All Chapters of The Stalker: Chapter 11 - Chapter 20
28 Chapters
Pembaca Pikiran
TS 11"Mungkin mereka tamu rumah sebelah," ujar Tris, meskipun dalam hati dia meragukan ucapan sendiri. "Masa tamu nggak turun?" tanya Verda sembari mengerutkan dahi. "Atau nunggu orang?" "Udah lama di situ, nggak gerak-gerak dari aku selesai salat." Tris tampak berpikir selama beberapa detik, kemudian beranjak ke pintu dan membuka benda besar bercat putih tersebut sebelum melangkah ke luar. Verda mengekori sambil memegangi ujung kaus hijau tua yang dikenakan Tris.Tiba-tiba mobil langsung meluncur, dan hal itu membuat kecurigaan Verda bertambah besar, demikian pula dengan Tris. Kedua orang tersebut saling beradu pandang selama beberapa saat, sebelum akhirnya sana mengangkat bahu dan kembali memasuki rumah. "Neng, mau makan di sini atau di rumah sakit?" Tris mengulangi lagi pertanyaannya, sesaat setelah mereka tiba di ruang makan. "Di sana aja, A'. Kasian ibu kalau kelamaan nungguin kita." 
Read more
Pengintai
TS 12Derap langkah bergema di lorong panjang rumah sakit yang sepi. Beberapa kali terdengar omelan Verda bila melihat kelebatan makhluk tak kasatmata yang sepertinya memang sengaja nongkrong di sepanjang koridor untuk mengganggu orang yang melintas. Verda merapatkan tubuh ke samping kiri Tris yang segera merangkul pinggangnya seraya tersenyum. Pria berjaket jin hitam itu kian melebarkan senyuman ketika Verda mengomeli sosok-sosok tak terlihat yang berulang kali hendak menggapainya. "Cuekin aja," ucap Tris. "Udah, tapi pada ngikutin itu," sahut Verda sambil menoleh ke belakang. "Lama-lama kulemparin batu nih!" desisnya sembari berhenti dan merunduk. Menggapai batu berukuran kecil yang berada di pinggir koridor yang digunakan sebagai penutup aneka dedaunan. Verda berdiri dan merapal mantra yang pernah diajarkan oleh neneknya yang juga seorang indigo. Dengan sekuat tenaga dia melempar beberapa batu itu ke belakang dan berhasil
Read more
Identitas
TS 13Suara ribut-ribut disertai dengan kemunculan beberapa orang dari depan blok sontak mengejutkan Tris. Pria berambut cepak itu berdiri bertepatan dengan pukulan keras orang-orang tersebut ke mobil SUV hitam yang berada tidak jauh dari rumah keluarga Verda. Tris segera menghampiri, sementara Verda justru berbalik arah dan keluar bersama dengan Sita yang membawa sapu. Ketika kedua perempuan berbeda usia itu tiba di depan mobil, para pria di sekitar seketika terdiam dan menunggu apa yang akan dilakukan oleh kedua perempuan tersebut."Turun!" sergah Sita sambil memelototi pengemudi yang masih diam di tempat. "Kubilang turun!" bentaknya sambil memukul bagian depan mobil dengan sapu. Sang pengemudi terkesiap. Dia beradu pandang dengan kedua rekannya yang sama-sama bingung. Sesaat suasana hening, sebelum sopir menggertakkan gigi dan hendak menekan pedal gas. Prang! Kaca di bagian pengemudi tiba-tiba pecah dan satu tang
Read more
Kekuatan Meningkat
