Semua Bab Terjerat Hasrat: Bab 41 - Bab 47
47 Bab
41. Lawan Baru
Rudi mengajak Nita untuk duduk bersamanya. Nita mengikuti Rudi yang berjalan di depannya. Pilihan Rudi jatuh pada sebuah meja di sisi kanan rumah makan itu. Tempat itu agak penuh oleh para pengunjung yang semuanya merupakan orang-orang yang sedang dalam perjalanan luar kota.Suasana rumah makan Padang dengan interior modern dan masakan yang enak membuat Nita merasa nyaman. Rudi tampaknya juga demikian. Sambil makan, mereka ngobrol ringan tentang makanan yang mereka santap.Setelah beristirahat sejenak dan perut yang kenyang, perjalanan pun dilanjutkan. Nita memandangi deretan pepohonan karet di kebun-kebun yang mereka lewati. Jarak antara jalur-jalur pepohonan tampak rapi membentuk lorong-lorong."Boleh minta nomor hapemu?" tanya Rudi sambil menyodorkan ponselnya."Boleh," balas Nita sambil mengambil ponsel Rudi dan membuat kontak baru berisi nama dan nomor ponselnya. "Ada WhatsApp-nya juga. Kamu kirim pesan ke aku ya biar sekalian aku simpen kontak kamu.
Baca selengkapnya
42. Mendominasi
Nita yang sudah dikuasai berahinya lalu mendorong tubuh Rudi hingga jatuh terlentang di tempat tidur. Dengan gaya erotis, dilucutinya celananya sendiri hingga kini tubuhnya telanjang bulat. Nita lalu naik ke tempat tidur dan menaiki tubuh Rudi yang terlentang.Cumbuan demi cumbuan dilakukan Nita pada Rudi. Lelaki itu memang kelihatan tak berpengalaman dan hanya menikmati perlakuan Nita. Rudi bahkan langsung ejakulasi ketika Nita menggesek-gesekkan selangkangannya ke batang kelamin Rudi.Sambil tersenyum, Nita meraih tisu dan mengelap cairan sperma Rudi yang tumpah di badannya sendiri. Setelah itu dengan lembut Nita mengarahkan batang Rudi ke bibir kewanitaannya, lalu menggesek-gesekkannya.Rudi seperti menahan napas. Jantungnya berdebar keras. Dia merasa antara takut dan ingin merasakan persetubuhan yang belum pernah dilakukannya sebelumnya.Perlahan Nita mendorong tubuhnya ke bawah yang membuat batang kejantanan Rudi terbenam seluruhnya dalam celah kewan
Baca selengkapnya
43. Dendam
Sementara itu, Rudi semakin bersemangat mencumbui sasarannya. Kombinasi permainan mulut dan lidahnya membuat lawannya tak berkutik dan hanya mengerang lembut. Erangan-erangan lembut itu membuatnya makin bersemangat untuk menaklukkan lawannya. Tak lama, lawannya mengejang dengan erangan panjang.Rudi merasa puas telah menaklukan lawannya. Dibiarkannya Nita merasakan sisa-sisa klimaksnya. Kepercayaan dirinya mencumbui perempuan meningkat. Dengan cepat dia telah mempelajari bagaimana menaklukkan tubuh perempuan.Nita tersengal dengan napas memburu dan degub jantung yang terpacu. Tubuhnya yang menegang perlahan mulai mereda kembali seperti semula. Saat kesadarannya baru pulih sebagian, Nita menyadari bahwa Rudi berusaha membebaskan tubuhnya dari dirinya. Sejenak Nita merasa rileks tertelungkup di kasur. Namun, keadaan itu tak berlangsung lama. Nita merasakan tangan Rudi telah menyeret tubuhnya ke pinggir tempat tidur. Nita hanya menurut ketika Rudi memposisikan tubuhnya be
Baca selengkapnya
44. Resah
