Semua Bab Terjerat Hasrat: Bab 21 - Bab 30
47 Bab
21. Pelayanan
Nita mengambil ponselnya. Sambil memilih menu yang dia sempat ambil ketika belanja tadi, dia pesan makanan ke café itu dengan mengirimkan pesan singkat ke nomor yang tersedia di brosur. Steak-nya kelihatan enak. Sambil menunggu pesanannya datang, Nita kembali menghirup kopi sambil menonton tv. Dia pilih-pilih channel tv untuk mencari film. Akhirnya berhenti di channel khusus film. Tak lama kemudian, bel pintu berbunyi. Petugas café mengantarkan makanan yang dipesannya tadi. Setelah membayar dan memberikan kembaliannya sebagai tips, Nita menutup pintu apartemen dan menyajikan makanan di meja makan.Nita sedang menyajikan makanan ketika Arya baru selesai mandi dan menuju meja makan."Cepet banget kamu masak?" tanya Arya heran."Dapurnya di café bawah, Pak jadi cepet masaknya," canda Nita."Mari langsung makan," ajak Nita yang sudah selesai menyajikan makanan. Dia duduk berseberangan dengan Arya. Mereka pun mulai me
Baca selengkapnya
22. Beranda
Nita mengikuti Arya masuk ke kamar utama. Arya mengambil posisi di sisi kanan. Dia menarik selimut. Dinyalakannya tv dan diserahkannya remote control kepada Nita yang sedang menutupi tubuhnya dengan selimut."Biasanya perempuan tidur gak pake BH. Kok kamu tetap pake BH?" tanya Arya."Biasanya di rumah aku cuma pake kaos dan CD," jawab Nita polos."Yaudah, buka aja kalo gitu. Aku gak keberatan kok." Nita cuma tersenyum mendengar Arya ngomong begitu. Nita tiduran terlentang sambil nonton film di televisi. Arya memeluknya dari samping dan Nita membiarkannya saja. Tak lama Arya sudah tertidur. Arya kurang tidur malam sebelumnya. Dia tidur telat karena bercinta dengan Vina.Setelah beberapa lama, Arya berubah posisi. Dia bergulir ke kanan dan terlentang. Nita terbebas dari pelukan Arya. Merasa Arya sudah terlelap, Nita yang mulai risih melepaskan BH dan celananya. Tinggal kaos dan celana dalam yang masih tersisa. Kemudian dia masuk kembali ke dalam se
Baca selengkapnya
23. Berhibur
Acara paparan tadi pagi berjalan dengan sangat baik. Pihak klien sangat puas dengan hasil pekerjaan mereka. Usai paparan tadi pihak klien juga membahas kemungkinan untuk memberikan proyek baru lagi dalam waktu dekat. Sekalian dibahas gambaran umum proyek itu tadi. Setelah itu mereka makan siang bersama pihak klien. Selesailah sudah agenda utama mereka di Jakarta.Mereka berdua baru saja sampai di apartemen. Nita langsung masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian formal yang tadi dikenakannya. Dilepasnya blazzer, blus, dan celana panjangnya. Tinggallah BH dan celana dalam yang tersisa. Dibukanya juga BH-nya lalu mencari ikat rambut di tasnya. Diikatnya rambut bagian samping dan atasnya menyatu di belakang kepala dan membiarkan rambut bagian belakangnya terurai sampai menyentuh pangkal tengkuknya.Nita menghadap ke kaca untuk melihat rambut yang baru diikatnya. Sambil melihat dirinya sendiri di kaca, nampak di latar belakang Arya sedang berdiri di ambang pintu memandangi
Baca selengkapnya
24. Senja
