Semua Bab Lika-liku Jodohku: Bab 31 - Bab 40
41 Bab
Bertemu Kawan Lama
Dalam perjalanan mengantar Uci ke gudang, Rio banyak bercerita tentang pamannya. Doni, dibalik sikap baiknya pamannya, Doni adalah seorang cassanova. Suka berganti-ganti pasangan, hingga sang istri tak tahan dan menggugat cerai.Uci terheran, antara percaya dan tidak percaya. Namun. dirinya juga ingat nasehat Puji tempo lalu yang berkata, "Hati-hati pada Pak Doni, sepertinya dia menyukaimu."Sesampainya di depan gerbang gudang, Rio memandang Uci sembari berkata, "Nanti pulangnya tunggu aku ya? Aku jemput kamu."Uci merasa ada yang aneh dari sikap Rio, menganggap lebih over protectif dari biasanya. "Ia, Mas. Kalau Mas ada perlu biar aku naik gojek aja, nggak papa ko," ucap Uci tak ingin merepotkan Rio terus."Pokoknya nanti aku jemput!""Eh...." Uci terheran akan sikap Rio, antara senang dan sungkan jikalau Rio memaksa menjemput dirinya. "Ya, udah. Aku masuk dulu, terima kasih," lanjut Uci berpamitan.Namun, saat Uci hendak membuka pintu mobi
Baca selengkapnya
Menyesali Janji Yang Teringkari
Setibanya Rio di rumah, dirinya langsung masuk ke dalam kamar. Berpamitan pada kedua orang tuanya tuk beristirahat. Bu Ita memandang Rio dengan tatapan menyelidik, mengetahui benar ada yang disembunyikan anak lelakinya. Namun, masih belum memiliki kesempatan bercakap atau sekedar bertanya karena kesibukan Rio. Setibanya di kamar Rio langsung menghubungi Uci, meneleponnya karena ada rasa tak enak akan keadaan Uci. Dirinya pun belum memberi kabar tidak dapat menjemputnya, pada hal tadi pagi sudah berjanji akan menjemput. Lama Rio menghubungi Uci, berkali-kali namun tak ada jawaban sambungan ponselnya terhubung, hanya nada tunggu yang didengrnya. Rio mulai cemas dan gusar, tanpa berfikir panjang Rio menyambar jaket yang baru dilepasnya dan keluar dari kamar. Bu Ita heran melihat Rio tergesa, melihatnya sedikit berlari ke garasi dan menyalakan mobil. Dirinya mengikuti tetapi tak sempat bertanya ke mana anaknya itu pergi, Rio sudah melaju dengan mobil birunya keluar dari halaman rumah d
Baca selengkapnya
Merasa Bersalah Dan Mulai Jatuh Hati
Rio pun pamit pada Bu Darmi. Setelah masuk dalam mobil raut muka Rio seakan penuh kebencian terhadap pamannya, karena kejadian yang menimpa pada Uci. Tanpa berfikir panjang, Rio menstarter mobilnya dan melaju menuju rumah pamannya untuk menuntaskan kemarahannya malam itu juga. Mobilnya melesat kencang tanpa menghiraukan gulitanya malam, karna bulan dan bintang tertutup kabut. Lolongan hewan malam pun tak mengurungkan niat Rio untuk memberi perhitungan pada pamannya. Setibanya di rumah Doni, dirinya hendak mendobrag pintu utama dengan kepalan tangannya, berkali-kali meninju papan jati tersebut dengan keras sambil berteriak memanggil pamannya.  Security yang awalnya bersikap manis terhadap Rio terkaget, pasalnya dirinya mengira Rio datang seperti biasa mengunjungi tuannya. "Buka pintunya!" seru Rio sambil menggedor pintu. "Paman! Di mana kau?!" lanjut ucap Rio hampir mendobrag pintu rumah Doni dengan kepalan tangannya. Priittt....
