuri koridor rumah sakit. Bajunya belum ganti, dan Anggara pastikan dia tidak pulang semalam.“Dok ... ngapain?”Anggara terkejut sampai hampir berteriak ketika tangan itu menyentuh pundaknya, untung dia tidak sampai berteriak. Kalau sampai Anggara berteriak, sudah dia pastikan Nadya akan mengetahui keberadaannya.Anggara menoleh dan mendapati Denta, dokter gigi spesialis orthodonti itu
Read more
PREV
1
...
910111213
...
16
DMCA.com Protection Status