All Chapters of My Lord Devil: Chapter 21 - Chapter 30
34 Chapters
21. Pembalasan
Wu Mei Xiang membuka matanya perlahan dan dia terkejut mereka sudah tiba di kantornya, lebih tepatnya di ruangan kerjanya. Wu Mei Xiang masih terkejut karena dia belum terbiasa menggunakan kekuatan yang besar sebagai iblis baru. Yang lebih mengejutkan lagi, dia melihat Shen Jia, Shen Yan dan Pei Rong berdiri di hadapannya. Tunggu! Ini miring dan dia tidak berdiri. Maksudnya, dia menatap orang-orang dengan posisi yang agak miring.  "Kau sudah bangun," ucap Cheng Li dengan nada lembut. Dia bahkan terlihat bagaikana malaikat saat ini, bukan iblis. Wajahnya yang tampan, tatapan  lembut dan suara merdu bagaikan nyanyian malaikat membuat orang akan salah paham. Bagi beberapa orang Cheng Li adalah raja iblis yang kejam, tetapi bagi Wu Mei Xiang, dia tidak kejam sama sekali. Bahkan, sangat jauh dari kata kejam. Terlepas dari makhluk apa pun, memang semua memiliki pengecualian pada seseorang yang dia sayangi. Tak terkeculi Cheng Li p
Read more
22. Pembalasan Dendam
"Bagaimana bisa dia hidup kembali? Apakah dia manusia atau hantu. Mengapa dia malah terlihat baik-baik saja. Bukankah dia sudah mati?" kata Wu Mei Xiang sejenak. Dia berjalan ke depan Shen Jia dan hanya menyisakan beberapa sentimeter saja. Tepat di hadapannya dia berbicara lagi, "Kau pasti memikirkan itu, kan?" Wu Mei Xiang maju lagi dan mendekati mereka satu per satu. "Nona Wu, Anda pasti salah paham. Kami sangat kehilangan," ujar Shen Yan dengan polos. Pria ini mengatakan hal yang sebenarnya. Dia juga senang ketika melihat Wu Mei Xiang bisa kembali, walau dia juga merasa heran dengan semua itu. Dia belum tahu apa-apa soal Shen Jia dan Pei Rong yang membuat Wu Mei Xiang mati. Ada banyak pertanyaan di kepala pria tua itu. Pertama dia memikirkan apakah anaknya sudah melakukan kejahatan dan selama ini dia hanya memalsukan kematian Wu Mei Xiang. Atau, Wu Mei Xiang ini bukan wanita yang sama dengan yang dulu? Semua pertanyaan
Read more
23. Dendam Harus Dibayar Lunas
Cairan itu semestinya berhasil untuk membunuhnya, tetapi lihatlah apa yang terjadi, Wu Mei Xiang sama sekali tidak terluka, sementara Shen Jia yang terkena sedikit percikannya merasakan sakit yang teramat. Dia meraung dan menangis.“Ba-bagaimana bisa?” Pei Rong hanya bisa mengucapkan dua kalimat itu. Dia sungguh ketakutan saat ini.“Kau! Kau membunuh aku!” teriak Shen Jia pada Pei Rong yang baru saja mencoba menyelamatkan diri mereka berdua. Perempuan itu terlalu bodoh untuk melakukannya.Perlahan-lahan tubuh Shen Jia berasap dan hancur dan itu sangat menyakitkan.Shen Jia berteriak-teriak minta dibunuh saja sedangkan Pei Rong sudah ketakutan seperti orang gila.Wu Mei Xiang menatap Cheng Li karena dia merasa ada yang tidak beres dengan kejadian barusan. Seharusnya Pei Rong tidak mungkin salah atau meleset. Dia melemparkan benda itu pada Wu Mei Xiang dan kenapa malah Shen Jia yang terkena?