Baca selengkapnya
Meminta Izin
Semalaman Rio tak dapat memejamkan matanya, pikirannya melayang akan keadaan Uci, khawatir terhadap dirinya. Serta memikirkan apa yang akan diperbuatanya, agar Doni mendapat ganjaran yang setimpal. Berkas sinar sang mentari menyelinap, memaksa menembus jendela kaca yang berbalut tirai tipis. Rio dengan malasnya membuka tirai tersebut, membiarkan sinar mentari menguasai kamarnya. Dirinya bergegas mandi, dan bersiap ke kantor, walau telah bersiap masih nampak kantung mata yang menyerupai mata panda, karna semalaman matanya tak dapat dipejamkan. Saat sarapan bersama, tak banyak yang mereka bertiga bicarakan. Saling sibuk dengan hidangan atau mungkin dengan pikiran masing-masing. Ya, Pak Teguh sudah mengetahui cerita tentang Uci dari istrinya tadi pagi. Namun, dirinya masih menghargai Rio dan ingin mengetahui sejauh mana anaknya melangkah terlebih dahulu. Rio terlihat buru-buru menghabiskan sarapannya, setelah meneguk segelas susu kemudian berpamitan pada
Baca selengkapnya
Menguatkan Mental
Di parkiran, Mytha langsung melaju berbelok arah menuju tempat kendaraan beroda dua berjejer."Myth, tunggu," panggil Rio tatkala Mytha mulai melangkah mendekati motor maticnya.Perempuan berhidung mancung dan bermata coklat itu pun berbalik badan, memutar tubuh menghadap si penyapa."Bareng aku aja," ajak Rio, menatap intens wajah Mytha."Aku pakai motorku saja, Mas. Biar ngga repot dan lebih leluasa.""Baiklah kalau begitu." Rio menutup pembicaraan dan dijawab oleh anggukan singkat Mytha.Meskipun memakai kendaraan mereka sendiri-sendiri, tujuan mereka satu yakni ke rumah Uci.Setibanya di rumah Uci, Mytha mengetuk pintu kemudian berlanjut berucap salam, "Assalamu'alaikum.""W*'alaikumsalam," jawab Bu Darmi dari dalam rumah dan segera membukakan pintu. Sedetik setelah membukakan pintu, Bu Darmi memeluk Mytha, menangis tersedu meluapkan isi hatinya.Mytha mengerti akan kegundahan Bu Darmi, walau belum ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut beliau, hanya isak tangis yang semakin m
Baca selengkapnya
Melakukan Visum
Terlihat jendela kamar Uci dari semalam belum dibuka, Mytha mulai membuka tirai berwarna merah muda yang menyelimuti jendela kamar Uci. Sirkulasi udara pun mulai berganti, hawa sejuk mulai memasuki ruangan kamar. Sinar mentari dengan lancangnya langsung menerangi sebagian ruangan. Mytha mulai berbalik badan dan menghampiri Uci, mulai merapikan tatanan rambut sahabatnya yang terlihat acak-acakan, bisa dipastikan dari semalam. Sementara di luar ruangan, Rio dan Bu Darmi sedang berbincang langkah apa yang akan ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan yang tengah ditimpa Uci. "Maaf, Bu. Uci dari semalam belum diapa-apain kan? Maksudnya belum mandi atau bersih-bersih badan?" tanya Rio sedikit menyelidik akan keadaan Uci. "Belum, Nak Rio. Ibu tidak berani dan kasihan melihat sikap labil yang sedang Uci," jawab Bu Darmi. "Ibu hanya menemaninya dan menenangkannya hingga Uci tertidur. Jendela kamar pun sengaja tidak Ibu buka, takut Uci histeris." Ceri
Baca selengkapnya
Penjemputan
Di tempat lain, yakni di kantor tempat Uci bekerja, Doni dijemput oleh dua petugas kepolisian karena laporan Rio, berkaitan kasus permerk*saan terhadap Uci kemarin. Doni bersikap kooperatif, dan sore itu juga langsung digelandang petugas kepolisian untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Seperti hal nya Uci, Doni pun mendapat pemeriksaan medis. Dipenghujung senja itu, darah dan urine Doni diambil untuk sampel DNA guna mensinkronkan bukti atas kasus tersebut. Tak lupa juga tubuh Doni difoto oleh petugas, dan memang terdapat beberapa cakaran di punggung Doni. Doni menyadari akan hal itu, wajahnya sontak terkejut dan murung seakan tidak bisa mengelak, ia tengah merasa semua bukti menjurus padanya, dirinya harus bertanggung jawab akan apa yang telah diperbuatnya. Setelah pemeriksaan selesai, Doni meminta izin menghubungi pengacaranya, guna membantu dalam kasusnya. Petugas kepolisian pun mengijinkan, dengan didampingi petugas, Doni mulai menelepon salah satu pengacaranya dengan mengg
