Semua Bab Bagaimana Mungkin?: Bab 11 - Bab 20
51 Bab
10. Enggak Mau
Shayra menatap layar monitor komputer di atas meja kerjanya dengan lesunya dan tak bersemangat. Wajahnya ditekuk, bibirnya mengerucut serta dahinya mengerut prustasi. Sesekali Gadis itu mendesah kasar mengingat penyebab dari alasannya menjadi sememprihatikan ini. Tidak lain adalah akibat Adien dan keinginan gilanya untuk menikahi Shayra.Ah, betapa malangnya nasib Shayra saat ini. Terus ditagih menikah oleh si berengsekk itu.Menikah atau bayar hutang!Bayar hutang atau menikah?!Kalimat itu tanpa dapat dienyahkan terus saja membayang mengganggu pikiran Shayra. Adien sudah seperti dept collector penagih hutang. Tiap ketemu selalu saja menuntut agar Shayra mengiyakan keinginan gilanya.Hal itu berdampak menyebabkan banyak pekerjaan Shayra menjadi tak beres, juga kerap kali membuat dirinya diomeli oleh penyihir kejam alias ibu Lisa atasan bermulut tajam itu."Kalau kamu t
Baca selengkapnya
11. Ada Sesuatu Dibalik Cepat Pulang
"Ada apa, Shayra? Apa kamu kembali sakit tidak enak badan dan nggak enak makan, hmm ..." celetuk Dinda mengomentari kelakuan Shayra yang terus mengaduk makanannya tanpa nafsu untuk menghabiskannya."Hmmm ..." Shayra berdehem lesu tak tertarik menjawab pertanyaan Dinda, namun tetap saja Shayra memaksakan diri untuk menjawab agar Dinda tak sakit hati dan tidak merasa diacuhkan. "Ya ... mmm-aku sakit lagi. Sangat kesakitan menderita sakit lebih sakit dari penyakitku yang sebelum-sebelumnya.""Apa!!" Kaget Dinda berseru dengan suara lumayan kencang disertai petototan setelah mendengarkan pernyataan Shayra.Hal itu mengakibatkan orang-orang yang juga berada dikantin perusahaan menatap kearah mereka dengan herannya. "Maaf-maaf ..." sambung ibu hamil itu tersadar, meringis sambil menyengir malu menatap orang-orang yang menatapnya dengan aneh.Dinda kembali beralih menatap Shayra yang kelihatan keadaannya masih sama,
Baca selengkapnya
12. Dijual Maa?
Sampai dirumahnya Shayra langsung memarkinkan mobil miliknya masuk garasi, kemudian keluar masuk rumah.Kebetulan garasi dirumahnya tersambung dengan dapur, sehingga Shayra tidak perlu repot balik kedepan. Dia hanya perlu masuk rumah melalui pintu penghubung.Gadis itu pun masuk melewati dapur dan berjalan menuju arah kamarnya yang berada dilantai dua."Fiuhhh ..." Shayra menghela nafas lelah menghamburkan dirinya ke atas tempat tidur milik sejenak sebelum kemudian ia menyambar handuk dan masuk kamar mandi."Aaarrggh, segarnya. Habis mandi tubuh terasa lebih enakan dan lebih rileks." Shayra berceloteh pada dirinya sendiri sambil mengibaskan rambut dan melilitnya dengan handuk untuk mengeringkan rambutnya tersebut.Shayra keluar dari kamar mandi dan hendak mengambil pakaiannya di dalam lemari, namun hal itu tidak jadi manakala, dua bola matanya menyaksikan layar handphone miliknya hidup dan teli
Baca selengkapnya
13. Rencana Pernikahan
Shayra menghela nafasnya panjang sambil memperhatikan penampilan didepan cermin yang tepat berada daihapannya.Dress lima senti di atas selutut tanpa lengan membentuk tubuh ditambah high heels berwarna senada dengan dress yang dikenakannya, yakni merah menyala. Membuat Shayra tampil cantik dan begitu seksi."Benar-benar sudah mirip jalang." Shayra meringis ngeri melihat pantulan dirinya. "Ch, jika sudah begini aku makin percaya mama sedang bersungguh-sungguh mau menjualku. Hahhh, bagaimana mungkin mama setega itu, sih? Ah tapi bisa saja begitu, mengingat mama selalu kelihatan kewalahan menghadapiku. Ya, tuhan aku harap apa yang aku pikirkan sekarang semoga saja tidak menjadi kenyataan ...." Tambahnya berpikir takut dan waspada.Namun meski demikian Shayra tidak mencoba kabur dan berusaha menepis bayang buruk pemikirannya tentang mamanya yang katanya akan menjual dirinya."Tidak-t
Baca selengkapnya
14. Penolakan Shayra
Karina tersenyum tak enak hati pada para tamunya, merasakan malu akibat perkataan putrinya. Shayra membuatnya naik pitam bernafas kasar, kemudian karena tak tahan Karina menarik anaknya dari sana serta membawanya menjauh setelah pamit sebentar.Ia memaksa Shayra mengikuti langkahnya dan menuju dapur.Terlebih dahulu Karina berjaga-jaga memastikan keadaan aman tidak akan ada yang mendengar ucapan yang akan diberikannya kepada Shayra."Apa-apaan kamu, Shayra! Menolak lamaran Adien laki-lali mapan, banyak uang serta dapat menjamin kamu hidup mapan dan mempertanggung jawabkan kebahagianmu. Apa kamu botoh, tolol dan sedang tidak bisa menggunakan pikiranmu? Hahh!!" Omelnya marah memperingatkan putri satu-satunya itu."Tapi dia it--""Apa!!" Bentak Mamanya memotong kalimat Shayra yang belum selesai. "Tidak usah beralasan, Mama malas dengar. Mama nggak mau tahu pokoknya kamu terima lamaran Adien.""Tida
Baca selengkapnya
