Semua Bab Love Sugar Daddy: Bab 121 - Bab 130
198 Bab
121.Rumah Sakit
    Dering ponsel menambah gaduh Zayn yang tengah menyaksikan perdebatan tidak penting antara putranya juga sang menantu. Dia memijit pelipis lalu meraih ponsel. Tertera nama "pengawal" di layar ponsel Zayn. Dia menghela napas lalu mengangkat panggilan.     "Ada apa?" tanya Zayn tidak pakai lama. Mata tajam itu menatap ke arah Axelle. Dia mengangkat tangan ke udara lalu mengepal. Semua yang mengerti kode tersebut diam. Menunggu dengan cemas apa yang akan dikatakan Zayn. "Kau panggil anak buahmu yang lain, urus semua. Kami akan berangkat kesana sekarang," imbuh Zayn. Dia meletakkan ponsel di saku untuk kemudian menatap nyalang ke arah depan. "Kita ke tempatmu Axelle!" tutah Zayn.      Degh! Jantung Axelle mendadak seperti berhenti. Ada rasa cemas bercampur rasa sakit menyesakkan. Dadanya bergemuruh seketika, padahal Zayn tidak mengatakan hal apapun, akan tetapi dia merasakan hal berbeda. Mereka berencana untuk pergi. Begitu juga deng
Baca selengkapnya
122. Penculikan
    Rumah sebesar itu nampak sepi, semua maid sibuk untuk melakukan pekerjaan masing-masing. Yah, itu yang Stela lihat sejak dahulu, tidak ada yang berubah. Melakukan pekerjaan dengan diam karena Zayn tidak suka keributan. Kediaman mewah milik Zayn belum tidak ubahnya kastil terpencil yang cocok untuk menyendiri. Maid dan juga beberapa bodyguard silih berganti sesuai jadwal. Berpatroli tiap menit tiap detik, Stela memperhatikan jam di dinding kamar, dia kinintengah berada di meja dengan setumpuk kertas menyelesaikan proyek komik terbaru miliknya 'Godaan Memikat' judul itu terpampang jelas di lembar kertas hvs, dimana ada beberapa karakter tergambar di komik tersebut. Stela tersenyum dia bangkir dari duduk membuat kursi berderik.      Wanita muda tersebut membalikkan badan ke arah ranjang, dia terkekeh melihat ranjangnya porak poranda. Stela lupa menyuruh orang merapikan tempat tersebut, bukti dari persetubuhan yang tadi pagi dia lakukan dengan sang s
Baca selengkapnya
123.Mertua dan Menantu
      Zayn menoleh ke arah Axelle, mereka tengah berada di beranda rumah sakit. Axelle nampak kusut dengan rambut acak-acakan. Berjalan mondar-mandir, Zayn yang duduk di kursi pusing melihatnya. Arsen sibuk menyelidiki kemana Stela pergi, dia lebih dahulu berlalu dengan anak buah Zayn yang lain. Anak buah Zeroun berjaga di rumah sakit. Sedangkan Olivia menyusul Joya membenahi kekacauan sistem, memperketat pengamanan rumah dengan orang-orang terpilih milik keduanya.      "Duduklah!" perintah Zayn ketika kedua netranya bersua tatap dengan Axelle.      "Sekarang kita harus bagaimana?" tanya Axelle cemas. Dia menghempaskan bokongnya di atas tempat duduk besi tersebut.       Zayn bersedekap, "Tunggu kabar dari anak buahku, aku percaya mereka tidak apa-apa," ucap Zayn.      Axelle menghela napas panjang dan berat, dia lalu ingat ucapan Zayn di dalam tadi. Lelaki itu mengucap kata 'is
Baca selengkapnya
124. Putri Seorang Zayn
