All Chapters of Taruhan Cinta CEO: Chapter 31 - Chapter 40
207 Chapters
Bab 31. Kadar Cemburu
Sisil berlalu dari hadapan suaminya, ia menutup pintu kamar dengan sangat kencang sehingga menimbulkan dentuman suara yang memekakkan telinga. Sehingga Aldin terlonjak karenanya. “Astaga!” Aldin mengusap dadanya. “Ternyata kalau istri sedang marah lebih mengerikan dari pada kalah tender,” gumamnya sembari menggelengkan kepalanya. Ia segera bangun dari duduknya dan menyusul istri mungilnya. “Sil, maafkan aku! Maksudku bukan seperti itu,” ucap Aldin saat langkahnya sudah sejajar dengan Sisil. Kaki panjangya dengan mudah menyusul langkah sang istri yang mungil. Sisil menghentikan langkah kakinya begitu pun dengan Aldin. Lalu memiringkan tubuh menghadap suaminya. “Minta maaf lagi, nanti diulang lagi kesalahan yang sama, begitu aja seterusnya. Kamu pikir semua  masalah bisa selesai hanya dengan minta maaf.” Sisil sudah sangat geram dengan suaminya. Sela
Read more
Bab 32. Curahan Hati
Aldin dan Sisil hanyut dalam kemesraan. Mereka baru melepas ciuman panasnya setelah Sisil mulai kehabisan napas. Aldin mengelap bibir istrinya dengan ibu jari. "Jangan cemberut lagi kalau nggak mau aku sosor mendadak!"   Sisil menundukkan kepala menutupi rona wajahnya yang mungkin sudah seperti kepiting rebus. Sejujurnya ia ingin memulai kembali hubungannya dengan sang suami, tapi Sisil tidak mau sakit hati lagi. 'Aku yakin jauh di lubuk hatimu, masih ada cinta untuk suamimu ini,' ucap Aldin dalam hati sembari melirik istrinya. Aldin segera memutar balik kendaraannya karena rumah saudara kembarnya sudah terlewat. Tidak lama kemudian mereka memasuki pekarangan rumah mewah sang adik. Bara dan Gara sudah menyambutnya dengan suka cita. Mereka langsung berhampur ke pelukan sang Tante setelah wanita mungil itu keluar dari mobil. "Tante cantik, kok lama banget sih? Tadi katanya sebentar lagi sampai. Aku nungguin lama tahu!" protes Bara p
Read more
Bab 33. Beruang Kutub Berbohong
“Lo ngomong apa sih?” Andin malah bingung dengan ucapan Sisil yang terlihat serius. “Nggak usah sok imut deh lo!” Sisil menoyor kepala sahabatnya itu. “Bego lo!” umpat Sisil. “Tadi lo yang nanya serius.” Andin tertawa terbahak-bahak. Mereka merasa aneh sendiri kalau berbicara formal. “Ya udah sekarang lo cerita dari awal,” titah Andin sembari duduk dikursi santai yang ada di balkon kamarnya. “Semalam gue nginep di rumah ibu.” Ada jeda sebentar sebelum Sisil melanjutkan ucapannya. Ia bingung harus memulainya dari mana “Terus!” Andin sudah tidak sabar ingin mendengar kisah malam pertama Sisil dan saudara kembarnya. “Ntar! Gue harus menyiapkan hati gue dulu. Sakit rasanya kalau dipaksa-paksa tuh,” ucap Sisil sembari menark napas dalam-dalam. Sejujurnya ia sangat kecew
Read more
Bab 34. Nasihat Andin
“Gue mau kalian tetap bersama membina rumah tangga bahagia. Cobalah saling mengerti satu sama lain,” ucap Andin dengan serius sambil menggenggam tangan sahabatnya. “Lo juga tahu, di awal pernikahan gue nggak berjalan dengan mulus, tapi sejak kita saling mengerti dan saling percaya, sekarang gue merasa tenang dan bahagia. Nggak ada manusia yang sempurna, menerima kekurangan dan kelebihan pasangan supaya kita lebih santai menjalani kehidupan dalam berumah tangga.” Sisil menempelkan telapak tangannya di kening adik iparnya. “Ini beneran si Andin yang ngomong?” “Si bego!” umpat Andin sembari menoyor kepala sang sahabat yang sudah menjadi kakak iparnya. “Susah payah gue mikir dua hari dua malam buat ngomong serius sama lo, malah diledekin.” Sisil tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan sahabatnya. “Ngeri ngedenger lo begini. Gue kira lo ketempelan jin islam, om
Read more
Bab 35. Memulai Kembali
Sisil menghabiskan waktu di rumah sang sahabat dengan putra kembar sahabatnya itu. Kedua anak itu sangat lucu dan menggemaskan. Mereka anak-anak yang baik dan cerdas. "Tante, Nancy udah tua ya? Dia sering sakit-sakitan," tanya Gara saat melihat kelincinya di dalam kandang saja, sementara yang lain sedang bermain di luar kandang. "Dia lebih tua dari kalian," jawab Sisil sembari tersenyum.  "Nancy mengalami kembung, dia sedang nggak nafsu makan, tapi tadi udah diperiksa ke dokter. Nanti juga baikan," ujar Nabil dari arah belakang Sisil.  "Kamu masih sempet ngurusin kelinci ini?" tanya Sisil pada sahabat laki-lakinya. Nabil menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. "Aku udah jatuh cinta sama kelinci-kelinci ini," jawab Nabil sembari mengelus bulu halus kelinci kecil berwarna putih yang merupakan anak Nancy dan Joy. Sisil dan Nabil mengobrol sambil bercanda, mereka sangat akrab. Sehingga, seseorang yang melihatnya dari kejauhan
