Semua Bab My Crazy Boss (Indonesia): Bab 71 - Bab 80
188 Bab
Ch. 71 Pacar?
"Gue kira lu nggak bakal dateng." tampak bibir yang sudah di salut lipcream warna merah menyala itu manyun, namun hanya sebentar karena sedetik kemudian senyum itu merekah sempurna melihat Arnold yang muncul menemui dirinya. "Gue udah janji kemarin, pasti datang lah." ujar Arnold sambil memasang senyum di wajahnya. Sedetik kemudian dia baru sadar bahwa dia adalah laki-laki paling brengsek. Bisa-bisanya dia tersenyum begitu manis, membumbung kan tinggi hati gadis di hadapannya dengan kehadiran dan kata-kata manis yang meluncur dari mulutnya barusan. Padahal, rencana busuk apa yang hendak Arnold jalankan guna menyingkirkan sosok ini dari hidupnya? Sungguh sebuah rencana yang keji dan tidak manusiawi. Tapi mau bagaimana lagi? Hanya ini yang bisa dia lakukan karena Scarletta tampak sangat antusias dengan perjodohan yang orang tua mereka rencanakan, tidak seperti Arnold yang diam-diam menolak keras semua rencana gila ini. "Aduh-duh, mak
Baca selengkapnya
Ch. 72 Bagaimana Bisa?
"Sudah punya pacar, kan?"Kembali pertanyaan itu tertuju pada Sisca, membuat Sisca tersentak dan nyengir lebar. Pacar yang mana yang hendak dia bawa besok? Itu yang sekarang membuat Sisca pening kepala."Ng ... su-sudah, Pa." Jawab Sisca akhirnya."Orang mana? Besok ajak ke Semarang, papa mau kenalan." Perintah suara itu tegas. "Jaga diri baik-baik, Sis. Nggak boleh macem-macem sebelum nikah loh, ya?"Skakmat!Sisca menepuk jidatnya, bagaimana kalau papanya ini tahu Sisca sudah beberapa kali tidur dengan Arnold? Laki-laki yang sebenarnya bukan kekasih Sisca, laki-laki yang sudah memiliki calon isteri. Ah ... Bisa serangan jantung papanya nanti."Iya, Pa. Sisca ngerti kok. Semua sehat, kan, Pa?" Tanya Sisca berusaha mengalihkan pembicaraan."Sehat semua, kamu baik-baik saja, kan?"Sisca hanya mendehem pelan, selanjutnya ia diam menyimak semua kabar yang papanya sampaikan melalui sambungan telepon. Sebuah cerita dan obrolan yang
Baca selengkapnya
Ch. 73 Memaksakan Kehendak?
“Jelek amat sih? Aku tidur sini lagi ya?”Sisca sontak melotot, menggebuk lengan Arnold dan mendorongnya agak jauh dari sisinya. Bibir Sisca mengerucut, apaan sih laki-laki ini? Baru jadi selingkuhan saja sok overprotective! Eh apa tadi Sisca bilang? Selingkuhan? Astaga, kembali rasa bersalah Sisca pada Rizal menyeruak.Ya ... sebuah kondisi yang menyebalkan kalau dipikir-pikir.Bagaimana tidak? Terkadang Sisca bisa merasa bersalah, menyesal setengah mati atas apa yang sudah dia lakukan pada Rizal, tapi di sisi lain, ketika buaya di depannya ini sudah melancarkan semua trik-trik berbahayanya, Sisca bisa dengan begitu mudah luluh dan tertekuk lutut. Kurang ajar bukan?“Eh apaan sih? Sukanya gitu ya, main tangan!” protes Arnold sambil mengusap lengannya.“Biarin, sana balik sana!” usir Sisca lantas bangkit dan hendak masuk ke dalam kamarnya.Tangan Arnold mencekal tangan Sisca pergi, menarik sosok itu hingga
Baca selengkapnya
Ch. 74 Begitu?