15. Persetujuan Yang Terpaksa
Setelah acara lamaran resmi keluarga Adien padanya yang berlangsung dirumahnya. Shayra yang tidak mampu menolak dan dengan paksaan Shayra menyetujuinya. Akan tetapi bukan Shayra Anindya namanya jika begitu mudahnya pasrah, karena kenyataannya tidaklah sesimpel itu. Dipaksa menikah bukanlah kisah hidup seorang Shayra Anindya.Setidaknya apapun hasilnya suatu saat nanti, Shayra akan berjuang sekuat tenanganya, menolak Adien yang teramat gigih ingin menikahinya.Lisa seorang penyihir yang doyan mengancam memecatnya saja Shayra selalu lawan, apalagi sebuah rencana pernikahan yang menurutnya hanyalah akal-akalan Adien untuk balas dendam.Shayra percaya semua yang Adien lakukan hanyalah sebuah ajang balas dendamnya saja, untuk sebuah tamparan yang pernah Shayra layangkan ke pipinya. Tapi sayangnya harus tetap dalam mimpinya, karena Shayra takkan memberikan kesempatan Adien untuk menyakitinya.Mau seperti apapun dan bagaimanapun Adien berusaha menikahiny
Baca selengkapnya
16. Tertangkap
"Ayolah, Mas Raga. Tolong aku, bantu aku ... hanya beberapa hari lalu setelahnya aku akan pergi." Shayra memohon penuh harap sambil menangkup kedua tangannya di depan dada.Sayang sekali itu tak meluluhkan hati pria yang bernama Raga. Pria yang merupakan teman kerja dan satu timnya di kantor, mengangkat bahunya tak perduli."Jangan merengek seperti ini, Shayra. Lebih baik kamu pulang temui calon suamimu pak Adien dan meminta maaflah." Raga menegaskan sekaligus menyarankan."Iya aku akan melakukannya, tapi untuk beberapa hari kedepan tolonglah, biarkan aku tinggal dirumahmu." Shayra membujuk sambil memelas penuh harap.Sebenarnya ia bisa saja ke hotel akan tetapi antek-antek Adien pasti akan mudah menemukannya. Lalu mereka melapor pada Adien dan masa depannya bisa terancam.Sahabat yang dimilikinya hanya Dinda dan orang kedua yang dipercayainya adalah Raga. Pria yang sudah dianggapnya seperti ka
Baca selengkapnya
17. Kabur dan Kembali
'Jangan marah, jangan mengamuk dan bersabarlah Shayra! Ok tarik nafas lalu buang perlahan-lahan.' Shayra membatin berusaha menahan diri.Pria yang bernama Adien benar-benar mengujinya saat ini. Bagaimana mana tidak?Shayra tidak pernah menerima menerima lamarannya, tapi Adien dengan seenaknya membawanya ikut menyebar undangan penikahan mereka yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.Bukan cuma hal itu, masalah lain yang baru saja Shayra ketahui sungguh jahat membuatnya keningnya mengerut. Rasanya kepalanya mau meledak sangking membuat pening. Tak kala penjelasan Adien mengenai persiapan pernikahan mereka yang sudah hampir selesai dan mencapai sembilan puluh persen selesai.Gedung, gaun pernikahan, undangan, cincin dan sebagainya sudah selesai Adien persiapkan dan tinggal beberapa hal lagi yang belum.Sungguh pria itu ber
Baca selengkapnya
18. Hukuman
Percayalah walaupun Shayra sedang melakukan liburan berkelana ke luar kota untuk menikmati pantai, nyatanya Shayra hanya bergelung di kamar hotelnya.Shayra hanya tidur, makan dan tidur selama dua hari berturut-turut. Meski kabur dari acara pernikahannya adalah rencananya sendiri, nyatanya hal itu tetap saja membuat Shayra kepikiran. Perasaan Shayra tak enak dan mengkhawatirkan ibunya.Tapi apa boleh buat ia benar-bebar tidak mau menikah dengan seorang Adien.Pada saat bosan menghampiri barulah Shayra keluar kamar hotelnya. Gadis itu menuju pantai untuk merilekskan diri dan membuang kejenuhannya. Siang yang terik sepertinya sangat cocok untuk berjemur atau mungkin berenang.Shayra pun hendak membuka pakaiannya akan tetapi baru dua kancing bajunya yang terlepas, sesuatu terlempar keras kearahnya. Sontak Shayra menangkapnya dan ternyata itu adalah jas seorang pria.Shayra mengerut lantas melepas
Baca selengkapnya
19. Antara Marah dan Khawatir
Shayra menatap atap langit-langit kamar tempatnya berada dengan tatapan kosong. Wanita itu terdiam sambil duduk di tempat tidur menyandar pada kepala ranjang.Ada banyak alasan yang membuatnya merasa tidak hidup atau sekarang ingin mati saja.Beruntungnya akal sehat masih menguasainya, Shayra tidak menjadi gila setelah hal terburuk yang ia hindarkan kini kejadian dan sedang menimpanya.Beberapa saat kemudian Shayra mulai berpikir dan merutuk dalam hatinya. Ribuan umpatan yang tersimpan erat siap meledak untuk mencaci maki pria yang berbaring pulas jug nyenyak yang berada disampingnya.Ya pria itu adalah Adien Raffasyah Aldebaran memangnya siapa lagi?Beberapa saat lalu pria itu dengan tanpa perasaan merubah status Shayra dari gadis menjadi wanita. Shayra terluka, Shayra kecewa dan Shayra amat teramat terluka. Tapi memangnya mau bagaimana lagi, mau berteriakpun apa yang direnggut takkan bisa kem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status