All Chapters of Betelgeuse: Chapter 1 - Chapter 10
72 Chapters
1. Kejadian Misterius di Trollehallar
Suhu di kota Gothenburg mencapai tujuh derajat celcius di awal tahun. Namun meskipun begitu, keadaan langit pada siang hari tampak begitu cerah seperti biasa, berikut dengan aktivitas masyarakatnya.Salah satu sekolah menengah atas terbesar di kota itu tampak ramai begitu bel jam terakhir dibunyikan. Semilir angin perlahan datang seolah menyambut para murid begitu mereka menginjakkan  kaki di permukaan halaman sekolah.“Kau sudah cukup banyak mengambil gambar kemarin. Apa hari ini kau mau pergi lagi?” Seorang gadis berambut ikal merangkul rekannya yang tengah mengelapi sebuah kamera.“Hm.”“Isla, Isla. Kau masih saja belum kapok setelah kemarin hampir dikejar babi hutan?” Teresa menarik pipi sahabatnya.“Itu kan kemarin. Aku tidak boleh menyerah, lagi pula ibuku tidak akan marah.” Gadis bernama Isla itu mengedipkan salah satu matanya.“Ibumu tak marah karena kau beralasan mengerjakan
Read more
2. Supernova
“Aku tidak tahu  kenapa kau bersikeras pergi ke sana. Tapi bisakah kali ini kau membatalkannya? Kau bahkan baru pertama kali pergi ke tempat itu. Ayolah, Trollehallar mengalami kebakaran secara mendadak dan itu aneh sekali.” Teresa meminum minuman miliknya dan menatap Isla yang masih mengerjakan tugas rangkuman.“Mungkin saja ada orang iseng yang membuang rokok sembarangan, lalu dia kabur saat ulahnya menimbulkan masalah besar di sana.”“Kau bercanda? Polisi saja masih belum menemukan jawabannya dan kau malah berspekulasi sendiri. Ah, pokoknya aku tidak mengizinkanmu pergi ke sana.”“Kau benar-benar terdengar seperti ibuku.” Isla berdecak dan menutup bukunya. Kemudian gadis itu mengeluarkan sebuah kotak makan siang. “Ayo makan, aku sudah lapar,” ajaknya pada Teresa. Keduanya beranjak dari sana dan berjalan keluar kelas. Namun langkah Isla secara mendadak berhenti saat pandangannya secara tak sengaj
Read more
3. Sihir
Deringan ponsel itu membuat mimpi sang pemilik mendadak berantakan. Di sana diceritakan ia sedang berada di sebuah pesta dansa besar dengan berbagai hidangan mewah. Semula semuanya berjalan dengan baik, di mana ia berdansa dengan seorang pria tampan dengan pandangan yang terus mengarah padanya. Manik mata berwarna merah itu justru tak membuatnya takut, justru sebaliknya. Ia malah jatuh ke dalam pesonanya. Suasana pun mendadak berubah begitu musik klasik yang mengiringi diganti menjadi musik rock yang memekakkan telinga. Sang pria tampan yang tadi berdansa dengannya itu menghilang entah ke mana.Isla membuka kedua matanya dan langsung menutup wajahnya dengan sebuah bantal. Siapa suruh juga ia memilih lagu rock sebagai nada alarm pagi harinya. Mau tak mau ia pun bangun dan mematikan alarm yang nyaris memecahkan gendang telinganya itu. Ponselnya tidak lama kemudian berdering, membuatnya mengangkat panggilan itu dengan suara husky khas bangun tidur. "Kenapa?"