Perasaan Nita berangsur berkurang sesaknya. Beban yang semula seakan menggumpal di dadanya perlahan menguap ke udara seiring hembusan asap rokoknya. Akhirnya semua menguap hingga tak bersisa. Hatinya kini merasa lega. Namun, entah mengapa kini Nita terasa kosong. Dia sudah terbiasa ada yang mengisi hatinya. Mentari di hadapannya mulai turun ke cakrawala. Nuansa jingga menghias langit membuatnya terkesima. Dia kini tenggelam dalam keindahan namun merasa sendiri di ketinggian. Jiwanya seakan melayang tanpa arah. Tiba-tiba tepukan di pundaknya mengagetkannya. Jiwanya yang tadi melayang tanpa arah mendadak kembali ke tubuhnya. Refleksnya hilang saat kesadarannya baru pulih. Dia hanya terduduk pasrah. "Katanya kamu sudah booking tempat makan untuk malam ini?" Pertanyaan Arya mengagetkannya. Nita tergagap sejenak. "I ... iya ...," jawabnya singkat. "Kamu melamun? Maaf, aku mengagetkanmu," ujar Arya. Nita hanya tersipu malu menyadari dirinya dipergok
Baca selengkapnya
25. Balas Bodi
Saat menuju kamarnya, dilihatnya dari pintu kamar utama yang terbuka Arya sedang tiduran bertelanjang dada sambil menonton tv. Ingin rasanya Nita bergabung tiduran di sana. Dia ingin merasakan sensasi yang lebih besar dari yang pernah dirasakannya sebelumnya.Tekadnya sudah bulat. Dia masuk ke kamar utama menghampiri Arya. Ketika dia sudah berada di sisi tempat tidur, dibukannya ikatan kimono handuknya. Diloloskannya dari tubuhnya dan dibiarkannya jatuh ke lantai lalu dia naik ke tempat tidur dan duduk di perut Arya.Arya tak berani bereaksi. Dia tak mau terjadi sesuatu pada dirinya jika mencoba melakukan yang Nita tak inginkan. Dia hanya memandangi sepasang buah dada montok dan kencang yang begitu menantang di hadapannya. Rasanya tangannya sudah tak sabar ingin meremasnya tapi dia takut untuk melakukannya. Biarlah dia menunggu apa rencana Nita.Melihat lawannya tak berinisiatif menyerang, Nita mulai melancarkan serangannya. Badannya menunduk ke depan, tangan ka
Baca selengkapnya
26. Noda
Arya sudah lunglai. Dia tak kuasa lagi meladeni Nita. Dia pasrah mau diapakan Nita. miliknya semakin mengecil dan terlepas dari milik Nita. Benda itu lunglai tak berdaya.Otot-otot kewanitaan Nita masih berkontraksi pelan. Cairan sperma Arya tumpah dari rongga kewanitaan Nita mengenai celana dalam Arya yang masih menempel di dekat skrotumnya. Celana dalam putih itu basah oleh cairan kental merah muda, campuran sperma Arya dan darah perawan Nita.Nita bangkit dari posisinya. Dia berdiri di samping tempat tidur. Dilihatnya bekas pergumulan mereka berdua. Matanya tertuju pada celana dalam Arya yang bernoda bersemu merah. Nita tahu itu sisa darah perawannya.Ditariknya selimut yang menutupi kaki Arya. Diloloskannya celana pendek Arya lalu celana dalamnya juga. Diangkatnya celana dalam Arya dengan tangan kanannya."Ini sisa noda darah perawanku. Akan aku simpan sebagai kenang-kenangan," ujar Nita lirih. Arya hanya diam memandangi ulah Nita tanpa berkata sepata
Baca selengkapnya
27. Menebus Jejak
"Kak, jamunya diminum dulu," ujar Vina sambil menyodorkan segelas jamu yang sudah dicampur madu dan kuning telur ayam kampung."Jamu?" tanya Arya bingung. Selama ini dia tidak biasa minum jamu."Iya, biar tenagamu pulih kembali. Ini untuk meningkatkan vitalitas dan membuat tubuhmu lebih bugar," jawab Vina.Arya tak mau membantah. Diikutinya saja perintah istrinya. Sejak pulang tadi siang, dia merasa tubuhnya agak lemas bahkan tak biasanya dia langsung tidur.Ketika Arya pulang siang tadi, Vina bisa melihat suaminya tampak lelah. Dibiarkannya Arya langsung tidur. Vina menduga ada aktivitas ekstra yang dilakukan suaminya di Jakarta dan itu mungkin ada kaitannya dengan Nita.Saat suaminya tidur, Inah dimintanya pergi membeli jamu dan madu untuk Arya. Kebetulan Inah pernah cerita tentang itu sebelumnya jadi urusannya lebih gampang. Menurut Inah, racikan jamu itu biasa diminum lelaki yang aktivitas seksualnya ekstra, misalnya pengantin baru atau yang me
