Semua Bab Era Baru: Bab 21 - Bab 30
284 Bab
Kembali ke Lembah Iblis III
Barata menghampiri para pengungsi yang menatapnya dengan tatapan ketakutan. Dia tidak merasa bila tatapan itu keterlaluan. Baginya, ini hal yang wajar untuk para pengungsi jika merasa takut akan dirinya, bahkan dia sendiri merasa sedikit tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bola api dari Pusaka Batu Api terlalu kuat, dan memiliki kerusakan yang begitu besar.Namun, Barata merasa tenang saat melihat para pengungsi yang tidak terluka. Barata tidak memikirkan hal lain, kecuali membawa para pengungsi ini di bawah kakinya. Dengan tambahan para pengungsi ini, keamanan dan kelayakan hidup dari mereka yang ada di Lembah Iblis bisa sedikit bertambah. Tentu saja, ada konsekuensi lain yang dia pikirkan juga.Barata mendekati pemuda yang membawa kapak. Dia merasa bila pemuda ini merupakan pria yang pantas, dan layak untuk dilatih serta diasah kemampuannya. Barata mengamatinya dengan tenang untuk melihat sikapnya setelah menyaksikan pertarungannya. Pada saat Ba
Baca selengkapnya
Menentukan Arah Perkembangan I
Di dalam Lembah Iblis, Bowo beserta para penduduk mengkhawatirkan keadaan Barata yang tak kunjung kembali. Meski Surip sudah kembali bersama dengan beberapa orang lain, Bowo tetap merasa khawatir dengan keselamatan Barata. Semua itu karena kehidupan para penduduk bersinambung dengan kehidupan Barata.Ketidakhadiran Barata di sekitar mereka membuat para penduduk mengeluarkan suasana yang mengkhawatirkan, dan penuh dengan keraguan. Bowo sudah mencoba sekuat tenaganya untuk menenangkan mereka, tapi para penduduk tetap memiliki rasa resah yang begitu kuat. Bagaimanapun juga, mereka sudah melihat betapa mengerikannya situasi di luar sana, dan begitu mereka mendapatkan tempat yang nyaman, mereka tidak ingin kehilangan tempat itu.“Kalian tenanglah, kita sudah mendengar dari mulut Surip kalau Tuan Barata akan kembali. Dia saat ini sedang membersihkan beberapa area agar kita dapat hidup lebih tenang dan aman. Kita tidak bisa menunjukkan kelemahan sepert
Baca selengkapnya
Menentukan Arah Perkembangan II
“Kepergian Anda waktu itu membuatku harus mengambil keputusan. Aku merasa ini bukan hal yang baik, jadi aku ingin meminta maaf untuk hal itu, Tuan. Yakinlah, aku melakukan hal tersebut untuk membuat para penduduk hidup. Aku tidak bermaksud untuk bertindak lancang, dan aku juga sudah tahu rencanamu untuk memimpin kami dari Surip. Oleh karena itu, aku merasa bila tempat ini akan menjadi markas atau tempat tinggal kita.” Bowo berbicara dengan sedikit tidak tenang.Barata tak peduli dengan hal itu, dia melihat ada beberapa perubahan di gua serta bagian depan gua. Semua itu memang memperlihatkan adanya jejak kehidupan, dan dia juga melihat anak-anak yang ada di sana dapat berlarian di dalam gua atau menunjukkan tanda-tanda hidup daripada saat dia bertemu dengan mereka untuk pertama kalinya.Dia berkata, “Tak apa, Bowo. Aku menghargai apa yang kau lakukan. Keputusanmu menunjukkan tekadmu untuk hidup dan juga keberanianmu dalam mengambil se
Baca selengkapnya
Kembali ke Permukaan
