Semua Bab MISTERI GADIS KEMBAR: Bab 11 - Bab 20
37 Bab
Bab 11. BERTEMU HARUNI DAN WIDARTA
   “Mayaaa!” terdengar suara teriakan Rudi. Ustadz Yusuf, Pak Karta, Bu Minah dan Laila bergegas menghampiri Rudi. Pak Karta dan yang lain yang tadi menghambur ke arah Rudi tersentak saat melihat tubuh anaknya luruh ke lantai.     “Rudi! Ada apa? Apa yang terjadi?!” tanya Pak Karta cemas.     “M-Maya ... Maya Pak ...”     “ ... Maya kenapa Rud!” seru Bu Minah. Wanita paruh baya itu langsung melesak masuk ke dalam kamar anaknya. Wanita itu terpaku seketika saat melihat tak ada menantunya yang tadi terbaring di atas kasur.     “Maya,” lirih wanita itu. Pak Karta semakin bingung kala melihat reaksi sang isteri. Laki-laki itu pun melesak masuk menyusul isterinya. Dia pun tersentak seketika. Sontak dia berbalik ke arah anaknya.     “Rud! Maya kemana?!” tanya Pak Karta.
Baca selengkapnya
Bab 12. TANDA APA INI?
    Waktu berlalu sangat cepat. Tak terasa hari berganti menjadi minggu, minggu ke bulan dan akhirnya masuk hitungan tahun. Usia Dara dan Diandra telah menginjak lima tahun. Selama kurun waktu lima tahun itu, tak ada perubahan yang berarti di Desa Damai. Bisa dibilang, sejak kelahiran si kembar, Desa Damai tak lagi damai. Ada saja peristiwa yang terjadi dari peristiwa yang umum terjadi hingga peristiwa yang terjadi di luar nalar manusia.     Seperti halnya pagi ini, Maya kembali kebingungan mencari si kembar.            Dia mengitari seluruh rumah dan menanyakan pada para tetangga.     “Dara ... Diandra, kalian kemana, Nak?” gumam Maya dengan langkah gontai memasuki rumah. Rudi yang melihat istrinya murung langsung tahu apa penyebab istrinya seperti itu.     “Si Kembar berulah lagi?” tanya Rudi. Rasanya dia juga lelah
Baca selengkapnya
Bab 13. KEPULANGAN USTADZ YUSUF
    “Sebenarnya apa yang terjadi, Pak ... Bu!” seru Rudi yang tiba-tiba saja masuk ke kamar mereka.     “Rudi?!” seru Pak Karta dan Bu Minah hampir bersamaan.     “Aku mohon Pak, tolong ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Semua yang sudah terjadi benar-benar di luar nalarku. Di mulai dari lahirnya Diandra lalu menghilangnya dia saat malam aqiqahan. Kemudian kejadian-kejadian aneh lain hingga menghilangnya anak dan isteriku. Sekarang, muncul tanda misterirus pada bagian tubuh kedua putriku,” tutur Rudi panjang lebar dengan tatapan menuntut.     Pak Karta dan Bu Minah, sama-sama menghela napas panjang dan saling berpandangan. Dengan isyarat, akhirnya mereka setuju untuk menceritakan semuanya pada Rudi.     “Ya Allah! Seberat itukah masalah ini!” seru Rudi sambil mengusap wajahnya dengan gusar setelah Pak Karta dan
Baca selengkapnya
Bab 14. KEMUNCULAN WATINA
    Meninggalkan keluarga Rudi dan Maya yang dilingkupi misteri. Jauh di Desa Dayoh, tepatnya di rumah milik Aki Sudra. Seorang wanita muda terlihat sedang berbincang dengan pemilik rumah.     “Jadi, kapan kamu akan kembali ke sana?” tanya Aki Sudra sambil membersihkan golok yang tadi digunakannya untuk menebas leher babi hutan yang diburunya.     “Secepatnya, Ki ...  secepatnya," ucap wanita itu.     “Wati, kamu tetap harus hati-hati. Jangan gegabah. Aku akan membantumu dari sini,” ujar Aki Sudra. Ya, wanita itu adalah Wati yang kini telah menguasai ilmu dari Aki Sudra.     “Iya Ki!” jawab Wati. Diam-diam wanita itu menyeringai licik. ‘Tentu kamu akan membantuku dengan memberikan nyawamu Ki” batin Wati. Ternyata selama belajar dengan Aki Sudra, Wati juga mencari tahu kelemahan Aki Sudra. Dia bermaksud me
Baca selengkapnya
Bab 15. AMARAH WATI
     “Haruni. Aku tahu apa yang diinginkan wanita itu. Kau! Jangan pernah coba-coba melukai anakmu. Kau tahu, bukan jika hanya anakmu yang bisa menjaga calon mempelaiku?! Akan ada hukuman untukmu jika kau melanggar perintahku!” seru suara yang bergema itu. Kemudian terdengar suara tawa yang mengerikan. Haruni bergidik ngeri. Pikirannya menerawang pada hukuman yang akan dilakukan iblis itu. Dia pernah merasakannya sekali dan itu sangat mengerikan. Mendengar ancaman dari tuannya dan mantra  dari wati membuatnya bimbang.      “Kau tenang saja, aku akan berikan mantra agar kau bisa melawan mantra penakluk itu,” ucap suara itu. Tiba-tiba ada hembusan angin yang menerpa dirinya. Haruni juga merasa ada sesuatu yang merasuk ke dalam tubuhnya.      “Sekarang kau akan bisa menahan mantra apapun. Aku juga akan berikan pada suamimu,” kembali terdengar suara yang menggelegar itu.      “Te
Baca selengkapnya
Bab 16. MENOLONG WATI
