140. Sendu Bagi Rachel
Rambut ikal sebahunya tersapu angin, gadis yang mengenakan pakaian hitam itu masih terisak. Dia berhenti menoleh kembali ke arah pusara dengan kembang bertaburan di atasnya. Wanita itu kembali menangis, rindu masih terasa, seperti baru kemarin lelaki yang selalu menemani setiap langkahnya, mendukungnya ketika dia terpuruk, merasa terhina dengan perilaku tidak bermoral yang Marvel tua lakukan. Tangannya masih gemetaran, dada berdegup kencang, bahkan dia tidak nafsu makan sama sekali mengingat kejadian kemarin. Dia menjadi seorang pembunuh, dendam merasuk sukma, menjelma menjadi kebencian yang bertumpuk. Joy menatap wajah wanita di hadapannya. Di bawah pohon beringin, di pemakaman umum, keduanya saling terdiam, hanya isak tangis Rachel yang terdengar. Joy mendekat, jarak keduanya tinggal beberapa inci saja, lelaki itu dengan halus membelai rambut Rachel untuk kemudian menghapus lelehan air mata yang menetes di pipi.
Read more