     Siang itu di sebuah pinggir kota, di sebuah bangunan tidak terawat, ada sebuah mobil klasik berwarna hitam terparkir. Seorang lelaki tengah melakukan hal tidak senonoh kepada seorang wanita muda. Rakus dia mencium bibir wanita yang tergeletak tidak berdaya. Dia meremas bagian gundukan kenyal di dada sang wanita yang terlihat lelep. Lelaki itu merasa bodoh dengan apa yang akan terjadi. Lelaki tersebut lupa kepada perintah bosnya. Yang terpenting sekarang adalah menyetubuhi, memuaskan junior yang mendesak penuh sesak di balik celananya. Melihat leher dan bagian dada mulus sang wanita yang tidak berdaya tersebut lelaki tadi semakin bernafsu. Selama ada kesempatan, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan, belum tentu ada kesempatan kedua bagi dirinya yang bukan siapa-siapa menjamah tubuh molek yang menggoda bagi para kaum adam.      Lidah lelaki tersebut menjilat setiap inci bagian dada atas juga menelusup ke arah leher sang wanita. Tiba-tiba,
Baca selengkapnya
125. Disekap
    Beberapa mobil berpencar mengelilingi sudut kota B. Hari sudah mulai sore, sang surya sudah mulai turun. Sekali lagi Arsen berkeliling, mengendarai mobilnya pelan. Beberapa anak buah Zayn dikerahkan memasuki perkampungan sebagai orang biasa, ikut berkumpul dengan para warga mencari keberadaan Stela. Dengan wajah frustrasi Arsen pulang ke kediaman dengan keadaan tangan kosong.      "Bagaimana?" tanya Zayn yang duduk di sofa ruang tamu. Dia bersedekap menatap sang putra tajam. Arsen menggeleng, dia lantas duduk di sofa. Wajahnya terlihat kusam tidak berdaya.       Zayn mencengkram tangannya menahan gemuruh di dada. "Kau istirahat, aku akan ke rumah sakit menjenguk besan," kata Zayn berlalu tanpa memperdulikan ocehan Arsen.      Kedatangannya disambut hangat oleh Olivia, Zayn menyempatkan duduk sejenak kursi depan ruang perawatan. Keduanya   Stela bak menghilang ditelan bumi tidak ada j
Baca selengkapnya
126.Tempat Penyekapan
   Stela masih memeluk wanita itu ke dalam pelukan. Anak buah Marvel masih setia berdiri di depan pintu. "Tante tenang saja Papa pasti akan menemukan kita. Baik Papa maupun Mas Axelle pasti akan menemukan jalan untuk membebaskan kita," kata Stela menenangkan Freya yang masih menangis.    'Mereka pasti akan membayar segalanya!' geram Stela dalam benak.     Malam semakin larut, keheningan memuncak hanya binatang-binatang malam terdengar ngeri di luaran sana. Bangunan dengan lantai kayu, dimana banyak bagian atas yang sudah berlubang, membawa pantulan cahaya masuk ke dalam. Mirip rumah lama yang tidak bertuan, banyak tikus berlari lalu lalang melewati tempat mereka disekap. Sarang laba-laba banyak ditemukan di bagian atap dan sudut bagunan. Pakaian menjadi kusam dengan tubuh lengket lantaran debu-debu telah menempel di badan. Tenggorokan mulai terasa kering akan tetapi mereka tidak mungkin makan dan minum, dari sajian yang disajikan oleh an
Baca selengkapnya
127. Mengelabui
    Lidah Marvel tua itu mulai bermain di bagian leher Stela. Wanita tersebut berteriak sekuat tenaga agar terlepas. Namun, gagal, kungkungan tubuh lelaki itu terlalu kuat untuk tubuh mungil Stela. Ketukan pintu beberapa kali membuyarkan gairah Marvel. Dia bangkit dari tubuh Stela kemudian berjalan ke arah pintu. Stela menggunakan kesempatan tersebut untuk meraih kembali selimut dan menutup tubuh.       "Sial, siapa yang mengganggu?" decak Marvel. Dia membenahi letak kemeja yang sudah tidak terkancing tersebut, lalu membuka pintu.      "Tuan, kita di serang," kata salah seorang pengawal panik. Stela dapat melihat ke arah depan, ada beberapa orang lagi termasuk seorang pemuda yang menculiknya tadi pagi.       "
