All Chapters of Love Sugar Daddy: Chapter 141 - Chapter 150
198 Chapters
141.Pemakaman
    Stela tengah duduk manis di kursi meja rias, Axelle membantunya mengeringkan rambut, wanita tersebut baru saja selesai mandi. Dengan penuh perhatian Axelle mengelus rambut sang istri. Dirinya sendiri sudah nampak rapi dalam balutan jas warna hitam. Setelah dirasa kering. Axelle berpamitan sebentar untuk ke ruang kerjanya. Mengingat baru pagi ini mereka baru kembali dari kediaman Zayn. Mertuanya itu selalu saja menjadi penghalang bagi Axelle, yah, musuh terberat bagi dirinya untuk meraih kembali sang istri. Melihat sang suami melenggang pergi, wanita mulai memoles wajah dengan make up tipis. Dia mengambil dress sabrina setinggi lutut dengan bagian dada terbuka. Melihat sudah cocok dan pas dia pun keluar. Mengulas senyum semanis madu, menghampiri Axelle yang sibuk menumpuk dokumen di ruang kerjanya.       "Mas Sayang, mari kita berangkat," ajak Stela.       "Sebentar," jawab Axelle tanpa menoleh. Lelaki tersebut masih menundu
Read more
142. Apartemen Joy
    Pintu apartemen terbuka, seorang lelaki yang mengenakan setelan jas warna hitam, menyembul masuk tanpa permisi seperti rumah sendiri. Dia berjalan menelusuri ruangan, tanpa dipersilahkan menuju dapur, seorang wanita yang berdiri sendiri tengah membuat teh hangat terkejut. Wanita cantik dengan rambut sebahu itu masih mengenakan mantel tidur. Dia menghentikan aktivitas mengaduk gula, keningnya mengernyit. Keduanya saling menatap dengan ekspresi wajah yang sama-sama canggung.       "Hai, kau belum tidur?" tanya lelaki tersebut.      "Anda, untuk apa malam-malam datang kemari Tuan Roland?" tanya wanita tersebut. Yah, lelaki itu adalah Roland, saat ini dia sedang berada di apartemen milik Joy.       "Ah, panggil aku Roland saja Nona Rachel," ucap Roland tersenyum, dia berjalan mendekat ke arah meja. Meletakkan beberapa berkas lalu meraih gelas dan menuangkan air putih. "Ada beberapa berkas yang harus
Read more
143. Kedatangan Rachel
     Malam itu, Stela berjalan sendirian di taman, dia baru saja terbangun secara tidak sengaja. Hal yang membuatnya berpikir sejenak, sang suami tidak ada di samping. Terlanjur bangun dan tidak mengantuk, Stela mencari angin sejenak. Berejalan pelan menyusuri bunga-bunga indah bermekaran sepanjang jalan. Harum semerbak mawar berbaur, bercampur menjadi satu dengan harum bunga lainnya. Lankah mungil Stela terhenti kala melihat pintu ruang bawah tanah sedikit terbuka, sorot lampu menyinari terlihat kekuningan sedikit terpancar di sela pintu tersebut. Stela memutar bola mata lalu berjalan mendekat. Krek! Derik pintu kayu berbunyi ketika Stela membuka pintu. Dia berjalan menuruni anak tangga, di bawah sana nampak Joy sendirian duduk di kursi bartender. Ada macam-macam gelas kecil di meja bartender dengan berbagai warna, Lelaki itu terlihat menimang-nimang gelas minuman berukuran kecil di tangan kanannya.      “Hai, Joy,” sapa Stela yang la
Read more
144. Kebebasan Rosalind Andreas
