All Chapters of Kinan: Chapter 21 - Chapter 30
39 Chapters
Bab 21 : apa salah jika aku terlalu takut?
Noah melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata, tak banyak mobil yang berlalu lalang di jalan ini lantaran mereka masih berada di pemukiman desa yang dipenuhi hamparan kebun teh dan tidak padat penduduk. Sesekali Noah melirik ke arah Kinan yang masih sibuk menciumi bunga-bunga segar yang dipetiknya di rumah Oma. "Seharusnya kita bisa tinggal lebih lama di sini." Kinan menoleh.Noah memandang sekilas. "Kita bisa kembali kapan pun kau mau.""Benarkah?" tanya Kinan tidak percaya. Matanya berbinar cerah, menarik perhatian Noah untuk melihat. "Ya, lagi pula aku juga merindukan tempat ini."Kinan tersenyum sekali lagi, sebelum memindahkan pandangannya ke arah luar. Udara di sini sangat segar, Kinan pasti akan merindukan tempat ini. Mengingat, tempat tinggalnya sangat jauh dari kata sejuk dan bebas kebisingan. "Aku takut menikah karena aku tidak ingin punya suami seperti ayah," kata Kinan menolehkan wajahnya ke arah Noah.Pria
Read more
Bab 22 : entah apa yang terjadi dengan Noah
Kinan telah sampai di tempat yang Noah katakan untuk bertemu. Malam ini ia mengendarai mobilnya sendiri karena Noah tidak mengatakan untuk menjemputnya ke rumah. Sejujurnya sekarang Kinan merasa gugup, wrap maxi dress bewarna dengan potongan dada yang cukup rendah menjadi pilihannya setelah membongkar seisi lemari. Tak lupa, Kinan juga mengikat rambutnya dan menambah scarf yang akan menambah keanggunannya malam ini. Kinan melihat dirinya sekali lagi di kaca mobil, sebelum berjalan masuk ke area restoran yang letaknya tepat di pinggiran pantai. Ah, sejujurnya Kinan tidak suka pantai. Angin benar-benar menghancurkan penampilannya. Kinan tersenyum, ketika matanya langsung mendapati Noah duduk di salah satu meja kayu. Melambaikan tangannya, Kinan melangkah cepat menghampiri. "Apa kau menunggu terlalu lama?""Kau." Noah tampak terkejut. "Apa yang kau lakukan pada pakaianmu?"Masih dengan bibirnya yang mengembang senyum, Kinan duduk di depan Noah. "Ya, aku tahu. Ak
Read more
Bab 23 : Rasa khawatir
Kinan telah menghabiskan seluruh es krim dalam gelasnya, ia hanya tinggal menunggu Noah dan segera pulang dari sana. "Oh, jadi pria yang akan kutemui besok adalah seorang dokter?"Noah mengangguk singkat. "Ya, apa kau menyukai pria berprofesi dokter?""Kurasa tidak," jawabnya cepat. "Kenapa tidak?" tanya Noah mengangkat pandangan ke arah wanita itu. "Bukankah, mereka cukup keren.""Tidak ada pria yang kusukai." Kinan sendiri tidak yakin, apakah ia benar-benar tidak menyukai seorang pria atau sebenarnya ia hanya tidak menyadari kalau ia pernah menyukai seseorang.Noah tidak lagi menanggapi, ia sudah tahu jelas jawaban Kinan akan tetap sama. Sekali lagi, Noah melirik ke sekitar. Pria-pria masih mencoba memandangi Kinan rupanya. Ya, memang tidak dapat dipungkiri kalau penampilan Kinan sangat cantik sekarang ini. Tapi, tetap saja Noah tidak suka Kinan jadi pusat perhatian orang banyak. "Permisi Nona." Seorang pria tiba-tiba menghampi
Read more
Bab 24 : entah apa yang merasuki Noah