Baca selengkapnya
28. Tunai
Mela mulai melancarkan serangannya. Tangannya menyentuh dan mengelus-elus milik Arya yang masih terbungkus celananya. Mela merasa gemas dengan batang keras yang sudah terbayang rasanya kalau dimasukkan ke celah miliknya. Sensasi itu menambah lengkap serangan Arya yang gencar di buah dada montoknya. Kewanitaan Mela mulai berdenyut-denyut dan terasa basah.Arya menghentikan serangannya. Dibopongnya Mela ke kamar tamu yang tak jauh dari sana. Tempat yang sudah disiapkan Vina untuk Arya melakukan eksekusi menebus apa yang Mela minta. Tempat yang sudah disiapkan untuk mendokumentasikan perbuatan mereka berdua.Diletakkannya Mela di tempat tidur. Dilepasnya high heels Mela dari kedua kakinya. Mela dengan sukarela melepas blus berikut BH-nya yang masih menempel di tubuhnya. Dilepasnya juga rok mininya. Tinggallah celana dalamnya yang tersisa. Arya tak ingin berlama-lama. Dilucutinya pakaiannya sendiri sampai tak ada yang tersisa di tubuhnya.Mela terpana melihat batang
Baca selengkapnya
29. Nostalgia
Langit tampak bersih. Hanya awan-awan tipis yang terlihat dari jendela pesawat. Visibilitas ke arah bawah tampak jelas. Pesawat sudah menurunkan ketinggian sejak beberapa saat sebelumnya. Saat itu bandara internasional Juanda sudah terlihat jelas. Tak lama berselang, pesawat mendarat dengan mulus.Arya menyebut nama salah satu hotel di sekitar daerah Tunjungan ketika sopir taksi membawanya dari bandara. Sepanjang perjalanan, Arya dan sopir itu ngobrol tentang Surabaya yang sudah banyak berubah dibandingkan saat Arya terakhir ke sana. Sudah cukup lama Arya tidak ke kota penuh kenangan itu. Pandangannya melihat-lihat ke kiri dan kanan jalan sambil berusaha mengingat-ingat tempat-tempat yang pernah dikunjunginya dulu."Maaf, Pak. Kita sudah hampir sampai di hotel," kata si sopir dengan sopan."Oh ... iya," jawab Arya sambil melihat-lihat ke kanan dan kiri mencari-cari gedung hotel yang dia tuju.Arya sengaja memesan kamar di hotel tersebut dan meminta kamar
Baca selengkapnya
30. Kejutan
Sepanjang perjalanan menuju ke rumahnya dari bandara, Arya mengenang masa lalu saat dia mulai mengenal Vina, seorang gadis yang memikat hatinya. Seorang mahasiswi semester tiga yang ramah dan disukai banyak orang karena keramahan dan kecantikannya.Banyak lelaki yang berusaha mendekatinya termasuk Arya. Saat itu Arya sudah mulai menyusun skripsi jadi pikirannya tidak benar-benar fokus mendekati Vina. Arya mengenal Vina dari salah seorang teman Vina. Arya kadang ngobrol dengannya kalau sedang ada kesempatan, tetapi belum pernah melakukan pendekatan meski Arya naksir dengannya.Teman-teman dekat Arya tahu kalau dia naksir Vina. Mereka greget karena Arya tidak melakukan pendekatan untuk menjadikan Vina pacarnya. Arya hanya mengungkapkan angan-angannya untuk memacari Vina, tetapi tak ada usaha mendekatinya secara khusus.Suatu malam, karena desakan teman-temannya, Arya datang ke rumah Vina untuk mengungkapkan perasaannya. Kebetulan Vina sedang ada di rumah saat itu.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status