Read more
Bab 36. Kesempatan Kedua
“Al ….” Sisil mendorong pelan tangan sang suami yang ingin menyuapi es krim ke dalam mulutnya. “Jangan buat aku semakin membencimu,” ucap Sisil pelan seperti orang yang sedang berbisik. Ia tidak mau kalau Bara dan Gara yang duduk di hadapannya mendengar pembicaraan dia dan Aldin. “Aku hanya ingin menyuapimu, itu aja,” balas Aldin tidak kalah pelan dengan Sisil. Tangannya yang memegang satu sendok es krim rasa coklat masih berada di depan mulut Sisil yang membuat gadis mungil itu terpaksa membuka mulut, dan melahap es krim dari sendok suaminya. "Terima kasih udah memberi aku kesempatan kedua." “Om, aku juga mau dong, disuapin kayak Tante cantik,” pinta Bara sembari mencondongkan badannya ke depan meja dan membuka mulutnya lebar-lebar. Aldin terpaksa menyuapi keponakannya itu sampai es krim di tangannya habis. “Yah, punya Om habis.” Aldin sengaja menyuapi B
Read more
Bab 37. Tambah Tiga Istri
“Al, alergi debu? Kok aku nggak tahu,” tanya Sisil pada sahabatnya. Ia sama sekali tidak mengetahui kalau sang suami alergi dengan debu. “Bukan alergi yang parah. Dia cuma bersin-bersin tanpa henti kalau menghirup udara yang berdebu, yang tahu juga hanya keluarga aja. Dia nggak mau orang lain tahu, takutnya nanti orang berpikir kalau dia anak yang manja, nggak mau kena debu sedikit pun.” “Tapi, tadi dia nggak ada bersin-bersin,” sahut Sisil sembari mengingat kejadian tadi pagi. “Mungkin dia memakai masker saat bersih-bersih rumah,” jawab Andin sebelum mendekati kedua jagoannya. “Kesayangan Mommy abis dari mana.” Andin berjongkok lalu memeluk kedua jagoan kembarnya. Andin menggandeng tangan kedua anaknya masuk ke dalam rumah. “Kita makan siang dulu ya, nanti boleh main lagi.” Sisil dan sahabatnya berserta dua
Read more
Bab 38. Kembali Perhatian
Aldin terkejut  mendengar reaksi keponakannya. Ternyata kedua keponakannya begitu menyayangi Sisil. Padahal tadi ia sedang bercanda dengan Haidar. “Ya ampun, Sayang, Om cuma bercanda,” sahut Aldin sembari mengacak-acak rambut Gara. “Om nggak mungkin nambah istri lagi. Istri satu aja kewalahan ngadepinnya kalau lagi marah,” imbuhnya dengan pelan sembari melirik sang istri yang duduk di sampingnya. “Sisil merasa lega mendengar ucapan suaminya. Walau sebenarnya ia yakin kalau sang suami hanya bercanda, tapi tetap aja dia merasa cemas kalau laki-laki yang ia cintai itu tidak mengatakannya secara langsung. “Kalau Om bawa Tante yang lain, aku bakal marah sama Om, nggak mau berteman lagi,” ancam Gara kepada om gantengnya. “Iya, bener. Aku juga nggak mau main lagi sama Om ganteng. Kita nggak berteman.” Kini Bara yang menimpali. &
Read more
Bab 39. Ragu Dengan Sang Suami
“Nggak usah gombal! Aku kebal dengan gombalan,” ujar Sisil setelah menaruh botol air mineral itu di atas nampan. “Tukang gombal digombalin,” gumam Sisil dengan pelan, tapi masih bisa didengar oleh sang suami. Aldin tersenyum bahagia melihat perubahan sikap istrinya. Walau masih berbicara sedikit kasar, tapi setidaknya ia mau menanggapi ucapannya, tidak mendiamkannya seperti sebelummnya. “Aku masuk dulu,” pamit Sisil pada suaminya. Ia mencoba menyingkirkan egonya, berusaha bersikap baik kepada sang suami. Berharap laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya itu kembali seperti dulu. Seperti sebelum mereka berselisih paham. Walaupun ia tidak yakin kalau suaminya sudah benar-benar berubah. Aldin mengangguk sembari menyuguhkan senyum termanisnya kepada wanita mungil yang mengisi semua ruang di hatinya. “Terima kasih, My lovely.” Sisil hanya tersenyum menangga
Read more
Bab 40. Gajah Bengkak
“Bunda, Aldin maksa mau ikut. Padahal aku bilangnya ke dia mau ke pasar,” ucap Sisil dengan pelan seperti sedang berbisik pada mertuanya setelah ia masuk kedalam rumah dan menghampiri sang mertua yang sedang berkumpul di ruang keluarga. Bunda Anin ingin mengajak menantunya ke salon untuk memanjakan diri supaya menantunya itu sedikit melupakan permasalahan rumah tangganya. Ia berharap pernikahan anaknya bisa diselamatkan. Sang bunda melirik kepada putranya. “Kamu mau ikut?” Ia menatap anaknya dari ujung kaki hingga ujung kepala. “Penampilanmu kayak gini, malu-maluin Bunda aja.” Sang bunda menarik-narik ujung kaus anaknya yang terlihat sangat kusut. Aldin memperhatikan penampilannya sendiri. Ia merapikan kausnya yang terlihat sangat kusut karena tadi ditaruh sembarangan di atas meja. “Walaupun bajuku kusut, tapi aku ‘kan tetap ganteng,” gumamnya yang membuat semua orang
Read more
PREV
123456
...
21
DMCA.com Protection Status