Setelah berdebat cukup lama, akhirnya Noah mengizinkannya untuk pulang. Kinan sudah lelah, ia juga butuh istirahat segera. Tapi, perjalan ke rumah masih lumayan jauh. Jam baru menunjukkan pukul sepuluh malam, sebaiknya Kinan singgah dulu ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa cemilan untuk ia makan agar tidak ngantuk."Noah sangat menyebalkan, sikap terus berubah tiap detik. Tiba-tiba menjadi sangat dingin, tetapi tiba-tiba juga bisa berubah menjadi sangat hangat."Ngomong-ngomong soal pria yang meminta nomornya di kafe tadi, kira-kira namanya siapa ya? Seharusnya ia bisa berkenalan. Ya, siapa tahu ia pria yang baik dan bisa menjadi salah satu calon pria yang bisa menjadi pendampingnya.Meski ... Kinan sebenarnya tidak yakin ia akan menikah. Kinan akhirnya memberhentikan mobilnya tepat di sebuah minimarket kecil yang berada di pinggiran jalan. Ia hanya mengambil dompet kecilnya lalu turun dari mobil.S
Read more
Bab 25 : Ervan
Keduanya baru saja sampai di sebuah kafe yang dipenuhi banyak sekali bunga yang tertata sangat rapi. Kinan menjadi sangat antusias dan langsung menghampiri bunga-bunga yang tumbuh di sekitar maupun yang ditanam dalam sebuah pot. Noah sudah yakin pasti wanita itu akan menyukainya, bunga adalah benda kesukaan Kinan. "Apa pria itu ingin bertemu di sini? Bagaimana dia bisa tau kalau aku menyukai bunga?" tanya Kinan seraya mencium salah satu bunga jenis mawar yang tumbuh di sebuah pot bewarna putih. "Aku yang memilih tempat ini," jawab Noah. "Wah kau memang tau apa yang kusuka." Kinan tersenyum ke arah Noah, seraya mengibaskan rambutnya pelan. "Baiklah, mana pria itu.""Namanya Ervan," kata Noah lalu kemudian mengarahkan matanya ke sosok pria yang baru saja tiba. "Dan itu dia."Kinan mengernyit, ia memperhatikan sosok itu dari jauh. Ia seperti mengenali pria itu, seperti tidak asing terlihat. Barulah saat pria itu semakin mendekat, Kinan baru menyadari
Read more
Bab 26 : kekesalan
Langit sudah hampir senja saat Kinan dan Ervan telah keluar dari kafe tersebut. Telah banyak hal seru keduanya bahasa selama hampir 8 jam lamanya. Kinan sampai merasa punggung dan mulutnya pegal. Tapi, ini cukup membahagiakan karena hari ini setelah sekian lama ia bertemu lagi dengan Ervan."Kau mau aku antarkan pulang atau—""Sudah selesai?" tanya Noah muncul secara tiba-tiba di hadapan keduanya. Kinan sampai tidak bisa mengontrol eskpresi kagetnya. Bukankah pria itu sudah pulang tadi, lalu kenapa ia bisa ada di sini lagi?"Bukannya kau sudah pulang?" tanya Kinan mengernyit heran. "Aku menunggu di ujung sana, ternyata lumayan lama juga. Jadi kau ingin pulang dengan siapa?"Kinan benar-benar tidak habis pikir dengan Noah, pria itu menyebalkan sekaligus membuatnya ingin terbang ke langit. "Maaf Ervan, sepertinya aku pulang dengan Noah saja. Apalagi kau harus ke rumah sakit kan sekarang?""Oh ya sudah, aku juga sudah terlambat." Er
Read more
Bab 27 : Cantik
Noah menatap curiga ke arah Kinan yang mendadak baik padanya, wanita itu kini tengah memasak mie instan kuah di dapur dan Noah bisa melihatnya dengan duduk di meja makan. "Sebenarnya ... aku ingin meminta maaf." Kinan membalikkan tubuhnya, kepalanya menunduk ke bawah. "Soal perkataan kasar padamu kemarin."Noah mengernyit, sudut bibirnya perlahan tertarik. "Aku sudah memaafkanmu, kau tidak perlu merasa bersalah."Kinan masih diam di tempatnya dengan kepala yang terus menunduk, ia tidak berani menatap pria itu, ia merasa malu. Bahkan setelah mencacinya, Noah masih memaafkannya. Ah, pria itu semakin membuat jantung Kinan berdetak lebih cepat.Noah mengembuskan napasnya panjang, seraya bangkit dari duduknya dan menghampiri Kinan. "Sampai kapan kau akan menunduk?""Aku ma—" Kinan terdiam dan refleks menjauhkan wajahnya saat ia tahu wajah pria itu tiba-tiba mendekat ke arahnya. "Apa yang kau lakukan?""Aku ingin melihat matamu," kata Noah melipat
Read more
Bab 28 : Apa gunanya cinta?