Read more
4. Bumi dan Hidrogen
Isla tidak henti-hentinya berdecak kagum. Gadis itu selama seharian memutari seisi hutan, memotret objek-objek di sana. Dengan seekor anjing kecil yang menemaninya, Isla menikmati waktunya selama berada di Trollehallar. Siapa sangka hutan yang katanya menyimpan kejadian misterius itu justru di dalamnya menyimpan berbagai hal menakjubkan. "Kau pasti senang sekali berada di sini.Udara di sini begitu segar, aku bahkan menyukainya," ujarnya. Sang anak anjing hanya menatapnya. Namun secara tiba-tiba langkahnya mendadak berhenti dan kepalanya dengan cepat menoleh ke belakang. Ia menggonggong, lalu menarik-narik dress yang dikenakan Isla saat gadis itu sedang berjongkok hendak mengambil gambar seekor serangga. "Ada apa?" tanyanya. Si anak anjing menggonggong kian keras, lalu berlari dengan cepat dari sana. Isla dibuat kebingungan dan ia langsung menyusul anak anjing itu, khawatir sesuatu kembali terjadi padanya. "Ke-kenapa kau berlari? Apa ada sesuatu?"
Read more
5. Pintu Kematian Betelgeuse
"Ramalan cuaca pagi tadi mengatakan kalau hari ini akan cerah, tapi malah sebaliknya. Dasar payah." Teresa membuka mulutnya lebar lalu menggigit burger yang baru saja dibelinya di kantin. Ia mendengkus begitu hujan tiba-tiba turun, padahal tadi pagi cuaca masih cerah dengan matahari yang bersinar begitu terang. Di depannya, Isla ikut menatap keadaan di luar sana. Karena hujan, mau tidak mau semua murid menghabiskan waktu istirahat mereka di dalam ruangan. "Ramalan cuaca tidak selalu akurat. Mungkin saja ada perubahan angin." Ia lalu beranjak dari tempatnya. "Kau mau ke mana? Burgermu kan belum datang." Teresa berujar. "Aku mau ke toilet sebentar."Isla berjalan keluar dari kantin. Hujan membuat suhu di sekitarnya berubah menjadi sedikit lebih  dingin. Hal itu sudah pasti berpengaruh padanya yang cukup sensitif terhadap dingin. Ginjalnya akan menyaring lebih banyak darah dan menghasilkan lebih banyak urine, sehingga membuatnya lebih sering b
Read more
6. Hutan Ajaib Trollehallar
"Kau pasti sudah gila." Teresa membuang napasnya kasar saat Isla melambaikan tangannya dari balik jendela bus. Entah apa yang ada di dalam otak sahabatnya itu, namun Teresa tak pernah paham, di saat orang lain menjauhi tempat misterius bernama Trollehallar, Isla justru terlihat seperti semakin tertarik dengan tempat yang satu itu. Bus perlahan melaju, membuat perasaan Teresa campur aduk seketika. Ia merasa seperti seorang ibu yang tengah melepaskan anak sematawayangnya untuk pergi merantau ke negeri orang.Sementara itu di dalam bus, Isla sudah terlihat sibuk mengotak-atik kameranya. Meskipun dalam hatinya ia masih merasa sedikit trauma dengan kejadian ajaib beberapa waktu lalu, tapi dia masih penasaran dengan tempat itu. Anak anjing, kebakaran, meteor jatuh, salju, serta laki-laki yang melemparkan batangan es padanya. Semua itu masih menyimpan banyak pertanyaan hingga detik ini. Isla tak habis pikir, di zaman seperti ini, masihkah ilmu sihir digunak
Read more
7. Di Tengah Kota
