All Chapters of Gelora Cinta Enrico: Chapter 111 - Chapter 120
130 Chapters
Menikahlah denganku
Musik mengalun dengan lembut, bunga-bunga bertebaran dimana-mana. Anak-anak kecil berlarian dengan gembira, meskipun mereka sudah mengenakan pakaian yang cantik. Hari ini semua diliputi kebahagiaan.Penduduk di pulau, yang biasanya tidak pernah mengenakan pakaian resmi, saat ini semua sudah tampak rapi.Para wanita memoles wajahnya dengan menggunakan perona pipi dan bibir. Setiap pria pun sudah merapikan kumis dan jambang serta menggunakan minyak rambut.Mereka pria dan wanita mulai menempati kursi yang tersedia dan beberapa berdiri, berjajar dengan rapi, menantikan calon pengantin yang akan tiba.Di depan sana di dalam Capel, Devonte berdiri dengan gelisah. Meskipun demikian raut kebahagiaan terlihat jelas menghiasi wajahnya. Pria itu sudah menunggu kesempatan ini bertahan-tahun lamanya. Setelah memastikan Enrico pulih dan bersama Francesca lagi, hatinya diliputi ketenangan."Frans, jangan berlarian terus. Li
Read more
Menyatukan diri
"Minumlah ini." Enrico menyodorkan segelas port wine (sejenis anggur yang sangat manis). Pria itu sudah menghidupkan perapian di kamarnya. Suasana hangat terasa memenuhi ruangan kamar Enrico dan menyusup dalam hati Francesca. Anggur manis yang diminumnya terasa manis di mulut dan mengalir hangat di dalam tubuh.  Perlahan rasa manis di dalam mulutnya bertambah manis ketika bibir dan lidah Enrico menjalar dengan penuh kemesraan dan kehangatan.  Rasa manis dari mulut Enrico yang juga baru saja menegak port wine, membaur dalam setiap lumatan dan kecupan di bibir Francesca. Mereka larut dalam luapan kebahagiaan hingga lupa akan waktu. Tangan Enrico mengusap lembut punggung Francesca dan semakin lama semakin menuntut. Ciuman di sepanjang leher wanita itu begitu menggebu, apalagi belahan dada yang sangat rendah. Desahan Francesca yang lembut membuat pria itu semakin tergoda untuk menyentuh bagi
Read more
Mansion
Sepanjang perjalanan menuju ke Mansion, hati Francesca di liputi kegelisahan. Banyak hal yang harus dia katakan pada Devonte. Apalagi keinginan Enrico untuk pernikahan secara hukum, meskipun hal itu adalah seharusnya dan membanggakan, tetapi hal itu juga merupakan ancaman. Bagiaman jika Enrico mengetahui jika mereka sudah menikah sebelumnya, akankah pria ini memaafkan dirinya? Akankah kenangan buruk di masa lalu muncul dan menghalangi kebahagiaan mereka? Sesampainya di depan gerbang Mansion, tampak sedikit keributan yang menghalangi mobil Enrico untuk masuk. Enrico mengernyitkan keningnya melihat seorang wanita berteriak memanggil namanya. "Rebecca …," desah Francesca  gugup."Kau mengenalnya?" Enrico menoleh ke arah
Read more
Kuda-kudaan
  "Maafkan aku. Aku tidak ingin mengungkit masa lalu. Maafkan aku jika membuatmu terluka, hanya saja … aku benar-benar mencintai Enrico. Aku memerlukan dukunganmu agar … kita semua bisa melupakan masa lalu dan menatap masa depan." Francesca menatap Leonardo penuh permohonan.Mereka berdiri di ruangan yang sama, berhadapan di jarak yang berdekatan dalam keheningan. Tak ada suara kecuali desahan napas dan jam di dinding yang berdetak seolah mengingatkan mereka akan kehidupan yang terus berputar.Leonardo menatap Francesca dalam diam, hampir empat tahun berlalu sejak kejadian di masa silam dan dia tak menyangka jika wanita ini masih bisa bertahan. Dia masih setia menanti Enrico dalam  kehampaan, tanpa tahu satupun kabar berita mengenainya. Leonardo harus mengakui keteguhan hati Francesca dan juga kekuatan cinta mereka, yang berada di luar jangkauan nalarnya. Bagi pria yang tak
Read more
Kumis
Di dapur Mansion tampak kesibukan pagi itu. Koki utama yang bernama Pablo, dengan tubuh tinggi besar dan berkumis tebal yang melintang di ujungnya tampak sibuk mengaduk adonan. Aroma manis tercium di ruangan kecil di samping dapur utama. Pablo masih nyaman menyibukkan diri sementara di dapur utama dia biarkan anak buahnya menyiapkan sarapan pagi. "Apa yang hendak kau buat, Pablo?" tanya seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun."Ooo Denisa, aku hendak membuat kue untuk menyambut pangeran kecil di keluarga ini." Wajah Pablo berseri-seri saat mengatakan hal itu.Koki berusia hampir lima puluh tahun itu kemudian mengambil cetakan di dalam laci penyimpanan."Kau akan membuat cup cake?" Denisa tersenyum lebar,