Noah menahan tawanya kala melihat wajah memerah Kinan yang sedari tadi belum mendapatkan respon darinya. Cukup menggemaskan dan berhasil membuat Noah ingin tertawa meski ia harus menahannya demi mempertahankan sisi dingin dalam dirinya. "Kau bisa menemuiku kapanpun kau mau itu pun jika tidak ada kekasihku di sini.""Kekasih?" tanya Kinan menatap tidak percaya. Bukankah sebelumnya Noah mengatakan jika ia tidak punya kekasih? Apakah pria itu membohonginya?Noah mengangguk. "Ya, kekasihku suka datang semaunya dan aku tidak tahu pasti kapan ia akan datang.""Katamu kau tidak punya kekasih?!" Kini Kinan merasa sangat waspada, ia melihat ke arah bawah barangkali ia tidak menyadari jika seseorang telah datang.Noah menyilangkan kedua tangannya di depan dada, menatap pongah. "Pria setampan diriku tidak mungkin tidak memiliki seorang kekasih. Memangnya aku ini kau!""Kau ini!" Kinan mengacak rambut
Read more
Bab 29 : cairan pencuci piring
"Baiklah, makanlah lagi." Noah hanya ingin menikmati pizzanya sekarang, ia enggan untuk berdebat dengan Kinan yang sudah pasti tidak ada habisnya itu. "Sekarang aku mengerti bagaimana perasaanmu."Kinan mengambil kembali pizza yang sempat ia taruh tadi dan menyantapnya lagi. "Dan besok aku tidak ingin pergi kemana pun.""Aku juga akan sangat sibuk besok, ada tempat yang harus aku datangi." Noah beranjak ke kulkas, pria itu mengambil beberapa minuman kaleng dan menaruhnya di meja."Kemana?" tanya Kinan."Kenapa kau sangat ingin tahu?" Noah memandang sinis.Kinan mendengus. "Aku hanya penasaran."Noah tidak menanggapi lagi, ia terus melanjutkan menyantap pizzanya hingga perutnya terasa kenyang. Sudah sangat lama rasanya, lidahnya tidak lagi merasakan pizza kesukaannya itu semenjak sang kakak tinggal di Singapura."Apa aku boleh ikut?" tanya Kinan lagi.
Read more
Bab 30 : sikap Noah yang aneh
Kinan kemudian menurut dengan pria itu, akhirnya seluruh kakinya telah dibersihkan hingga sabun pencuci piring itu tak lagi membasahi seluruh kakinya. "Padahal aku baik-baik saja," katanya seraya menatap Noah yang berjongkok di hadapannya. "Ini salahku," balas Noah. Pria itu kemudian bangkit dan menghampiri lemari yang berada di sudut ruangan. "Kau harus mengganti pakaianmu. Tapi, kau tidak punya pakaian lagi di sini. Sepertinya aku punya pakaian yang bisa kau pakai, sebentar.""Noah ...." Kinan tidak mengerti kenapa sikap Noah jadi seperti itu, mendadak pria itu jadi seorang yang sangat perhatian kepadanya."Kau bisa kedinginan." Noah kembali membawakan pakaian tidur miliknya dan menaruhnya di samping wanita itu. "Gantilah, aku akan menunggu di luar. Katakan kalau sudah."Kinan menghela napas pasrah, ia mencoba berdiri untuk melepaskan pakaian di tubuhnya. "Sudah kubilang aku baik-baik saja, Ah!" ringis Kinan spontan. Kakinya memang tidak dalam bai
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status