TS 14Sentuhan lembut di lengan kanan menjadikan Tris terbangun. Seraut wajah cantik yang disertai senyuman manis tampak sangat dekat dengannya. Tris mengerjap-ngerjapkan mata kemudian memaksakan sudut bibirnya agar melengkungkan senyuman. "Udah hampir jam setengah enam dan Aa' belum salat," ucap Verda yang dibalas anggukan oleh Tris. "Mau sekalian mandi? Kuambilin handuk," tawarnya. "Hu um." Tris tidak berani membuka mulut karena takut bau naga keluar dan akan membuat Verda mabuk. Gadis berambut panjang itu berdiri dan jalan ke lemari. Membuka benda dari bahan jati asli dan mengambil handuk putih di tumpukan teratas. Sejenak dia mengamati susunan pakaian milik Varren itu sebelum akhirnya mengambil satu kaus biru tua dan menutup pintu. "Ini handuknya, dan ini kaus Varren. Pake aja, dijamin bersih," tukas Verda sambil mengulurkan kedua benda itu pada Tris yang tengah beranjak duduk. "Hu um," sahut pria itu, tetapi t
Read more
Mengikat Jiwa
TS 15"Kang, siuman lagi atuh. Banyak yang mau kutanyain," lirih Verda sambil mengusap punggung tangan Kris yang makin kurus. "Ada beberapa hal yang sepertinya terlewat. Dan aku nggak bisa ngungkapnya tanpa bantuan Akang," sambungnya dengan suara bergetar. Kelopak mata Kris bergerak-gerak dan Verda langsung memajukan tubuh untuk mengamatinya. Setelah yakin bila itu bukan halusinasi, Verda mengusap rambut ikal Kris dan mendekatkan bibir ke telinga kanan pria tersebut. "Akang bisa dengar aku 'kan?" tanyanya dengan pelan. "Kalau bisa, hadirlah di mimpiku. Sering-sering juga nggak apa-apa. Dengan begitu aku bisa nanya banyak hal ke Akang, supaya kasus ini bisa segera terungkap," lanjutnya. Verda memundurkan badan dan memperhatikan kelopak mata Kris yang kembali bergerak-gerak. Sudut bibir gadis itu terangkat membingkai senyuman karena merasa senang Kris telah mengalami kemajuan walaupun hanya sedikit. Verda mengusap punggun
Read more
Mereka Masih Mengintai
TS 16Sepanjang perjalanan menuju kediaman mereka, Tris lebih banyak diam dan menjadi pendengar pembicaraan satu arah Verda. Berulang kali Tris menengadah dan melirik ke kursi tengah, tetapi sosok sang akang tidak jua dilihatnya. Pria berambut cepak itu mendengkus pelan. Dia bingung hendak melakukan apa dan akhirnya hanya mampu menuruti perintah Verda serta fokus mengemudi. Setibanya di tempat tujuan, Verda turun terlebih dahulu dan membukakan pintu pagar. Tris menekan pedal gas mobil hingga kembali maju beberapa meter sebelum berhenti di sisi kanan pekarangan, tepat di depan garasi. Tak berselang lama Tris turun dan bergabung bersama Verda yang tengah membuka pintu. Keduanya masuk dan Verda langsung menutup pintu. Tris meneruskan langkah menuju bagian tengah rumah di mana kamar Kris berada. Setelah Tris menyalakan lampu, Verda melangkah masuk sembari memegangi sesuatu di belakang. Keduanya saling menatap sesaat, sebelum Verda berbalik dan mulutnya bergerak-gerak seakan-akan tengah
Read more
Rumah Kebun
TS 17Setibanya di tempat tujuan, Hendra dan Tris turun terlebih dahulu dari mobil. Verda masih bertahan di dalam karena tengah berusaha menembus batas penglihatan indra keenamnya yang sulit dilakukan. Berulang kali Verda mencoba, tetapi gagal. Gadis yang kali itu mengikat rambutnya berbentuk ekor kuda akhirnya menyerah. Sebab bila dipaksakan akan tidak baik untuk mata batinnya. Verda membuka pintu mobil dan menarik tasnya sebelum keluar. Dia baru saja hendak menutup pintu kala kilasan kelebatan melintas. Tanpa membuang-buang waktu Verda menghempaskan pintu dan jalan cepat menyusuri jalanan yang kondisinya tidak terlalu mulus. Hendra bergegas mengejarnya, sedangkan Tris mengunci pintu mobil terlebih dahulu sebelum lari membuntuti kedua orang yang bergerak cepat. Verda memperlambat langkah kala tiba di dekat rumah berarsitektur model lama yang dikelilingi pepohonan berukuran sedang di sisi kiri jalan. Gadis berkaus hijau tua lengan panjang itu mengedarkan pandangan ke sekeliling. He
