Lahat ng Kabanata ng Taruhan Cinta CEO: Kabanata 21 - Kabanata 30
207 Kabanata
Bab 21. Tidur Satu Ranjang
Aldin segera menutup buku harian Sisil saat ada yang mengetuk pintu. Ia segera mengusap sisa air mata yang membasahi pipinya. Kemudian ia segera membuka pintu. “Nggak usah repot-repot, Bu!” ucap Aldin saat membuka pintu kamar, ibu mertuanya berdiri di depan pintu sambil membawa secangkir teh dengan asap yang masih mengepul. “Nggak apa-apa, Nak,” ucap Bu Lastri sambil tersenyum. “Matamu kenapa merah seperti itu?” tanya wanita yang sudah berumur lebih dari setengah abad. “Aku udah ngantuk, Bu,” jawab Aldin pura-pura menguap. “Aku boleh numpang bersih-bersih?” tanyanya dengan sopan pada sang mertua. “Boleh, Nak. Anggap aja rumah sendiri, walaupun rumah Ibu nggak sebagus rumahmu,” jawab Bu Lastri sambil tersenyum. “Terima kasih, Bu,” jawab Aldin. “Ya udah sana bersih-bersih!
Magbasa pa
Bab 22. Pelukan Sang Suami
Sisil menjerit saat membuka mata, kaki Aldin membelit kakinya, tubuh mungilnya di peluk dengan erat oleh laki-laki yang hanya menggunakan celana boxer berwarna hitam. Sedangkan tangan sang suami menjadi bantalan kepalanya. "Kenapa begini?" Sisil merasa bingung, sejak kapan  ia menjadikan tangan Aldin sebagai bantalan kepalanya. "Al, bangun! Kenapa kamu nggak pake baju?" Sisil mendorong wajah suaminya dengan telapak tangan. Ia berusaha melepas pelukan sang suami, tapi laki-laki yang bertelanjang dada itu semakin erat memeluknya.Sisil tidak pantang menyerah, ia berusaha melepas pelukan suaminya. Namun, tubuhnya yang mungil tentu saja kalah dengan tubuh sang suami yang kekar.Sebenarnya Aldin hanya berpura-pura tertidur, ia sudah bangun sejak sang istri berteriak. Namun, ia memanfaatkan kesempatan demi memeluk istri yang sangat ia cintai."Al, bangun! Kamu udah melanggar kesepakatan kita." Sisil mendorong tubuh kekar sang suami dengan kuat, tapi
Magbasa pa
Bab 23. Melanggar Kesepakatan
"Kamu ngapain aja?" tanya Sisil sambil menutupi dadanya dengan selimut. Walaupun kain penutup itu tidak lepas dari tubuhnya, tapi penutup bukit kembarnya sudah tidak menutupi gundukan kenyal itu."Ya melakukan apa yang seharusnya seorang suami lakukan terhadap istrinya. Memangnya apalagi," sahut Aldin yang masih meringkuk di tempat tidur dengan mata yang masih terpejam."Kamu udah melanggar kesepakatan itu. Kamu yang akan bersih-bersih rumah selama satu bulan ke depan," ucap Sisil dengan sedikit emosi. Ia tidak mau melakukan hubungan itu dengan paksaan, apalagi dengan kondisi rumah tangga mereka yang entah bagaimana akhirnya nanti.Aldin membuka matanya, lalu bangun dan terduduk. "Itu tidak masalah My lovely," sahut Aldin sambil menjawil dagu istrinya. "Seharusnya kamu nggak kerja yang berat-berat, supaya benih cinta kita cepat tumbuh di sini," imbuhnya sambil meraba perut rata sang istri.Sisil menepis tangan suaminya. Ia sangat kecewa dengan laki-laki y
Magbasa pa
Bab 24. Kesempatan Dalam Kegelapan
Sisil mendesah saat tangan sang suami meremas pelan bukit kembarnya.  "Bagaimana, Sayang? Nikmat bukan?" bisik Aldin di telinga Sisil. Bibirnya menempel pada daun telinga sang istri yang membuat bulu tengkuk istrinya meremang. "Al ...." Sisil menggeliatkan tubuhnya. "Lepasin, Al!" Bibirnya berucap penolakan, tapi tidak dengan tubuhnya. Tidak dipungkiri ia menikmati sentuhan suaminya. Aldin tidak mendengarkan ucapan istrinya, ia yakin walaupun Sisil mengucapkan penolakan tapi tubuhnya merespon lain. Tangan Aldin semakin nakal, menelusuri paha istrinya sampai dengan pangkal paha, diusapnya milik Sisil yang paling berharga itu yang sudah tidak tertutup apa-apa. Jarinya bermain di dalam lubang inti sang istri yang membuat Sisil mendesah manja. Menggelinjangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri saat tangan suaminya menari-nari di dalam sana.  