Tiga hari berlalu begitu saja, Barata melatih para pejuangnya dengan sangat ganas. Dia juga membentuk sebuah tempat yang sedikit lebih baik daripada beberapa waktu lalu, dan pagar yang sedang dibangun pun sudah menunjukkan progres yang baik. Barata menatap seluruh area gua dengan tenang dan dia juga memperhatikan para penduduk yang menunjukkan antusiasme yang tinggi untuk bertahan hidup.Sewaktu Barata dan para pejuangnya bersiap-siap untuk meninggalkan Lembah Kehidupan ini, dia dihampiri Bowo yang tampak cemas. Meskipun Bowo sudah mendengar tujuan Barata pergi ke permukaan tempo hari, tetap saja dia tidak dapat membuang rasa khawatirnya. Keberadaan Barata merupakan sebuah tiang yang menyangga keberlangsungan hidup para penduduk, dan Bowo merasa bila dia tidak bisa membiarkan hal buruk terjadi pada Barata.Bowo melihat keenam pria yang berada di belakang Barata. Mereka terlihat berbeda dari tiga hari yang lalu, dan itu terlihat dari sorot matanya. Mer
Baca selengkapnya
Menjarah Desa I
Barata menunjukkan cara bertarung pada para pejuang. Dia hanya menggunakan parangnya setelah menembakkan bola api. Beberapa zombie yang berada dalam jangkauan serangannya pun segera dia tebas. Bola api membakar beberapa zombie dan menghancurkan kepalanya. Meski begitu, Barata tak berhenti mengayunkan parangnya untuk menebas zombie lainnya.“Jangan pernah incar badan ataupun anggota tubuh lainnya. Tanamkan ini ke dalam pikiran kalian, zombie-zombie ini hanya akan mati bila memotong kepalanya atau menusukkan senjata kita ke dalam kepalanya. Jangan khawatir, aku yakin kalian akan bisa melakukannya bila kalian sudah memantapkan diri kalian,” ucap Barata. Tangannya terus mengayunkan parang, dan dia merenggut beberapa kepala zombie lagi. Dia terus melangkah ke depan di saat tangannya tak berhenti menghancurkan zombie-zombie yang menyerangnya. Warna dari bilah parang yang dia gunakan berubah menjadi kemerahan berkat darah dari zombie yang dia t
Baca selengkapnya
Menjarah Desa II
Barata yang melihat pergerakan zombie langsung bergegas merangsek maju sambil mengayunkan parang di tangannya. Dia sama sekali tidak menunjukkan rasa takutnya. Barata tidak dapat dan tidak diperbolehkan untuk menunjukkan rasa takut di kala dia memimpin sebuah pasukan, karena hal itu akan sangat berdampak pada kondisi mental pasukannya.Jadi, dia hanya bisa bertarung dengan seluruh tenaganya. Tidak peduli bagaimana dia bertahan ataupun bertarung, Barata terus menunjukkan sisi terkuatnya. Meski ada belasan zombie yang berlari ke arahnya sembari memperlihatkan rasa laparnya, Barata tidak mundur ataupun menghindarinya, melainkan dia bergegas ke depan sambil mengayunkan parangnya dan memenggal zombie-zombie yang mencoba menyerangnya.“Jangan hanya menatapku saja!! Gunakan senjata kalian dan hadapi mereka semua! Parang yang kalian gunakan harus kalian asah terus menerus dengan darah dari para zombie. Di mana keberanian kalian tadi? Mengapa sekarang menghila
Baca selengkapnya
Menjarah Desa III
Pada saat Barata mencari-cari sumber daya apa yang ada di dalam desa. Samar-samar dia merasakan ada sebuah pergerakan dari arah tertentu, dan sosok yang ada di titik itu tengah mengikutinya. Barata tersenyum sembari menggeledah satu rumah. Dia membutuhkan peralatan, terutama yang dapat digunakan sebagai senjata, misalnya lembing, besi panjang, parang, golok, ataupun kapak.Tentu saja, dia tidak melupakan sumber daya lainnya, terutama bahan pangan. Walaupun dia memfokuskan dirinya untuk mempersiapkan para pejuang hingga mereka dapat ditinggal sewaktu-waktu untuk melindungi desa. Barata tetap memikirkan kondisi dan keadaan subjeknya. Saat ini, para penduduk yang ada di Lembah Kehidupan telah dia anggap sebagai orang-orangnya, sehingga dia perlu memastikan keselamatan serta keberlangsungan hidup mereka.Barata benar-benar fokus untuk mencari beberapa senjata yang ada di rumah tersebut. Akan tetapi, dia juga memperhatikan gerak-gerik pria yang mengikutinya itu.
