“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Romeo yang kebingungan melihat keberadaan Joo yang tiba-tiba berada di sini. ia baru ingat kemudian kalau beberapa waktu lalu Joo di telepon berkata akan menyusulnya.
Joo masih berusaha menetralkan napasnya yang mulai tak teratur. “Jangan banyak bertanya dulu.” Joo memegang pundak Romeo dan menyentuh dadanya sendiri yang napasnya tak teratur. “Petugas penjaga melihatku dan mengejarku, mereka mungkin kehilangan jejakku sementara ini, tapi jika mereka melihat ruangan ini bercahaya, kita pasti akan ditangkap.”
Romeo menatap Joo tak percaya dengan penjelasan laki-laki itu. Dirinya menjadi gugup seketika karena khawatir petugas itu akan datang. “Apa yang kau lakukan? Cepat bantu aku mematikan komputer-komputer ini dan pergi dari sini sekarang juga.”
Sesuai perintah Romeo, Joo membantunya mematikan jaringan komputer yang masih menyala. Mereka melakukannya dengan terburu-buru, karena ada sebanak 5 komputer yang menyala, dan itu
Kaisar tampak terdiam beberapa saat. Aland sempat merasa heran mengapa kaisar itu tampak seperti sedang memperhatikan gerak-geriknya. Namun, Aland tak memperdulikan hal itu. Ia menganggap jika kaisar itu sebenarnya sedang ketakuan karena tidak ada lagi yang melindunginya di sini. “Apa sebenarnya yang kau inginkan?” suara monster itu kembali terdengar. Namun, dari nada bicaranya, ia tampak lebih datar dan tenang dibanding beberapa saat lalu usai terkejut dengan tipuan Aland. Aland merasa dia harus berhati-hati sekarang, rencananya belum sepenuhnya berjalan lancar. Ia tidak bisa lupa siapa orang yang ia hadapi saat ini. “Mudah sekali sebenarnya. Kau harus membubarkan perkumpulan ini dan jangan pernah mengirim teror lagi kepada mahasiswa. Dan kau harus menyerahkan mengungkap semua kejahatan yang telah kau lakukan kepada rektor.” Aland menunjuk kaisar sesaat usai mengatakan apa yang dia inginkan. Kasiar tertawa kemudian. Suara tawanya yang meng
Aland, Joo dan Romeo sudah sampai di bawah untuk melihat siapa sebenarnya pemimpin geng topeng hitam itu. Joo melirik ke sekelilingnya untuk memastikan bahwa tidak ada penjaga yang mengejar mereka. Romeo dan Aland duduk di dekat orang yang diduga kaisar itu. Aland melirik Romeo sesaat, laki-laki itu mengangguk serta mengerti maksud Aland. Aland meraih topeng hitam-puih dan membukanya.Mereka bertiga terkejut melihat wajah sebenarnya pemimpin geng topeng hitam itu.“Willy?” ucap Joo terkejut dan ikut duduk dengan kedua temannya. Mereka benar-benar tak percaya bahwa Will-lah yang sebenarnya selama ini menciptakan kerusuhan secara misterius di dalam kampus.“Dasar munafik.” Umpat Joo tepat saat melihat wajah Willy yang kini bersimpah darah di dahinya. “Dia bersikap sebagai mahasiswa teladan di kampus tetapi dia memiliki hati yang sangat busuk.”Romeo dan Aland kompak melirik Joo ketika laki-laki itu mengatakan itu. Mereka
“Siapa?” tanya Jane.“Dia orangnya. Aland.” Tunjuk Kate pada Aland menggunakan dagunya.Jane merasa takjub dengan Aland. Dia benar-benar melakukannya. Dia berharap Fluke tak mengatakan apa pun tentang dirinya pada Aland, karena ia merasa Aland tak sesumringah seperti teman-temannya yang lain. Ia merasa … jangan-jangan Aland memang telah mengetahui semuanya bahwa ia telah mengkhianati teman-temannya.“Aland, kau benar-benar melakukannya?” tanya Jane pada Aland. Aland tersenyum sekilas dan mengangguk. Aland memang cukup pendiam, tetapi laki-laki itu terlihat sangat pendiam sekali hari ini di banding biasanya. “Itu hebat sekali. Bagaimana kau melakukannya?” Jane berusaha menutupi kegugupannya dengan menanyakan hal itu. Di sisi lain, Ia juga berusaha mengorek apakah Aland mengetahui rahasianya atau pun tidak.“Iya, aku juga penasaran. Aku dan Kate juga belum mengetahui bagaimana kau bisa menangkap p