Read more
NURANI
 Di sebuah ruangan khusus di hotel bintang lima yang terletak jauh dari pusat kota Venice, tampak seorang pemuda tampan duduk berhadapan dengan seorang wanita cantik. Ruangan mewah dan cukup luas itu hanya diisi oleh mereka berdua saja. Wanita cantik itu dengan dandanannya yang berlebihan, melipat kedua tangannya di dada dan menatap si lelaki dengan tatapan tajam. Wajah cantiknya dihiasi dengan lipstik merah menyala yang senada dengan gaun di atas paha. Kaki kanannya bertumpu pada paha kiri dan posisi duduk yang tegak sempurna memamerkan bahu yang indah dengan kulit yang halus. Gaun pendek yang dia kenakan, membuat paha mulusnya dan kaki yang ramping tampak mempesona.Sorot mata tajamnya seakan hendak mengintimidasi pria muda yang duduk dengan tenang dan acuh, tetapi pria itu seakan tidak te
Read more
Pembalasan
 "Apa kau tidak lihat, saat itu … Enrico sudah menyudutkan dirimu. Apakah kau lupa Enrico bahkan menantang Daddy untuk menyebarkan bukti kejahatanmu hanya ... hanya karena ingin melindungi budak liar itu!" Rebecca berbicara dengan mata yang berapi-api, melupakan jika sedetik yang lalu tubuhnya merinding karena kilatan di mata Leonardo."Heh! Itu hanya alasan yang digunakan oleh Tua Bangka itu. Pada akhirnya, kalianlah yang terlebih dahulu menyerang dan menyudutkan Enrico. Dia sudah mati itu hanya suatu keberuntungan. Seharusnya dia masih tetep hidup dan bertanggung jawab akan segala kejahatan dan korupsi luar biasa yang dia lakukan pada negara dan rakyat," ucap Leonardo dengan sinis."Tutup mulutmu Leonardo! Bukankah kau salah satu orang yang selalu menyuap daddy?" Suara Rebecca melengking tinggi.
Read more
Dongeng sebelum tidur
 Kamar baru untuk Frans sudah dipersiapkan. Bocah itu amat sangat mengagumi bagaimana banyaknya lukisan dinding superhero. Dalam kamar itu pula sudah terdapat etalase khusus action figure, barang-barang dengan harga fantastic.Lampu tidur dengan motif komedi putar yang akan memantul di dinding, dimaksudkan agar Frans tidak merasa sendirian ketika di kamar. Di pojokan ruangan pun, sudah tersedia kasur lipat untuk Denisa. Denisa akan menemani Frans tidur sampai dengan bocah itu berani untuk tidur sendiri lagi."Nah, Frans. Lihatlah kamarmu, indah sekali bukan?" Francesca menatap Francisco yang terkagum dengan keadaan kamarnya."Iya," jawab bocah itu dengan menganggukan kepalanya kuat-kuat. "Fran
Read more
Gelora Cinta
Enrico menggandeng Francesca kembali ke dalam kamar dengan menahan luapan gejolak dalam hatinya. Sekuat tenaga dia sebelumnya bertahan saat melihat bibir ranum wanita di sisinya bergerak-gerak bercerita untuk Frans. Mata biru yang indah itu hanya fokus pada satu titik keindahan yang dapat dia bayangkan kekenyalan dan kelembutannya. Enrico sudah hampir tidak tahan merenggang perasaan dan membenamkan diri dalam keindahan itu. Lelaki tampan yang sangat mempesona dengan aura dingin yang kuat itu, seakan meleleh dalam keindahan Bidadari cinta yang berada di hadapannya. Dia tak menunda waktu lagi untuk menakutkan diri mereka berdua saat pintu kamar baru saja  tertutup. Wajah mereka berdua terbenam dalam tautan lidah dan menjelajah semakin jauh menelusuri setiap jengkal bagian terdalam. 
Read more
Ampolop coklat
Dapur Mansion yang biasanya hanya terdengar dentingan suara alat masak dan siulan sumbang para koki, kini mulai ramai dengan celotehan ceria anak kecil yang begitu riang.Francisco dengan sangat gembira berlari mengelilingi dapur dengan membawa semangkuk tepung di mangkuk. Dia baru saja menemukan kesenangan menipu tepung sehingga menciptakan debu putih yang bertebaran di udara. Sementara Pappa dan Mamma-nya sibuk membuat adik, Frans sibuk menggoda seisi mansion."Jangan Tuan Muda, aduh aku tidak pernah pakai bedak," rengek seorang koki pria yang mukanya sudah putih seperti badut."Ini 'kan bukan bedak. Tapi, tepung." Frans kembali meletakan telapak tangan kecilnya ke dalam mangkuk berisi tepung dan mengoleskan ke wajah si koki."Aku sudah cukup tampan, tidak mau pakai tepung," rengeknya lagi memelas."Bukan buat tampan, bial koki kaya badut." Mendengar kata-katanya sendiri sebuah ide terlintas di benak Frans. Bocah kecil d
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status