All Chapters of Love Sugar Daddy: Chapter 131 - Chapter 140
198 Chapters
131.Berontak
    Amarah Marvel membludak, lelaki tua itu menyeret tangan Stela, membawanya ke dalam sebuah ruangan. Dia menghempaskan tubuh mungil tersebut hingga terjerembab di kasur. Stela meringis menahan punggung dan sudut bibirnya yang sakit. Ada rasa sakit menyeruak, membawa bongkahan rasa takut, tubuh mungil tersebut gemetaran. Stela menghela napas panjang nan berat, dia memantapkan hati, mencengkram sprei berwarna gold tersebut. Wanita muda itu sedang mencari kekuatan untuk dirinya sendiri.       ‘Tidak Stela, kau tidak boleh takut, kau pasti bisa, kamu kuat,’ bisik Stela. Dia beringsut bangkit berdiri. “Aku tidak akan pernah takut kepada bedebah sepertimu,” teriak Stela.       “Nyalimu besar juga gadis kecil,” ungkap Marvel tua tersenyum smirk.       Marvel bangkit berjalan semakin mendekat, dia kembali meraih tubuh Stela. Sontak gadis itu meronta dalam pelukan lelaki tua tersebut. Dia menggunakan siku, memuk
Read more
132. Hasrat
    Stela berjalan melewati ranjang mendekat ke arah lelaki gagah yang menyelamatkan. Air mata luruh sudah, di hadapannya dia merasa rapuh, tidak berdaya. Stela menangis terisak, dia melempar pistol keluar jendela yang pecah lalu menghambur ke pelukan pria tersebut. Stela merasa nyaman dalam hangat dekapannya, merasa terlindungi. Tidak peduli akan kemeja warna putih sang lelaki yang telah lusuh berbau keringat. Bagi wanita muda tersebut harum itu lebih eksotis menggairahkan. Kepalanya mendongak ke atas, sebuah kecupan mendarat di bibir Stela. Untuk kemudian berubah menjadi ciuman panas menggairahkan. Lidah lelaki tersebut menyeruak ke dalam mulut Stela, bermain, menyesap lidah Stela dengan agresif.      “Ah, Sayang, aku tidak akan bisa menahan diri jika terus seperti ini,” keluh sang lelaki menghapus linangan air yang meleleh di pipi Stela.      “Saya merindukan kamu, Mas Axelle,” ucap Stela masih betah dalam pelukan sang suami
Read more
133. Terdampar
    Resort nampak sepi, beberapa pengawal Marvel masih berjaga-jaga di tepi pantai menanti kehadiran yang lain. Dua buah sekoci warna orange mulai terlihat dari kejauhan, beberapa di antaranya menanti dengan tidak sabar. Yacht yang tadi dipergunakan Marvel terlihat di pinggir pantai, tak jauh dari anak buahnya yang berdiri. Dalam resort Marvel sedang duduk di sebuah kursi yang ada di dekat dinding kaca, dimana ada meja kecil di dekatnya, champagne terhidang dengan gelas champagne tulip. Marvel menatap ke arah luar jendela, menatap lautan lepas, dia meremas kedua tangan. Rachel yang berdiri di dekatnya sempat melirik dengan harap-harap cemas. Tidak berapa lama, ruangan tersebut terbuka. R dan beberapa orang lainnya masuk ke dalam ruangan. Marvel menatap sengit.      “Bagaimana?” tanya Marvel.      “Maaf, kami sudah berusaha sekuat tenaga mencari mereka, menyusuri hutan tersebut. Akan tetapi, mereka berhasil kabur,” jawab R.
Read more
134.Special Chapter
    Malam itu, ketika Zayn mendapatkan sinyal dari seseorang. Dia menyempatkan menghubungi Axelle, dengan penuh pertimbangan akhirnya Axelle menemui Zayn seorang diri mengingat keberadaan ayahnya juga butuh pengawasan. Mereka bersua di atas gedung Zayn Grub, lalu berangkat ke sebuah pulau terpencil menggunakan helikopter. Axelle ikut menyelinap ke dalam bangunan beserta Zayn dan anak buahnya, mereka berpencar. Mengendap masuk lewat sebuah jendela dengan beberapa anak buah Zayn.       Malam sunyi berubah mencekam, teriakan, suara tembak bersaut-sautan dengan erang kesakitan yang sambung menyambung dari tempat satu ke ruang lain. Pertarungan sengit adu tembak, membuat beberapa nyawa melayang. Suasana malam nan remang, dimana sorot lampu dalam gedung sangat tidak memadai. Sebagian lagi mulai berpencar, dari kejauhan lelaki itu melihat segerombolan orang berja
Read more
135. Kampung Nelayan
   Lampu hanya terpasang di area fasilitas umum seperti, rumah sakit dan juga pos keamanan. Selebihnya jika waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, suasana akan terlihat gelap, lampu-lampu di rumah penduduk desa akan dimatikan. Kedatangan rombongan orang-orang yang mengendarai mobil mewah membuat warga sekitar berkerumun. Ada rasa asing mengingat perkampungan nelayan berada di garis kemiskinan. Mereka hidup dari hasil melaut. Malam gelap-gulita seperti itu kemudian beralih dengan kelap-kelip lampu mobil yang berseliweran memasuki kawasan rumah sakit. Axelle berdiri di hadapan pintu masuk bersama seorang nelayan baik hati yang menolong dia dan sang istri.     Zayn keluar dari mobil berjalan mendekat, tatapan tajam membuat beberapa wanita yang berseragam dokter menelan saliva. Berbeda dengan kaum hawa, sebagian dari mereka melongo menatap lekat wajah gagah tersebut. Zayn saling berhadapan dengan Axelle, tatapan dingin Axelle sangat cocok dengan pa