Magbasa pa
Bab 25. Beruang Mesum
Terdengar suara sirine dari mobil kebakaran. Suaranya terdengar sangat nyaring sehingga Aldin dan Sisil beserta Bu Lastri dan Mbak Tati bergegas keluar rumah. “Bu, apa di rumah Bu Ina ada orang?” tanya Bu Lastri pada tetangganya yang baru saja dari tempat kejadian. “Tidak ada, Bu. Rumahnya kosong,” jawab tetangga Bu Lastri. Bu Lastri mengusap dadanya, ia merasa lega, setidaknya tidak ada korban jiwa dalam peristiwa kebakaran itu. “Syukurlah.” Terlihat kepulan asap yang menghitam di langit gelap. Dengan cepat para petugas pemadam kebakaran itu mematikan api di rumah Bu Ina. Untung saja jarak rumah mereka tidak terlalu berdekatan sehingga tidak merembet ke rumah warga yang lain.   “Untung saja Pak Imam yang baru pulang dari pasar melihat api yang belum membesar, beliau beserta warga yang lain segera melapor dan berusaha memadamkannya s
Magbasa pa
Bab 26. Keluarga Mesum
Sisil terkejut melihat isi dalam boxer berwarna hitam itu yang terlihat sudah berdiri tegak. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. “Kenapa jadi seperti itu?” tanyanya. Aldin tampak menahan senyumnya melihat kepolosan sang istri. “Ya ini gara-gara kamu, makanya jadi seperti ini,” balas Aldin dengan cepat. “Kamu harus tanggung jawab! Kamu harus menjinakkan pusaka berharga milikku!” titah Aldin yang selalu memanfaatkan kesempatan yang ada. “Gimana caranya?” Sisil membuka telapak tangannya, tapi ia masih menundukkan kepala, menutupi rona pada wajahnya. Ini adalah pertama kalinya ia melihat milik seorang laki-laki dengan mata kepalanya sendiri. “Kamu elus-elus, biar dia tidur lagi!” titahnya pada sang istri. Tanpa menunggu jawaban dari istrinya, ia langsung melorotkan boxer. Kini ia berbaring terlentang di hadapan Sisil tanpa sehelai benang pun yang menutu
Magbasa pa
Bab 27. Kesempatan Kedua
“Astaga!” Mbak Tati menutup matanya dengan telapak tangan“Kalau mau bermesraan yo ditutup dulu kaca mobilnya,” sindir Mbak Tati yang kebetuan lewat samping mobil Aldin setelah membuang sampah.   Ia melihat adik sepupu suaminya sedang berciuman dengan sang suami di dalam mobil. Ia tidak sengaja melihatnya. Niatnya ingin menyapa Sisil dan suaminya sebelum mereka pulang.   Aldin langsung melepas ciumannya, lalu mengusap bibir sang istri dengan ibu jarinya, mengabaikan Mbak Tati yang sedang berdiri di samping mobil.   “Kalian mau pulang ya?” tanya Mbak Tati tanpa membuka tangannya yang menutupi mata.   “Maaf, Mbak,” ucap Aldin sembari tersenyum malu. “Sisil suka marah kalau pagi nggak dikasih vitamin,” imbuhnya sembari tertawa geli.   Sisil langsung memukul lengan suaminya dengan keras. “Fitnah aja!”   “Ya sudah, Mbak masuk dulu, kalian hati-hati di jalan!” ucap
Magbasa pa
Bab 28. Sangat Melelahkan