    Entah berapa lama Wati berputar-putar di dalam hutan terlarang dan selalu kembali ke gubuk Haruni dan Widarta. Sedangkan kedua orang itu raib entah kemana.    “Aargh!” teriak Wati.    “Berapa lama lagi aku harus berputar-putar di hutan ini?!” teriaknya. Kemudian dia jatuh terduduk dan menangis.    Wati kembali mencoba untuk mencari jalan keluar dari hutan terlarang. Namun usahanya selalu gagal. Tanda yang dibuatnya selalu hilang secara misterius.    Waktu terus bergulir hingga tanpa pernah disadari Wati dia telah berada di hutan itu selama lima tahun lamanya.    Beda di dalam hutan, beda pula dengan di luar hutan. Desa Damai sepertinya kini benar-benar sesuai dengan namanya. Ya, desa itu terlihat damai. Si Kembar sudah berusia sepuluh tahun. Tak pernah ada bencana apapun lagi. Gadis remaja itu tumbuh layaknya gadis remaja seusi
Baca selengkapnya
Bab 17. WANITA LICIK
    Wati menghempaskan tubuhnya di kursi kayu yang ada di teras rumahnya. Dia mengusap kasar wajahnya. Dia bahkan tak perduli saat melihat kondisi rumahnya yang sudah mirip rumah tua. Saat ini dia hanya ingin istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa lelahnya. Rupanya dia masih belum sadar jika dia terjebak cukup lama di hutan terlarang.    Wati bangun dari duduknya dan melangkah memasuki rumah. Keningnya mengkerut saat menyadari kondisi rumahnya.    ‘Bukankah aku tidak pulang hanya beberpa hari. Tapi ... kenapa rumahku seperti sudah aku tinggalkan bertahun-tahun lamanya’ gumam Wati dalam hati. Wanita itu bergidik ngeri sendiri melihat keadaan rumahnya. Dia menghembuskan napas kasar dan bergegas membersihkan rumahnya. Sesekali terdengar suara gerutuan darinya.    Setelah selesai membersihkan rumah dia merasakan perutnya lapar. Dia mengambil dompetnya dan keluar rumah untuk membeli makana
Baca selengkapnya
Bab 18. TRAGEDI DI MALAM PURNAMA
    Hari yang dinantikan oleh Wati akhirnya tiba juga. Malam itu adalah malam bulan purnama. Namun, bulan purnama malam itu sangat mengerikan. Entah bulannya atau hanya sinarnya yang seakan berwarna semerah darah.    Di kediamannya, Ustadz Yusuf merasa sangat gelisah. Seorang wanita paruh baya mendekati Ustadz Yusuf. Wanita itu duduk di depan Ustadz Yusuf.    “Pak, ada apa? Ibu perhatikan sejak tadi sepertinya Bapak gelisah sekali. Apa ada hubungannya dengan suasana malam ini?” tanya wanita itu yang ternyata adalah isteri dari utadz Yusuf.    “Entahlah Bu. Bapak juga tidak tahu. Tapi, memang perasaan bapak terasa tidak enak. Seperti ... akan terjadi sesuatu yang besar,” ungkap ustadz Yusuf.    Tiba-tiba terdengar suaran teriakan orang yang memanggil ustadz Yusuf dengan nada panik.    “Assalamu’alaikum! Ustadz! Assalamu&
Baca selengkapnya
Bab 19. MIMPI YANG SAMA
    Malam itu terasa begitu sunyi. Denting jam yang tergantung disalah satu dinding kamar terdengar begitu nyaring. Membuat suasana malam itu terasa begitu mencekam.     Aarrggh!     Teriak Diandra yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Dadanya nampak naik turun dengan napas yang memburu. ‘Lagi-lagi mimpi yang sama. Siapa sebenarnya mereka? Kenapa selalu saja datang dalam mimpiku’ gumam gadis itu. Dia meraup wajahnya dengan kasar. ‘Aku harus bicara sama Kak Dara’ batin Diandra. Kemudian dia turun dari tempat tidurnya dan mengatunkan langkah keluar dari kamarnya.     Suasana tampak sepi saat dia keluar dari kamar. Dia melihat ke arah kamar yang ada di sebelah kamarnya. Tampak kamar itu begitu gelap. ‘Kamar Kak Dara gelap, apa dia lembur lagi malam ini’ batin gadis itu bertanya-tanya. Dia menatap sedih kamar itu. Sudah hampir sepuluh tahun dia hanya tinggal berdua dengan kakak kembarnya. Sejak saat it
Baca selengkapnya
Bab 20. CERITAKAN YANG SEBENARNYA
    “Kek, sebenarnya, apa yang terjadi pada kak Dara?” tanya Diandra cemas. Saat ini mereka tengah duduk di ruang tengah setelah ustadz Yusuf menenangkan Dara.     “Sangat panjang ceritanya,” jawab ustadz Yusuf singkat.     “Sepanjang apapun, Andra siap mendengarkan, Kek. Tolong, Kek. Tolong, ceritakan semuanya,” pinta Diandra dengan tatapan memohon. Pria yang usianya tak lagi muda itu pun menghela napas panjang.     “Kakek, akan ceritakan. Tapi, tidak sekarang,” ujar ustadz Yusuf.     “Istirahatlah dan temani kakakmu,” sambung ustadz Yusuf. Kemudian pria itu pun bangkit dan beranjak dari duduknya.     “Kakek, mau kemana?” tanya Diandra saat melihat pria tua itu melangkah menuju ke pintu keluar.     “Kakek mau ke masjid lalu ke rumah pamanmu sebentar,” jawab ustadz Yusuf. Sejak sepuluh tahun lalu atau tepatnya sejak tragedi yang men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status