Read more
136. Petaka Melarikan Diri
    Malam itu, suasana hening di resort Marvel, lelaki tua tersebut tengah duduk di sudut ranjang. Mia berjongkok di lantai, memberikan service terbaik dirinya kepada lelaki itu usai pergumulan panas mereka. Mulut tua itu meracau menikmati akhir dari pelepasan, tanpa rasa jijik Mia menelan habis cairan kental itu. Ketukan pintu membuat Marvel bangkit membenahi mantel tidurnya, Mia juga langsung mengambil pakaian yang berserakan di lantai. Gadis itu bergelayut dalam pangkuan Marvel tua, ketika seorang lelaki berpakaian setelan jas hitam masuk ke dalam kamar.     “Saya membawa mereka, Tuan,” kata lelaki berkulit sawo matang dengan rambut keriting itu.      “Seret mereka masuk!” perintah Marvel sembari mengusap pistol miliknya.       Tatapan mata lelaki tua tersebut tajam menusuk. Dia mengatupkan giginya melihat Rachel dan juga R didorong. Tubuh kedua orang itu tersungkur, di lantai tepat di bawah kaki Marve
Read more
137. Resort Marvel
    Teriakan memekik di ruangan yang lebih mirip gudang tersebut. Berdebu, dan terletak di ujung pojok belakang resort. Para lelaki itu mulai menarik hingga koyak kemeja yang Rachel kenakan. Bagian kancing baju sebagian terlepas saking kuatnya ditarik. Beberapa tangan berotot mulai menjamah tubuh mulus tersebut. Kali ini salah seorang melepas kasar bra yang menggantung hingga terasa nyeri di bagian punggung. Wajah-wajah bringas haus akan nafsu menatap tajam, seperti menguliti Rachel. Tatapan yang membuat Rachel semakin merinding ketakutan. Kedua tangan wanita itu di tarik paksa, telentang. Tubuhnya bak tumbal persembahan bagi para bajingan tersebut. Bagian dada yang telah polos itu menjadi sasaran remasan juga mulut para lelaki.      "Tidak, lepaskan!" pekik Rachel.       Rungu mereka seakan tuli, mereka terbakar nafsu birahi hingga kewarasan dan belas kasih tidak lagi tergugah. Hati mereka layaknya iblis, nyawa orang bagi
Read more
138.Menuntaskan Dendam
    Seorang lelaki terikat kaki dan tangannya, tubuhnya tengkurap di lantai yang gelap dan pengap. Hari masih pagi kala itu tetapi ruangan cukup gelap. Hanya bagian atas, bagian celah ventilasi yang tembus sinar mentari. Lelaki itu terlihat lemas, bibirnya terasa kecut, kehausan. Kepala lelaki itu mendongak, menengok kanan kiri. Napasnya terasa berat.  Krek! Suara pintu terbuka, menyembul lima orang yang mengenakan jas warna hitam, berjajar di sudut ruangan. Beberapa detik kemudian masuklah dua orang lelaki bersama seorang wanita, mereka melangkah berjalan mendekati ke arah depan. Seorang lelaki berusia matang dengan rambut klimis yang mengenakan setelan jas warna putih, duduk di sebuah kursi sofa yang ada di hadapan lelaki yang terkapar di lantai. Tatapannya masih terlihat tajam dalam samar gelap.      Lelaki yang tengkurap di lantai itu mendongak, melihat ke bagian depan. Wajahnya nampak pias seketika menatap, wajah dingin orang-orang
Read more
139.Turut Berdukacita
    "Pulangkan mayat lelaki tua itu ke rumahnya!" perintah Zayn.      Lelaki itu kemudian bergegas masuk ke dalam mobil miliknya. Sang sopir melajukan mobil tersebut perlahan tapi pasti meninggalkan gedung terpencil di sudut kota B. Tatapan beringas itu sedikit melunak, menatap layar ponsel yang dia ambil dari saku jasnya. Salah satu sudut bibirnya terangkat ke atas, lelaki itu memperhatikan pesan yang masuk di aplikasi FastApp.  Pesan Stela: [Papa, belikan Stela es cappucino cincau ketika pulang sore nanti]       "Kita akan kemana, Tuan?" tanya sang sopir.      "Rumah sakit," jawab Zayn tanpa menoleh.      "Baik, Tuan," jawabnya.      Cakrawala bersinar menerangi sebagian belahan dunia. Zayn merasa hidupnya terlihat sempurna, saking sempurna damainya, Zayn merasa khawatir. Putrinya sangat cantik, Arsen juga putra yang baik. Juga dia memiliki seor
Read more
140. Sendu Bagi Rachel
   Rambut ikal sebahunya tersapu angin, gadis yang mengenakan pakaian hitam itu masih terisak. Dia berhenti menoleh kembali ke arah pusara dengan kembang bertaburan di atasnya. Wanita itu kembali menangis, rindu masih terasa, seperti baru kemarin lelaki yang selalu menemani setiap langkahnya, mendukungnya ketika dia terpuruk, merasa terhina dengan perilaku tidak bermoral yang Marvel tua lakukan. Tangannya masih gemetaran, dada berdegup kencang, bahkan dia tidak nafsu makan sama sekali mengingat kejadian kemarin. Dia menjadi seorang pembunuh, dendam merasuk sukma, menjelma menjadi kebencian yang bertumpuk. Joy menatap wajah wanita di hadapannya. Di bawah pohon beringin, di pemakaman umum, keduanya saling terdiam, hanya isak tangis Rachel yang terdengar. Joy mendekat, jarak keduanya tinggal beberapa inci saja, lelaki itu dengan halus membelai rambut Rachel untuk kemudian menghapus lelehan air mata yang menetes di pipi.
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
20
DMCA.com Protection Status