“Apa maksudmu, datang-datang sudah menuduhku yang tidak-tidak,” jawab Fluke dengan kesal karena Jane tiba-tiba saja gadis itu datang dengan marah-marah.“Jangan berpura-pura tidak mengerti maksudku! Kau berbohong! Kau bilang kau adalah pemimpin geng topeng hitam itu, tapi nyatanya apa? Pemimpin yang sebenarnya adalah Willy, kau berpura-pura menjadi pemimpin geng itu karena kau ingin mengancamku, ‘kan?” Jane berapi-api, dada gadis itu sampai naik-turun karena rasa kesalnya yang memuncak pada Fluke. Ia merasa dipermainkan selama ini oleh Fluke.“Apa yang kau kata—” belum sempat Fluke melanjutkan kalimatnya, Jane sudah lebih dulu menyela perkataannya.“Kau mempermainkanku. Untuk apa Fluke? Apa kau masih membenci diriku, dan ingin membalas dendam kepadaku? Iya? Hah? Katakan! Mengapa kau sangat tega kepadaku, Fluke?” suara Jane menggema memenuhi ruangan Fluke. Tak pernah ia melihat gadis itu semarah itu sebe
“Terserah kau saja!” Jane yang mulanya berteriak karena kekesalannya pada Fluke, terkejut karena reaksi Fluke. “terserah apa yang ingin kau katakan. Karena jika aku menceritakannya pun, kau juga tidak akan memahami mengapa aku melakukan hal ini! Aku sudah tidak peduli apa pun yang kau nilai tentang diriku lagi!” Jane terkejut dengan pernyataan Fluke yang didengarnya. “Apa maksudmu?” tanya Jane dengan heran. Namun, Fluke tampak tak ingin menjawab pertanyaan gadis itu. Laki-laki itu membalikkan badannya dan memerintahkan Jane untuk pergi dari hadapannya. “Pergi dari sini.” “Apa? Kau mengusirku?” tanya Jane tak percaya. “Pergi, Jane. Atau akan menyesal seumur hidup jika kau masih tetap di sini.” Jane yang hendak membalas langsung terdiam dengan perkataan laki-laki itu. Mau tak mau dengan ancaman itu, Jane meninggalkan ruangan Fluke dengan amarah dan pertanyaan yang kini bersarang di kepalanya. Hari perayaan kampus telah tiba. Semua
"Bagaimana kinerjamu itu, Irene? Sebagai pemimpin club-mu kau mendapatkan tanggung jawab untuk mengatur kostum kami, tapi apa yang terjadi? Bukankah anggotamu sudah banyak? Ini kostum pemeran utama padahal."Jane menarik tangan Ken, mengingatkan laki-laki itu untuk tidak menyuarai Irene seperti itu melalui tatapan matanya. Jane merasa tidak enak sendiri melihat Irene yang mendapat omelan dari Ken, ia merasa Irene tidak sengaja melupakan kostumnya karena begitu banyak pekerjaan yang dia lakukan."Maafkan aku, aku benar-benar menyesal. Ayo, kemarilah. Duduklah dulu di sini. Aku akan akan kembali lagi membawa kostumnya untukmu."Irene buru-buru pergi mencari kostum pemeran utama wanita. Sementara Jane dan Ken mau tak mau menunggunya di sana. Ken melirik jam di pergelangan tangannya, acara tinggal sepuluh menit lagi."Jangan berbicara seperti itu padanya, mungkin saja dia tidak sengaja melupakan kostumku karena terlalu banyak pekerjaan yang ia kerjakan." Jane
"Bagaimana kinerjamu itu, Irene? Sebagai pemimpin club-mu kau mendapatkan tanggung jawab untuk mengatur kostum kami, tapi apa yang terjadi? Bukankah anggotamu sudah banyak? Ini kostum pemeran utama padahal."Jane menarik tangan Ken, mengingatkan laki-laki itu untuk tidak menyuarai Irene seperti itu melalui tatapan matanya. Jane merasa tidak enak sendiri melihat Irene yang mendapat omelan dari Ken, ia merasa Irene tidak sengaja melupakan kostumnya karena begitu banyak pekerjaan yang dia lakukan."Maafkan aku, aku benar-benar menyesal. Ayo, kemarilah. Duduklah dulu di sini. Aku akan akan kembali lagi membawa kostumnya untukmu."Irene buru-buru pergi mencari kostum pemeran utama wanita. Sementara Jane dan Ken mau tak mau menunggunya di sana. Ken melirik jam di pergelangan tangannya, acara tinggal sepuluh menit lagi."Jangan berbicara seperti itu padanya, mungkin saja dia tidak sengaja melupakan kostumku karena terlalu banyak pekerjaan yang ia kerjakan." Jane
“Aku juga tidak menyangka.” Joo tersenyum geli membayangkan kedua temannya yang memeiliki sifat unik jika mereka bersama akan seperti apa? Pasti lucu sekali. “Aku tidak bisa membayangkan ghadis tomboy itu rupanya menyukai laki-laki kemayu seperti Ken.”Romeo merasa geli melihat wajah Joo ang sedang membayangkan sesuatu. “Apa yang kau pikirkan? Berhenti berhayal.”Joo mendengus pada Romeo. “Kau tidak pernah tahu rasanya senang melihat temanmu jatuh cinta. Lebih baik cari pasangan sana, supaya kau tahu rasanya jatuh cinta!” ejek Joo pada Romeo.Romeo mendelik pada Joo karena laki-laki itu tiba-tiba menyinggung tentang pasangan. “Apa yang kau maksud? Bercermin dulu sebelum mengolok orang lain. Kau sendiri belum memiliki kekasih.”Joo langsung terdiam mendengarnya. Sementara Aland yang tengah duduk di antara mereka berdua melirik Romeo dan Joo dengan heran. “teman-teman, pertunjukkannya sudah a