Sisca mengerutkan keningnya, memandangi Arnold yang tampak tengah menerima telepon dari seseorang itu. Jika tadi wajahnya tampak begitu kesal ketika menerima telepon, kini wajahnya berubah datar, kaku dan begitu tegang.Sisca tahu betul bahwa sosok itu tengah terkejut dan syok dengan entah apa yang dia dengar melalui sambungan telepon. Entah siapa pula yang menelepon bos besar itu, Sisca juga tidak tahu.Sesekali dia melirik dan menatap Sisca yang terpaku memandangi dirinya, dan sedetik kemudian ia memalingkan wajah, tampak begitu serius menyimak suara di seberang."Oke, gue paham. Thanks informasinya, Bro!" Arnold meletakkan ponselnya, diam sejenak hingga kemudian Sisca bersuara, sudah tidak sabar ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."Kenapa?" Tanya Sisca lirih sambil menepuk lembut bahu Arnold. Membuat Arnold menoleh menatap Sisca yang ikut tegang."Nothing, masalah kerjaan aja." Senyum Arnold kembali merekah, menarik Sisca jatuh dalam pelukan
Baca selengkapnya
Ch. 75 Maafkan, Zal!
"Di sini?" tanya Rizal ketika mereka sudah sampai di depan ruko yang bertuliskan keterangan bahwa tempat itu di sewakan. "Iya bener nih, ini tempatnya." wajah Sisca langsung sumringah, ia segera melepas seat belt dan melangkah turun. Rizal tersenyum, bergegas mengikuti langkah Sisca turun dari mobil. Ia berdiri di samping Sisca yang nampak sibuk memotret lokasi, baik ruko itu sendiri maupun sekitarnya. "Bos kamu kekurangan uang? Kok pakai mau buka cofe shop segala?" Rizal tidak habis pikir, dia direktur utama sebuah perusahaan tekstil dan dia malah mau buka warung kopi? Kenapa tidak buka butik saja? Kan masih satu lingkup dengan perusahaan yang dia pegang. "Pelebaran sayap katanya, kan itu perusahaan milik bapaknya, dia mau punya usaha dia sendiri." Sisca tersenyum getir, masa iya sih dia mau cerita kalau sebenarnya dia dimodali Arnold supaya bisa punya perusahaan sendiri dan bisa sedikit 'terlihat' di mata orang tuanya agar bisa Arnold nikahi? Gila a
Baca selengkapnya
Ch. 76 Maafkan, Zal (2)
“STOP!” pekik Sisca dengan nafas terenggah, kancing bagian atas kemejanya sudah terbuka, menampilkan belahan dadanya dengan begitu indah.Nampak wajah Rizal yang sudah memerah menahan gairah itu tampak kecewa, ia sontak menarik tangannya yang sudah menyusup ke dalam rok Sisca, terlebih ketika sedetik kemudian tangis Sisca meledak.Dia memang sudah kotor, sudah rusak dan koyak, namun itu bukan berarti dia lantas bisa dengan begitu mudah di tiduri laki-laki lain, meskipun dia kekasihnya sendiri. Rizal menghela nafas panjang, menyingkir dari atas tubuh Sisca lantas mengusap wajahnya dengan kasar.“Maafkan aku, Sayang.”Sisca membiarkan air matanya menitik, ia segera mengancingkan kemejanya dan merapikan rambutnya sudah setengah berantakan itu. Tidak! Apapun yang sudah terjadi antara dia dan Arnold, tidak boleh membuatnya menjadi wanita yang bisa dengan begitu mudah digagahi oleh sembarang laki-laki.“Lebih baik kamu pulan
Baca selengkapnya
Ch. 77 Seandainya...