Baca selengkapnya
Sopo Barungan I
Pria itu tidak dapat menahan keinginannya lagi untuk menyerang. Mereka berdua sudah berada di posisi itu dalam waktu yang cukup lama. Tidak mungkin baginya menahan diri dalam waktu yang lama, bagaimanapun juga situasi yang dia hadapi ini membutuhkan dia untuk bersikap lebih agresif ketimbang pasif. Saat dia berada dalam sisi pasif, dia harus mendengarkan ocehan Barata yang tak berhenti-henti.Pada saat Barata sedang mengoceh dan mengolok-oloknya, pria itu hanya diam saja. Namun, ketika dia melihat Barata yang tidak berada dalam kondisi siap, pria itu langsung melepaskan serangan yang kuat. Dengan satu anak panah yang disertai dengan angin yang kuat, dia menembakkannya dan mengarahkannya ke Barata yang sedang lengah. Serangannya itu cukup kuat hingga mampu menembus sebuah batu. Dengan akurasi yang cukup akurat, anak panah itu melesat dengan kencang dan menghancurkan udara. Barata yang sedang mengamati keadaan sekitar tak menyangka bila dia akan di se
Baca selengkapnya
Sopo Barungan II
Panah di tangan Sopo Barungan mengeluarkan tekanan yang kuat dan juga udara di sekitar anak panahnya berkumpul pada satu titik. Ketika Sopo Barungan melepaskan anak panah yang mengarah ke Barata, dia langsung mengeluarkan panah lainnya dan berpindah posisi. Akan tetapi, dia tidak bersembunyi seperti beberapa waktu lalu.Barata sama sekali tidak merasa tenang saat dia mengelak dari panah itu, dan dia benar-benar merasakan ancaman yang berbahaya dari serangan itu. Ketika dia mengelak sekalipun, anak panah yang terlepas dari busur panah Sopo Barungan membuat sebuah kawah kecil di belakang Barata. Dia sendiri tak menyangka bila kekuatan serangan Sopo Barungan akan sebegitu kuatnya.Ketika Barata mencoba untuk bergerak dan menyerang Sopo Barungan, dia terus menerima serangan yang tak ada hentinya dari Sopo Barungan. Barata benar-benar tidak percaya bila Sopo Barungan tak bersembunyi seperti beberapa saat lalu. Serangan yang dia lepaskan benar-benar kuat dan mema
Baca selengkapnya
Merekrut Sopo Barungan
Setelah menerima serangan Barata, Sopo Barungan terlempar dari posisinya, dan jatuh menghantam tanah lapang. Dia mengerang pelan sembari merasakan nyeri dan rasa terbakar baik di dada maupun di punggungnya. Barata melihat Sopo Barungan yang berada di tanah sembari menatap langit, dia menghampirinya sambil menarik kembali auranya.“Sopo Barungan, aku tidak tahu alasan apa yang membuatmu melakukan tindakan ini? Namun, aku akan memaafkan hal itu. Apa kau tahu bila saat ini seluruh dunia telah berubah menjadi seperti ini? Ada banyak zombie dan monster yang berkeliaran. Mereka mengincar orang-orang seperti kita. Mereka jauh lebih berbahaya daripada binatang buas. Pikirkan kembali orang-orang terdekatmu, apa mereka terbunuh oleh monster dan zombie?” tanya Barata. Dia benar-benar memberikan sebuah pertanyaan yang cukup untuk menggali perasaan Sopo Barungan yang sudah coba ia sembunyikan. Barata tahu bila setiap orang yang kehilangan orang-orang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
29
DMCA.com Protection Status