Read more
24. Menyelesaikan Urusan
"Ada apa kalian datang? What the hell, kau bahkan membawa dua bodyguard. Ada apa ini? Jangan bilang kau akan membatalkan rencana," kata Yun Yao mulai curiga dengan apa yang dia lihat."Lakukan!" perintah Wu Mei Xiang dan perempuan itu langsung melaksanakan perannya."Yun Yao, kurasa kami melakukan kesalahan. Benda itu sangat berbahaya, karena itu ini aku membawa uangmu kembali," kata Pei Rong sesuai dengan rencana.Yun Yao tertawa terbahak-bahak dan dia menyadari kalau dua lelaki yang bersama Pei Rong sangat tampan."Mana bisa kau membatalkan sesuatu yang sudah dijual?"Benar juga perkataan lelaki itu. Itu murni kesalahan Shen Jia dan Pei Rong sementara Yun Yao hanyalah pembeli. Mana bisa disalahkan begitu saja."Tuan Yao, lebih kalau dibicarakan baik-baik daripada kekerasan," kata Wu Mei Xiang memulai ucapannya."Kau berani juga, tapi karena wajahmu tampan kumaafkan," balas lelaki itu.Cheng Li hampir saja meledak saat itu juga karena seseorang menggoda apa yang menjadi miliknya."Ka
Read more
25. Selera Makan Aneh
Seusai membereskan urusan di dunia manusia, Wu Mei Xiang dan Cheng Li kembali ke alam iblis dan seperti biasanya Wu Mei Xiang akan membuat kekacauan agar tidak terlalu membosankan. Pertama-tama dia mengubah dekorasi kamarnya, membuat kolam teratai semakin luas dan mulai menerapkan aturan aneh. Misalnya, dia akan meminta makanan manusia walau dia sebenarnya tidak perlu makan. Lalu, dia menyuruh Pei Rong sebagai guru tari. Yang paling aneh adalah, dirinya rajin bangun pagi dan tidur cepat. Ditambah selera makan yang meningkat dua kali lipat. "Apa menurutmu aku semakin gendut? Mengapa aku merasa seperti om-om buncit usia lima puluhan," kata Wu Mei Xiang memeriksa perutnya yang sedikit menonjol dibandingkan sebelumnya. "Tidak, kau sama saja. Sama sekali tidak berubah," jawab Cheng Li memang tidak mempersoalkan urusan perut buncit atau kotak-kotak. "Apa kau merasa bebas berbohong hanya karena kau adalah iblis? Apa iblis tidak punya kode etik?" Wu Mei Xiang merasa Cheng Li hanya berpu
Read more
26. Kejadian Aneh
Wu Mei Xiang merebahkan tubuhnya dan dengan malas melepaskan sepatunya. "Setidaknya lepaskanlah ini," ucap Cheng Li melepaskan sepatu warna hitam itu. "Kau tahu aku malas. Lagipula itu akan menguras energi, kau tahu tabib tadi bilang apa," ucap Wu Mei Xiang dengan malas dan merasa bodo amat. Dia menutup matanya dan terus menerus memikirkan mengapa ada bagi di dalam perutnya padahal dia tidak memiliki rahim. "Cheng Li, katakan padaku mengapa bayi ini bisa berada di dalam sana. Mengapa mereka tidak memilih perutmu saja? Kau lebih kuat," kata Wu Mei Xiang tanpa membuka matanya. Cheng Li duduk di sebelahnya setelah melepaskan sepatu Wu Mei Xiang. "Karena kau ibu mereka," balasnya singkat. "Apaan ibu, aku ini ingin menjadi ayah saja, sayangnya memang aku perempuan," keluhnya. Wu Mei Xiang kesal dan sampai duduk karena emosi. "Setiap yang mengandung dan melahirkan akan menjadi ibu terlepas dari jenis kelamin mereka." Cheng Li masih mencoba tenang dengan segala kerusuhan Wu Mei Xian
Read more
27. Taman Bermain
Karena permintaan Wu Mei Xiang yang aneh itu, Cheng Li ikut menjadi aneh. Maksudnya, dia dengan pasrah dan tabah mengikuti kehendak pasangannya itu. Memang benar, pasanganmu ada gambaran dirimu, karena lama-lama kebobrokannya akan menular bagai wabah yang teramat sulit untuk dihentikan."What the hell?" teriak Jiang Qiao dengan ekspresi wajah terperangah melihat Cheng Li datang."Ya ini memang nerakalah!" dengus Qirong.Baru selesai bicara, Qirong ikut melongo melihat Cheng Li, raja mereka memasuki medan perang dengan langkah tegap dan gagah, bagai pahlawan. Dia benar-benar seperti dewa atau iblis paling keren. Anggap saja begitu.Lelaki itu tidak datang sendirian ke pertempuran kali ini, melainkan membawa istrinya. Yap! Betul, dia akan marah jika disebut istri, ya sudah pasangannya! Yang parahnya lagi, mereka bergandengan tangan.Hal itu sudah pasti membuat para iblis gagal fokus dan seketika waktu seolah terhenti dan semua fokus menatap pasangan aneh itu."Aku tidak salah lihat, kan