Baca selengkapnya
128.Penyelamatan
    Zayn baru saja membelokkan mobil yang dia naiki ke arah gang kediamannya, ketika ponsel miliknya berdering. Lelaki tersebut menghela napas lalu menepikan mobil. Tangan kanannya merogoh ponsel, dia mengernyitkan kening, nomor asing tertera di layar ponsel. Saat hendak diangkat ponsel tersebut sudah dimatikan. Selang beberapa detik muncul pesan masuk di aplikasi FastApp. Zayn melebarkan mata, sebuah pesan share lokasi. Zayn bergerak cepat, dia menyuruh anak buahnya menyelidiki lokasi tersebut. Tidak butuh waktu lama hanya beberapa detik sang anak buah memberikan jawaban. Sebuah tempat yang sangat jauh dari tempatnya sekarang.      Secepat kilat Zayn menyuruh sang anak buah untuk menyiapkan helikopter miliknya. Dengan segala kemungkinan Zayn mencengkram stang setir mobil tersebut. Lalu bergegas melajukan mobil dengan kecepatan penuh ke tempat yang diutarakan kepada bawahannya. Mobil sport warna merah itu melaju kencang menyalip mobil-mobil yang lewa
Baca selengkapnya
129. Keberadaan Stela
   Sinar mentari yang bersinar membuat tidur lelap Stela terusik. Dia menggeliatkan badan, merentangkan kedua tangan ke atas. Mata lentiknya mengerjap-ngerjap terpapar sinar sang mentari. Wanita muda tersebut membelalakkan mata, mendapati diri berada di atas ranjang yang empuk. Dia bangkit, beringsut duduk. Dia mengedarkan pandangan ke segala arah. Ada lemari besar di samping ranjang, berwarna coklat mengkilat, sesuai dengan warna ranjang dan nakas. Gadis itu menyibakkan selimut yang masih membelit tubuhnya dari semalam. Tubuh mungilnya terbelit kemeja warna putih semalam, Stela menghela napas dengan mata terpejam. Masih dengan rasa terkejut yang belum reda, mata indah gadis tersebut membeliak, mendengar suara pintu terbuka. Jantung terasa meletup-letup menanti dengan sedikit menahan napas. Wajahnya berubah tenang ketika mendapati R di masuk ke dalam ruangan, membawa nampan berisi segelas susu dan roti bakar di atas piring kecil.      “Anda sudah ban
Baca selengkapnya
130. Pulau Terpencil
    Pagi hari di kediaman Zayn, Fraya masih terlelap dalam tidurnya. Zayn sendiri baru saja beringsut bangkit. Dia menatap sang istri lalu membenahi letak selimut, perlahan menutup tubuh polos sang istri. Dini hari tadi, mereka baru saja sampai di kediaman. Waktu yang seharusnya digunakan untuk istirahat. Seharusnya demikian, mereka baru selesai mandi. Masih mengenakan mantel handuk, keduanya beriringan menuju dapur untuk membuat minuman hangat. Zayn terduduk di dekat meja dapur, Freya sendiri baru saja membuatkan teh panas untuk Zayn. Tangan lentik Freya Permainan singkat mereka berlangsung panas. Melihat sang suami menekuk wajah, Freya meraup lalu mengecup bibir Zayn. Lelaki tersebut menarik tubuh Freya ke dalam pangkuan.       “Kau lelah tapi nakal, aku ingin memakanmu,” bisik Zayn dengan suara serak.       "Kalau begitu, makanlah aku," ucap Freya tersenyum menggoda.        Zayn semakin mempererat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status