Read more
Rencana
TS 18Tris memindai sekitar berulang kali. Dia benar-benar takut terjadi sesuatu hal yang tidak baik karena sudah dua belas menit berlalu, tetapi Hendra dan Verda belum kembali. Pria berambut cepak tersebut mengecek pergelangan tangan kanan dan menghitung dalam hati. Kala menit bergeser, Tris meraih ponsel dari saku jaketnya dan hendak menelepon Darwis atau Bima. Namun, pergerakan dari kejauhan membuatnya mengurungkan niat dan menunggu. Detik demi detik menanti menjadikan Tris senewen. Dia terkejut kala orang kedua yang tengah menghampiri tiba-tiba terjatuh. "Aduh!" pekik Verda. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Hendra sambil berjongkok dan memegangi bahu sang gadis. "Sakit." "Di mananya?" Verda menunjuk pergelangan kaki kiri dan Hendra segera mengeceknya. Pria beralis tebal itu mengerutkan dahi, kemudian mengusulkan agar Verda bersedia dipapah sehingga mereka bisa keluar dari area tersebut. "Verda kenapa?" Tris yang baru tiba ikut berjongkok di samping kiri Hendra. "Jatuh, terus ka
Read more
Pancingan
TS 19Pengemudi mobil sedan mengerutkan dahi ketika menyaksikan mobil SUV putih menyelinap dari belakang dan menempati posisi depan tanpa mengurangi kecepatan. Dia mengamati kala mobil tersebut menyalakan lampu darurat, sebelum terlihat tidak stabil. "Mobil depan kenapa, ya?" tanya penumpang di sisi kiri. "Nggak tau. Kayaknya sopir nggak bisa ngendaliin," jawab sang sopir yang bernama Rinto. "Jangan terlalu dekat, To. Kalau ada apa-apa, kita bisa kena," tukas pria berpenampilan perlente di kursi belakang. "Siap," jawab Rinto sembari mengurangi kecepatan. Sang bos kembali fokus pada ponselnya. Dia berulang kali berdecih karena salah satu orang kepercayaan melaporkan bila istrinya memaksa untuk keluar dari tempat peristirahatan. Pria berkacamata itu mendengkus sebelum meletakkan ponsel ke samping kanan dan menyandarkan kepala ke belakang sambil memejamkan mata. Ingatan pria berambut tebal tersebut kembali melayang pada masa-masa dirinya pertama kali bertemu dengan sang istri setah
Read more
Anak Bawang
TS 20Suasana di kediaman Edi kembali ramai Minggu pagi. Namun, bukan karena acara keluarga, melainkan mereka kedatangan rekan-rekan Tris, Kris dan Hendra yang berniat membantu menjadi tim pendukung. Edi tidak ikut urun saran dan hanya memperhatikan kala Hendra serta Tris bergantian membeberkan rencana mereka pada rekan-rekan yang duduk bersila di ruang tamu. Sita dan Vika, serta Randi yang tengah menggendong Revi, mengamati jalannya rapat. Setelahnya mereka melakukan doa bersama memohon diberikan kelancaran pada tim inti yang akan segera berangkat. Reno, Verda dan Varen bergantian menyalami keluarga mereka. Tris, Hendra, Nindy dan beberapa orang lainnya yang akan bergabung di tim utama juga turut bersalaman. Kemudian mereka keluar bersisian dan memasuki beberapa mobil berbeda jenis dan warna. Tris yang mengemudikan mobil milik Reno, menekan klakson sebelum melaju sebagai mobil pembuka konvoi. Darwis dan pengemudi mobil lainnya menyusul, kemudian berpisah di perempatan jalan. Tris
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status