      Stela tersenyum melihat kekesalan di wajah sang suami, dia pun merasa kepalang tanggung sebenarnya.  Axelle merogoh saku jas lalu mengambil ponsel, wajah gagahnya terlihat serius. Axelle mengangkat panggilan itu dan mendekatkan benda pipih tersebut ke arah telinga. Wajah seriusnya berubah menjadi lega, lelaki tersebut tersenyum. Dia mematiakn saluran ponsel dan langsung menarik Stela mengangkat tubuh mungil itu membawanya berputar dua kali.      “Mas, kamu ngapain?” tanya Stela menepuk-nepuk pundaksang suami agar menurunkan tubuhnya.       “Ayah sudah sadar sepenuhnya, kita ke rumah sakit sekarang!” ajak Axelle.      “Ada Rachel, Mas,” kata Stela mengingatkan.      “Biarkan dia bersama Lily,” jawab Axelle.      “Baiklah, mari berangkat!” ajak Axelle sekali lagi.       Dari
Read more
145.Lupa waktu
     Setelah memastikan Arsen keluar dari ruangan Zayn, seorang wanita yang mengenakan pakaian sexy dengan rambut pendek ikal berwarna blond. Lemah gemulai berjalan masuk ke dalam ruangan. Zayn yang sibuk memperhatikan layar komputer mengira yang masuk adalah putranya. Wanita itu duduk santai tanpa permisi.      “Tumben sekali kau kembali lagi, apa kau masih merindukan papamu ini, putraku?” tanya Zayn tanpa menoleh.      “Kau terlalu percaya diri sekali Tuan Zayn.” Suara serak basah seorang wanita membuat Zayn menoleh.       Zayn terkekeh, dia bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah kursi. “Astaga, Sayang, mengapa kau tidak mengabariku terlebih dahulu?” tanya Zayn, lelaki itu membungkuk kemudian mencium bibir sang istri.       “Aku datang diantarkan Mirza, kami baru mendapat kabar jika Tuan Zeroun sudah sadar sepenuhnya. Mau menengok bersa
Read more
146.Menjenguk Zeroun
    Zayn dan sang istri menemui Zeroun di ruang rawat inap. Beberapa orang lainnya telah menunggu di luar ruangan, lantaran hanya diijinkan beberapa orang saja yang masuk ke dalam. Lelaki tua tersebut nampak lemas, namun raut wajahnya mulai terlihat berbinar. Zeroun tersenyum simpul, dia menundukkan kepala, malu. Banyak hal yang dia tidak tahu rupanya. Pernah menganggap Zayn adalah pembunuh dari sang istri. Ah, sungguh menyesalkan, kata maaf tidak mungkin bisa menggantikan rasa sakit hati Zayn yang telah dia fitnah. Marvel tua benar-benar ahli siasat yang sangat handal, memutar balikkan fakta, membuat bukti terarah pada Zayn. Bahkan pencarian Joy juga berakhir demikian. Akan tetapi siapa sangka jika semua itu tidaklah benar. Zayn berhasil membuktikan dirinya tidak bersalah. Marvel sendiri memperlihatkan sifat aslinya. Bukti dan berkas-berkas dari pembunuhan nyonya Zeroun ditemukan oleh Marvel Junior dan juga Mirza di ruang rahasia milik Marvel tua. Begitulah awal mula
Read more
147. Pulanglah
      Siang itu, dimana Arsen tengah berdiri di depan jendela kaca ruang kantor penerbitan miliknya. Tangan Arsen memegang sebuah bingkai, terdapat potret dirinya dengan stela ketika masih berada di sebuah universitas. Jalan cinta rumit dan pahit, jatuh hati pada adik sendiri, ada darah sang papa yang mengalir di tubuh Stela, miris. Dia pikir sang papa egois mencoba memisahkan dirinya, siapa sangka dibalik kediaman Zayn menyimpan banyak misteri. Bahkan lelaki tersebut rela ketika dirinya disalahkan, ah sungguh keterlaluan sikapnya sebagai seorang anak. Ada hal yang begitu sulit dia terima, perasaan melupakan. Hati Arsen terlanjur terpaut pada sang adik. Lelaki tersebut tersenyum kecut, meletakkan bingkai foto tersebut pada sebuah rak di samping jendela kaca. Dia merasa anak yang begitu tidak berguna, bahkan kesalahan masa lalu yang dilakukannya, ketika dimana Arsen masih begitu muda tidak tahu apa-apa lalu menyalahkan sang papa ketika sang mama dipenjara. Ar