Read more
28. Bersenang-senang
Bosan bermain dengan para iblis dan hantu, Wu Mei Xiang mulai merasa mengantuk. Dia sudah tidak tertarik dengan penampakan medan peperangan yang begitu-begitu saja."Sayang?"Cheng Li memeriksa kondisi Wu Mei Xiang yang sudah mengantuk dan hampir tertidur."Kalian uruslah segalanya, aku akan membawanya," perintah Cheng Li kepada Wen Liwei dan Jiang Qiao."Siap, Tuan," jawab keduanya dengan sopan.Mereka sudah mengerti apa yang harus dilakukan dengan ucapan sependek itu.Berbeda dengan kedua Jenderal yang sibuk itu, Qirong malah pusing memikirkan mengapa Cheng Li bisa sangat berubah. Dia dan kawanannya sesama hantu hijau sangat heran melihat raja iblis yang sangat manis dan lembut, terutama ketika mereka memperhatikan cara Cheng Li menggendong tubuh Wu Mei Xiang yang terlelap karena lelah."Menurutmu, mengapa dia bisa mengantuk? Dia, kan, iblis!"Ucapan Qirong terdengar iri atau cemburu."Lebih baik kau bersyukur karena tidak perlu lagi disuruh menari," kata Jiang Wanyin dengan suara d
Read more
29. Apa Jadinya Anak Ini?
Selepas dari medan perang dan membuat beberapa kekacauan, Wu Mei Xiang kembali merasa bosan dengan hidupnya yang begitu-begitu saja. Anggap saja kalau dia memang sedang manja dan mencoba hal-hal lainnya.Dia dulunya seorang pekerja keras dan sekarang harus hidup dengan segala kemewahan dan segalanya tersedia."Aku benar-benar bosan, apakah memang tidak ada pekerjaan di sini?" tanya Wu Mei Xiang pada Wen Liwei."Pe-pekerjaan?"Wen Liwei gugup menjawab tuannya. Bagaimana bisa seorang raja atau pasangan raja disuruh bekerja?"Apa kau tidak tahu? Pekerjaan semacam hal yang menyenangkan."Wu Mei Xiang kesal dan hendak berlarian entah ke mana. Akan tetapi, perutnya yang membuncit membuatnya susah bergerak dengan bebas. Dia mulai bosan dan ingin segera melahirkan, barangkali anak-anak itu akan membuat hidupnya lebih berwarna nantinya."Ada apa, Sayang?"Cheng Li datang ke ruangan pasangannya selepas mengadakan pertemuan antara penguasa kota hantu dari beberapa sudut neraka."Tidak ada. Aku h
Read more
30. Hampir Meleset
Beberapa bulan kemudian, Wu Mei Xiang merasa perutnya seolah bisa pecah atau meledak karena sudah membesar sangat sempurna, melebihi dari yang pernah dia bayangkan."Mengapa bisa sebesar ini? Anak-anak apa di dalam sana!"Wu Mei Xiang memukul perutnya pelan sambil menatap wajahnya dan penampakan barunya di sebuah cermin besar yang seolah mengejeknya karena menampilkan wajah jeleknya. Itu, sih menurut dia. Kalau Cheng Li akan selalu menganggap Wu Mei Xiang sangat menarik, seksi dan sangat menggemaskan."Berhentilah melakukan itu, kau bisa menyakiti dirimu dan anak-anak," ucap Cheng Li memeluk pinggang Wu Mei Xiang dari belakang. Pinggang yang dulunya ramping kini sudah hampir tidak berbentuk."Kau enak saja bicara. Coba kalau kau yang hamil dan berbentuk seperti gentong. Apa kau masih bisa mengatakan hal-hal seperti itu? Apa kau akan menghibur dirimu, huh?"Wu Mei Xiang mendengus kasar mendengar pujian tidak berguna dari mulut suaminya itu."Aku mengatakan yang sebenarnya. Bagaimana ka
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status