Baca selengkapnya
Mengantar Pulang
Malam pun hampir larut, Mytha dan Rio pun pamit pulang."Maaf, Bu. Sudah malam, kami pulang dulu, besok ke sini lagi," ucap Mytha sesudah membantu Bu Darmi membereskan dan mencuci piring."Terima kasih, Nak Mytha. Terima kasih sudah membantu urus masalah ini." Tangan Bu Darmi mengelus bahu Mytha."Gak usah bilang begitu, Bu. Uci sudah saya anggap saudara, Ibu pun aku anggap Ibuku sendiri."Aku pamit menemui Uci dulu." Mytha memberi berkata pada Rio yang hendak bersalaman dengan Bu Darmi. Rio pun mengangguk dan Mytha mulai melaju menuju kamar Uci.Uci memang sudah membaik keadaannya, akan tetapi ia sedang ingin sendiri. Mereka pun memakluminya dan tidak memaksa Uci untuk bergabung makan malam bersama.Tok... tok... tok...."Gue masuk ya, Ci." Mytha mulai membuka pintu setelah mengetuk pintu 3kali, walau tak mendapat jawaban Uci dari dalam kamar.Mytha mulai mendekat ke ranjang Uci dan berkata, "Loh, ko belum dimakan?" "Apa mau gue suapin? Hahaha...," ledek Mytha memecah kesunyian. Nam
Baca selengkapnya
Salah Paham
Sesampainya di depan rumah Mytha, Pak Yuda tengah berada di teras. Menunggu anak gadisnya, karena sudah larut malam belum pulan tanpa kabar. Dan dengan amarah Pak Yuda bangkit dari duduknya. Namun, saat melihat yang mengantar putrinya adalah Rio, anak dari sahabatnya, emosinya pun berbalik 180 derajat. Gembira dan langsung menyambut Rio."Loh, Nak Rio. Terima kasih sudah mengantar Mytha," Ucap Pak Yuda setelah Rio berada persis di hadapannya. Rio pun tersenyum dan mengulurkan tangannya, akan bersalaman.Seusai bersalaman, Rio langsung pamit pada Pak Yuda. Namun, Pak Yuda ingin menahan dengan berkata, "Loh ko buru-buru. Ayo masuk dulu.""Sudah larut malam, Pak. Besok saya ke sini lagi menjemput Mytha." Rio mengayunkan tangan, bersalaman pamit.Pak Yuda tersenyum dan menepuk bahu Rio saat bersalam dengannya."Iya, Pak. Motor Mytha mogok jadi Rio mengantar Mytha." Mytha sedikit menerangkan alasan Rio besok akan menjemputnya."O, begitu." Pak Yuda mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda seak
Baca selengkapnya
Di Kantin Kantor
"Jadwal sekarang gue apa?" tanya Devan sinis pada Rio, sekertaris pribadinya.Rio yang profesional menjawab dengan tenang pertanyaan bosnya, sebelum masuk ke ruang presdir dan jam kantor belum dimulai, ia memang terlebih dahulu menanyakan Rosi tentang kegiatan kemarin, saat dirinya izin pulang lebih awal dari jam kerja kantor seharusnya. Devan pun kagum akan dedikasi Rio, atas jawaban yang disampaikannya. Namun, dirinya masih kesal akan kejadian kemarin, dan ditambah kejadian pagi ini di tempat parkir. Mobil Avanza biru Rio melintas tepat di sebelah mobil pajero Devan saat lampu merah telah berganti warna di perempatan, ketika mereka hendak pergi ke kantor. Devan yang mengetahui betul mobil Rio terkejut saat melihat Mytha satu mobil bersama Rio, apa lagi dilihatanya mereka sedang bercengkrama sambil tertawa, membuat dirinya semakin naik pitam karena cemburu. Cukup lama Devan memandangi mobil Avanza biru itu hingga mobil Rio melaju jauh, suara klakson kendaraan di belakang membuyarkan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status