Nita sudah selesai mengikat tali sepatunya. Disandangnya ranselnya lalu mencium punggung tangan ibunya."Bu, aku pamit dulu.""Iya. Jaga dirimu baik-baik, Nit!" Mata ibunya tampak berkaca-kaca setelah mengurai pelukannya pada Nita."Iya, Bu. Ibu jangan khawatir." Nita menyambut uluran tangan Sisi yang akan mencium punggung tangannya. "Kamu baik-baik, ya, Sis!""Iya, Yuk," jawab Sisi sambil memeluk Nita.Di depan rumah, mobil travel telah menunggunya. Nita menyerahkan ranselnya pada sopir yang akan memasukkan ransel itu ke bagasi di bagian belakang mobil. Nita berbalik lalu melambaikan tangan pada ibu dan adiknya sebelum masuk ke mobil. Sesuai pesanannya, Nita duduk di barisan paling belakang.Kepulangannya kali ini memberi kesan lain dari biasanya. Menyadari adiknya yang akan segera menikah membuat Nita kembali mengenang kebersamaan mereka di masa kecil. Waktu seakan berjalan begitu cepat. Kini, adiknya sudah jadi perempua
Baca selengkapnya
45. Desakan
Nita merasa batinnya lelah. Bangun dari tidur di pagi hari tidak membuatnya merasa segar. Dengan malas, diliriknya jam dinding. Hampir pukul setengah tujuh pagi. Andai dirinya tak mesti ke kantor.Otaknya terasa penuh. Setelah Vina pulang semalam, dia hampir tak bisa tidur memikirkan apa yang terjadi beberapa bulan belakangan. Mulai dari sentuhan pertama Arya di tubuhnya sampai dirinya terjebak dalam perilaku biseksual yang telah melenakannya.Ingatannya akan ibunya membuat dadanya terasa sesak. Nita sadar dirinya telah mengecewakan ibunya andai beliau tahu apa yang telah dilakukannya. Dia bahkan merasa jijik dengan dirinya sendiri. Jijik dengan perilakunya yang liar.Apa artinya marah dengan keadaan dan kesalahan orang lain dengan membuat kesalahan sendiri? Itu tak membuat dirinya lebih baik. Bahkan, lebih buruk. Marah dengan orang-orang yang dianggapnya bersalah, tetapi dirinya sendiri berkubang dalam kesalahan-kesalahan yang membuatnya semakin terbenam.
Baca selengkapnya
46. Penyelesaian
Arya terdiam seribu bahasa. Apa yang dikatakan Nita seolah menamparnya dengan sangat keras. Mukanya memerah entah karena marah atau malu.“Putuskan Cecil! Bapak sudah melanggar kesepakatan dengan Bu Vina karena mencintai Cecil.”Arya menghela napasnya. “Kamu benar. Aku memang mencintai Cecil.”“Sekarang, Bapak silakan pergi. Jangan pernah menyentuhku lagi. Ini untuk terakhir kalinya.”“Maafkan aku,” ujar Arya. “Aku telah membuatmu jadi begini.”“Sudahlah. Kita lupakan yang pernah terjadi.”“Suruh Bu Vina kemari nanti sore,” pinta Nita. “Jangan bilang apa-apa tentang hal ini. Biar aku yang bicara padanya.”Bagaimanapun, bukan cuma Arya, Nita juga harus menyelesaikan apa yang telah dimulainya. Apa yang terjadi sudah menjadi lingkaran setan yang harus diputusnya. Semua harus kembali ke asalnya.Setelah Arya pergi, Nita mandi dan bersiap
Baca selengkapnya
47. Memaafkan
Nita dan Vina berbaring bersisian. Tubuh mereka masih telanjang. Keduanya kelelahan setelah pergumulan mereka barusan.“Yuk ....” panggil Nita.“Hmmm ....” Vina membuka matanya. Menatap Nita yang ada di sisi kanannya.“Gimana hubungan Kak Arya dengan Ayuk belakangan ini?”Vina menghela napas panjang. “Entahlah, Nit. Kak Arya beberapa hari ini sibuk. Setiap hari pulang malam.”“Sibuk dengan kerjaan kantor?”“Aku gak tahu persis. Kadang, dia pulang sore, mandi, terus pergi lagi. Dia gak bilang mau ke mana persisnya. Aku pikir Kak Arya pergi kencan dengan Cecil.”“Kenapa bisa mikir gitu?” tanya Nita penasaran.“Naluri istri, Nit. Tiga hari lalu, Kak Arya pulang sore dan pergi lagi. Aku ikuti. Ternyata, dia ketemu Cecil di suatu tempat, lalu pergi bersama.”“Mungkin pergi ngurus kerjaan?”“Bukan kerjaan, t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status