"Jadi bisa ya, Pak untuk desain seperti yang saya minta? Kira-kira untuk biaya bisa DP dulu atau bayar full di muka?"Sisca mengetuk-ngetuk pulpen di meja, sementara ponsel itu masih setia menempel di telinganya. Sisca tengah menghubungi seorang interior designer untuk coffe shop-nya."Bisa DP dulu, Bu. Nanti pelunasannya bisa ketika semua selesai. Kapan saya bisa ke lokasi untuk mengukur kondisi lapangan?"Sisca mendengus, dia sedikit kesal dengan panggilan 'ibu', tapi mau bagaimana lagi? Terkadang orang memanggil dengan panggilan ibu atau bapak adalah semata-mata memberi hormat kepada orang yang dia ajak bicara, bukan? "Mungkin lusa, Pak. Untuk DP nanti saya transfer ke nomor rekening Bapak." Sisca segera mencatat inti-inti obrolan dan beberapa ide lain yang tiba-tiba muncul di kepalanya perihal coffe shop-nya nanti. "Baik, kalau begitu saya tunggu kabarnya, Bu. Senang bisa bekerja sama dengan Ibu.""Sama-sama, Pak. Nanti saya
Baca selengkapnya
Ch. 78 Rahasia Rizal
"Pokoknya aku yang antar kamu, aku yang harus kenal sama keluarga mu, bukan dokter itu!" gerutu Arnold ketika dia dan Sisca berada di ruko mengawasi para pekerja memasang desain sesuai yang Sisca inginkan. Sisca memutar bola matanya dengan gemas, kurang dua hari lagi Sisca harus kembali ke Semarang, dimana akan ada pesta pernikahan sepupunya dan sang papa sudah berulang kali menelepon memintanya pulang membawa serta calon menantu untuknya. "Awas kalau nanti dia yang kamu ajak pulang, aku ngamuk!" imbuhnya sambil menjatuhkan diri di kursi plastik. "Lagian mau sampai kapan sih kamu menduakan aku kayak gini? Kenapa nggak bilang terus terang?"Sisca menepuk jidat berulang kali, sungguh laki-laki satu itu benar-benar cerewet dan rewel sekali. Ia bergegas melipir menjauhi laki-laki yang masih nampak mengomel tidak henti-henti. "Sayang! Aku ngomong nih!" teriak sosok itu ketika sadar Sisca sudah berada cukup jauh darinya. "Ya, aku
Baca selengkapnya
Ch. 79n Tidak Mungkin!
Sepanjang perjalanan pulang dari restoran Sisca hanya bungkam duduk di joknya sambil bersandar. Arnold sesekali menoleh dan menatap pujaan hatinya itu. Kenapa rasanya ia tidak suka melihat Sisca yang tampak syok dengan fakta yang baru saja Arnold ungkapkan perihal kekasih Sisca? Apakah cinta itu sudah tumbuh di dalam hatinya? Atau bagaimana?“Ehem!” Arnold berdehem, membuat Sisca sontak menoleh dan menatap heran kearahnya.“Heran deh, kenapa sih murung begitu? Sedih tahu pacarmu ternyata gay?” guman Arnold yang tampak begitu tidak suka dengan reaksi Sisca.“Bukan begitu!” tukas Sisca cepat, ia tahu Arnold pasti cemburu. “Aku Cuma nggak habis pikir aja, ternyata dia bisa melenceng sejauh itu, padahal ....”“Apa? Padahal dia kemarin hampir menidurimu?” potong Arnold kesal, rasanya dia ingin menghajar laki-laki itu dan melarangnya kembali menemui Sisca.Sisca menghela nafas kasar, susah meman
Baca selengkapnya
Ch. 80 Hanya Mau Kamu!
“Eh sudah keren belum nih bajunya?”“Atau perlu kita custom khusus gitu? Couple-an?”“Rambutku bagusnya dipotong model apa nih?”“Sepatunya perlu beli baru nggak?”“Bawa oleh-oleh apa?”Sisca melonggo, ia sontak mendekati Arnold yang berdiri di depan lemari bajunya, telapak tangan Sisca melayang, menyentuh dahi Arnold dan menatapnya dengan begitu serius. Membuat Arnold terkejut dan membeku di tempatnya berdiri.“Ada apa?” tanya Arnold begitu tersadar dari rasa terkejutnya.“Nggak panas.” Ujar Sisca lantas menarik tangannya kembali.“Memang!” Arnold mendengus kesal, Sisca mulai lagi! “Kau pikir aku kenapa?”“Aku pikir kamu demam, makanya nerocos mulu.”Arnold membulatkan matanya, ia sontak mendorong tubuh Sisca hingga jatuh ke atas ranjang, mengunci dan menindih tubuh itu di bawah kungkungan tubuh
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
19
DMCA.com Protection Status