“My lovely kita sudah sampai,” ujar Aldin setelah mobilnya berhenti di pekarangan rumah mereka tanpa menoleh pada sang istri. “Sayang!” Aldin menoleh pada istrinya yang duduk di kursi samping kemudi, ternyata Sisil tertidur lelap. Aldin membuka sabuk pengamannya, lalu ia keluar dari mobil dan berjalan memutar mendekati Sisil. Ia membuka pintu mobil dengan hati-hati, khawatir sang istri terbangun. Aldin membopong istrinya dengan sangat hati-hati. “Aku tahu, kesalahanku begitu besar karena sudah menyakitimu dan meragukan cintamu, tapi aku akan tetap berusaha mendapatkan cinta itu kembali,” gumam Aldin. Ia membopong Sisil sembari menatap wajah cantik istrinya.    Aldin membawa Sisil ke kamar utama, dan merebahkan tubuh mungil itu di tempat tidurnya. Sementara ia langsung masuk kamar mandi untk membersihkan diri. Tubuhnya terasa sangat lengket karena ia tidak terbiasa tidur tanpa
Magbasa pa
Bab 29. Terlanjur Sakit
Aldin keluar dari kamar dan bergegas menghampiri istrinya. Ia duduk di depan Sisil yang sedang sarapan nasi goreng buatannya. Sisil menatap laki-laki yang duduk di hadapannya. “Kamu udah makan?” tanya Sisil pada sang suami yang sedang memperhatikannya makan. “Udah, tadi aku sarapan duluan karena mau bersih-bersih rumah biar kuat,” ucapnya sembari tersenyum. Aldin merasa senang kalau istrinya mau menyapa lebih dulu. Itu artinya Sisil sudah memaafkannya. Sisil mengabsen setiap sudut ruangan yang terlihat lebih rapi. Ia hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengatakan apa pun. Kemudian melanjutkan makannya. Sisil menyapa suaminya hanya sebagai ucapan terima kasih karena sudah membuatkannya sarapan. Tapi, bagi Aldin itu merupakan sebuah harapan untuknya mendapat kembali cinta sang istri. “My lovely!” panggil Aldin pada sang istri setelah istrinya itu selesai makan.
Magbasa pa
Bab 30. Kesempatan Terakhir
Sisil bangun dari duduknya. “Kita nggak akan bercerai sampai enam bulan ke depan. Selama itu pun aku nggak tahu bisa memaafkanmu atau nggak? Anggap aja itu kesempatan terakhir untuk kamu.” ‘Sekarang aku merasakan apa yang dia rasakan dulu sebelum aku tahu kalau dia mencintaiku. Ternyata hati ini sangat sakit saat mendengar orang yang kita cintai berkata kasar dan mendiamkan kita,’ gumam Aldin dalam hatinya. Dulu waktu Aldin belum mengetahui kalau Sisil mencintainya, ia selalu bersikap kasar pada Sisil, tidak pernah berbicara ramah dengan gadis mungil itu. Bahkan ia pernah mengatai Sisil sebagai gadis sinting. Sekarang justru dia yang mengejar-ngejar gadis sinting itu. Setelah mengatakan itu Sisil bergegas keluar dari kamar dan masuk ke kamar pribadinya. Walau semua barang-barangnya sudah dipindahkan ke kamar utama, ia lebih nyaman tidur di kamar yang sudah beberapa hari ia tinggali itu.&nb
Magbasa pa
PREV
123456
...
21
DMCA.com Protection Status