"Kenapa anak anjing itu selalu menunjukkan tatapan yang aneh? Warna bola matanya bisa berubah, kadang berwarna biru, lalu berubah menjadi merah." "Kau kenapa?" Maria bertanya pada Isla begitu menyadari kalau putrinya sedari tadi hanya melamun. Isla mengerjap, lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Hehe. Tidak ada." "Kalau begitu bukalah pintunya. Kedua mata Isla kembali berkedip dua kali. "Ha?" "Dari tadi belnya berbunyi. Kau benar-benar tidak dengar, ya? Ya ampun." Maria membuang napas pelan seraya menatap putrinya. Ia menyimpan beberapa sayuran ke dalam kulkas. Sementara Isla bergegas membukakan pintu dan gadis itu tersenyum begitu melihat sesosok wanita yang ada di baliknya. "Bibi ... " Isla langsung berhambur ke dalam pelukan wanita yang baru saja ia panggil bibi itu. "Kupikir kau tidak ada di rumah," ujar sang bibi begitu pelukan mereka terlepas. "Kakak~" Seorang a
Read more
8. Kedatangan Kai
Isla berjalan menyusuri rak-rak besar dan mengambil beberapa buku paket yang dia perlukan. Gadis itu kembali ke meja tempatnya dan Teresa saat sudah menemukan buku yang ia cari. "Teresa?" panggil Isla pelan. Gadis itu sedikit menoleh ke penjaga perpustakaan, takut-takut wanita tua berkacamata itu akan menegurnya secara tiba-tiba karena mendengar suaranya. "Kenapa?" Teresa yang tengah menulis itu berujar tanpa menghentikan aktivitas menulisnya. "Apa kau pernah melihat murid sekolah kita yang berambut marun?" tanya Isla.Kening Teresa seketika mengerut, lalu gadis itu tampak menghentikan pergerakan tangannya dan beralih menatap Isla. "Apa maksudmu?" ujarnya."Ya, begitu. Murid yang rambutnya dicat berwarna marun. Apa kau pernah melihatnya?""Pasti murid itu sudah gila karena melakukan hal bodoh di sekolah kita. Isla, sudah kukatakan kalau di sekolah kita tidak ada murid seperti itu. Kurasa sebelumnya kau pernah menanyakan itu
Read more
9. Mimpi
"Kakak~"Kedua mata Isla seketika terbuka saat seseorang mengguncang tubuhnya pelan. Gadis itu lalu mendudukkan tubuhnya dan menatap Jason yang entah kapan sudah berada di dalam kamarnya. "Ada apa, Jason?" tanya gadis itu."Aku pamit pulang. Maaf karena mengganggu tidur Kakak." Jason mendadak memasang raut wajah bersalah karena merasa mengganggu tidur Isla. "Tidak apa-apa." Isla tertawa pelan lalu mengusap puncak kepala Jason dengan tangannya. "Ya ampun, Jason. Harusnya kau tidak mengganggu tidur Kak Isla." Sang ibu ikut masuk ke dalam kamar tidak lama setelahnya, membuat Jason semakin menunduk. "Haha, tidak apa-apa, Bibi.""Kalau begitu kami pamit pulang, ya." Jason dan ibunya segera berpamitan dari sana. Sepeninggal mereka berdua, Isla termenung di posisinya. Gadis itu menatap ke sekitar dengan kedua alis yang bertaut. "Apa tadi Jason dan Bibi berkata kalau aku tidur?" gumam Isla. Ga
Read more
10. Sosok Penghuni Trollehallar
Tiga minggu tidak terasa berlalu begitu saja setelah kejadian aneh yang dialami Isla di sekolah dan rumahnya. Gadis itu masih ingat dengan betul saat seorang lelaki bernama Kai datang mendatanginya dan mengatakan sesuatu yang sama sekali tak ia mengerti. Rhys. Isla ingat kalau Kai menyebutkan orang lain yang bernama Rhys. Namun siapa lagi itu? Isla sama sekali tak mengenalnya. Gadis itu bahkan tak tahu seperti apa rupa orang bernama Rhys itu. Dan yang jadi pertanyaannya lagi adalah, kenapa sosok bernama Kai itu sampai bisa datang ke rumahnya? Ibunya bahkan seperti tak menyadari kedatangan lelaki itu di sana. "Sebenarnya apa mau dia?" gumam Isla. Setelah kejadian itu, ia demam selama hampir dua minggu dan mengharuskannya untuk tetap istirahat di rumah. Bahkan Teresa sampai beberapa kali menjenguknya karena khawatir. Isla mendudukkan tubuhnya di bawah sebuah pohon besar dan melihat-lihat hasil jepretannya hari ini. Ia tak pernah paha
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status