Read more
148. Salah Lawan
     Sayup angin masuk lewat pintu kantor yang terbuka, suasana hening seketika, hiruk-pikuk itu seolah tidak ada sebelumnya. Seorang pemuda berdiri berhadapan dengan lelaki tua bernama Andreas. Tontonan menarik yang, entahlah tidak dapat digambarkan. Beberapa karyawan sangat mencemaskan si pemuda pasalnya mereka berpikir si pemuda hanya karyawan biasa yang tidak sengaja lewat lalu menabrak Andreas, salah satu pengusaha yang cukup tersohor dengan barang-barang mewah juga gayanya yang nyentrik. Sekali lihat saja semua orang tahu siapa dia. Yah, itu yang membuat lelaki tua tersebut semakin memandang rendah orang di bawahnya yang tidak setara dengan pergaulan kelas atas.      “Astaga kasihan sekali pemuda tersebut,” keluh salah seorang wanita.      “Apakah dia karyawan baru di kantor? Aku belum pernah melihatnya,” kata seorang lelaki.      “Astaga ya ampun si tampan yang malang,” kel
Read more
149.Aku Bukanlah Ayah!
   Andreas berjalan dengan perasaan cemas di lobi perusahaan Zeroun Grup sampai di depan resepsionis lelaki tersebut semakin panik. Kedatangannya kali ini adalah untuk meminta penjelasan dari CEO perusahaan Zeroun terkait pembatalan kontrak yang dilakukan secara sepihak. Andreas menggigit bibir bawahnya, dia mengelap kening yang terasa berkeringat padahal ac menyala cukup dingin.     “Saya ingin berjumpa dengan Pak Axelle Zeroun,” kata Andreas kepada wanita cantik yang mengenakan seragam warna ungu kemerahan, khusus untuk para resepsionis juga beberapa karyawan wanita, seperti sekretaris dan resepsionis.     “Maaf Pak, Tuan Axelle sedang tidak ada di tempat, untuk sementara Pak Jo Zeroun selaku adik dari Tuan Zeroun yang mengurus,” terang sang wanita berparas ayu, dengan rambut di sanggul ke belakang itu. Keadaan Zeroun saat ini memang tengah disembunyikan dari khalayak umum, Axelle dan juga Joy bergantian mengurus kantor dan m
Read more
150.Kecurigaan
    Zayn baru saja dari kantor Zeroun grup sebelum dirinya kembali ke kantor sendiri. Pikirannya masih terfokus pada percakapan terakhir dengan Joy juga Roland. Lelaki tersebut gusar, dia bangkit dari duduk lalu berjalan pelan ke arah dinding kaca. Menatap ke arah luar sana, memandangi gedung-gedung yang tidak kalah tinggi dari bangunannya di seberang sana. Ucapan Joy terus saja terngiang dalam benak. Beberapa waktu lalu di kantor Joy, Zeroun Grub.     Tiga orang lelaki tengah bersitegang mengingat insiden penculikan Stela, Joy beranggapan bahwa Andreas patut dicurigai, mengingat banyak riwayat kerja sama yang bersangkutan dengan almarhum Marvel Tua. Dari apa yang diselidiki anak buahnya, kemungkinan keterkaitan itu selalu ada. Zayn mendengarkan dengan tatapan yang, entahlah. Karena begitu juga dengan penyelidikan yang anak buahnya lakukan ada beberapa tersangka menjurus mendekati pelaku. Mulai dari keluarga Marvel, juga termasuk sang is
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
20
DMCA.com Protection Status