All Chapters of Eleanor: Chapter 21 - Chapter 30
103 Chapters
21-Antar Pulang
Elena mengetukkan jarinya beberapa kali, apa yang diucapkan Alva kembali berputar dipikirannya. Rupanya apa yang ia lihat tak senyaman yang ia pikirkan. Alva begitu pintar menyembunyikan luka dibalik sifat menyebalkannya. Getaran benda pipih yang berada tak jauh dari jangkauannya terdengar, Elena meraih benda itu dan melihat notifikasi yang baru saja ia dapatkan. Keningnya berkerut, melihat sebuah undangan online yang tertera pada layar ponselnya. Elena menghembuskan nafas pelannya, ia menimbang-nimbang apakah perlu menghadirinya atau tidak. “Ada yang sedang mengganggu pikiranmu Elena?” suara Mei yang sangat ia kenal terdengar. Elena langsung menoleh ke sumber suara. Mei berjalan mendekat dan duduk di kursi yang berseberangan dengan kursi yang Elena duduki. Elena tersenyum, ia pun kembali menyimpan ponsel itu pada meja dan mulai memusatkan perhatiannya pada Mei. “Apakah Alva merepotkanmu?” Elena terkekeh lalu menggeleng. “Lalu apa?” Mei masih
Read more
22-Rumah
Perjalanan yang cukup melelahkan. Alva duduk di sofa ruang tamu seraya memainkan ponselnya. Elena masuk lebih dulu untuk membersihkan diri sedangkan Naura sedang menerima tamu di teras depan. Lelah dengan layar ponsel, Alva pun mengedarkan pandangannya memperhatikan detail ruang tamu yang tertata rapi. Tak begitu banyak dekorasi tapi tetap nyaman dan cantik. Rupanya ada ruang kecil yang tak jauh dari ruangan tersebut. Sebuah mesin Jahit Alva lihat dari arah luar dan sepertinya itu adalah ruang kerja yang selalu dipakai mamanya Elena untuk menjahit. Profesi yang diketahui Alva dari cerita pendek Mei kala itu, ketika Elena belum lama bekerja di butik Mei. “Maaf buat kamu menunggu,” suara itu membuat Alva menoleh. Elena datang dengan pakaian tidurnya yang terlihat nyaman. Sebuah handuk yang melingkar di kepala Elena menarik fokus Alva, rupanya Elena baru saja selesai keramas. “Gak masalah,” jawab Alva seraya memperlihatkan senyum lebarnya. “Mm kamu mau mandi?” t
Read more
23-Pertemuan Teman Lama
Elena berjalan keluar rumah, keningnya berkerut ketika melihat Alva yang membukakan pintu mobil untuknya. Tak ada niat untuk dirinya mengajak Alva ke acara reuni sekolah. Tapi kenapa dia sudah siap saja di sana? “Kamu mau berangkat bareng Alva El?” suara mamanya membuat Elena sontak menoleh ke belakang. “Iya tan aku akan menemaninya,” seru Alva dengan cengiran khasnya. Baru saja akan menjawab tapi Alva mendahuluinya. Elena memutar bola matanya malas, bagaimana jadinya kalau ia mengajak Alva. Apa yang harus ia katakan kalau teman-temannya bertanya siapa dia. Elena pun berjalan mendekat ke arah Alva yang begitu percaya dirinya di sana. “Aku mau datang ke acara reuni Va, kamu tunggu saja di sini ya,” kata Elena. “Aku akan menemanimu,” jawab Alva dengan tangan yang mempersilahkan Elena memasuki mobilnya. Malas berdebat, Elena pun hanya menurut saja. Ia masuk dan membiarkan Alva menutup pintu itu untuknya. Kursi kemudi mulai terisi, Alva me
Read more
24-Kesalahan
Sudah lima menit Rosie menatap putranya yang sedang duduk santai tak mengeluarkan suara apapun. Saat kedatangannya ke butik Meisie, Rosie langsung meminta Alva untuk mengikutinya menuju butik miliknya. Disinilah mereka sekarang, di ruang kerja Rosie.  Namun semenjak bertemu pagi ini, Alva belum juga berbicara padanya bahkan sekedar sapaan hai pun tak ada. Perdebatan dua hari lalu masih membekas sampai sekarang, beberapa hari ini pula Rosie tak mendapatkan Alva berada di rumah. Di tambah kemarin, Alva yang begitu saja pergi meninggalkan pekerjaannya hanya untuk mengantar Elena pulang sungguh membuat Rosie tersulut emosi. Reno sang manager Alva menjadi sasaran kemarahannya kemarin. “Apa kamu tahu kesalahanmu apa?” tanya Rosie akhirnya mengawali pembicaraan. “Meninggalkan pekerjaan tanpa kabar,” jawab Alva tanpa ragu. Namun tak sedikit pun Alva menoleh, ia masih fokus pada benda pipih berwarna hitam yang ada pada genggamannya. “Apa pekerjaanmu kemarin memai
Read more
25-Menolak
“Mama kenapa gak ada kabarin aku?” tanya Elena pada Naura yang duduk di sampingnya.“Sengaja,” jawab Naura singkat dengan senyuman di akhirnya.Alva yang sedang menyetir melirik Naura dan Elena lewat kaca spion depan. Ketiganya kini berada di perjalanan menuju apartemen yang ditempati Elena alias apartemen milik Alva.Setelah mendapat panggilan dari Naura 30 menit lalu, Elena langsung meluncur di temani Alva menuju stasiun dimana Naura berada. Elena sempat tak enak hati meminta izin pada Mei, namun respon Mei yang tak mempermasalahkan itu membuat Elena lega. Malah Mei meminta Elena untuk mempertemukan Naura dengannya.Elena sempat menolak ketika Alva menawarkan diri untuk menemaninya, namun bukan Alva namanya yang menyerah begitu saja. Ia tak menghiraukan penolakan Elena dan tetap menemani Elena menjemput Naura di stasiun.“Kita mau langsung ke apartemen aja?” tanya Alva yang kembali melirik kaca spion untuk meli
Read more
26-Berusaha Jujur
Butik Mei kembali menjadi tujuan Alva. Sesuai apa yang ia katakan tadi bahwa dirinya akan mengantar Elena dan Naura ke apartemen. Pekerjaannya yang belum stabil akibat ulah kemarin menjadikan Alva merecoki keseharian Elena, hal itu menjadi pelarian yang menyenangkan juga pikirnya. Mobil hitam Alva kini sudah kembali terparkir tepat di depan butik Meisie. Ia keluar dari mobil dan melirik dua papan nama yang ada di depan sana. Dua butik yang bersebelahan namun menjual koleksi yang berbeda. Alva memalingkan wajahnya dari toko Rosie, ia pun mulai melangkah menaiki tangga demi tangga yang ada di bagian depan. “Alva,” suara berat menjadikan langkahnya tiba-tiba terhenti. “Apa malam ini kamu bisa menyempatkan waktu untuk pulang?” Alva mulai berbalik ke arah seseorang yang sedang mengajaknya bicara. Matanya menangkap sosok Roy yang sedang berdiri di ambang pintu butik Rosie. Senyum tipis Roy berikan, ia pun melangkah mendekati Alva. Tepukan pelan sampai di pu
Read more
27-Saling Mengenal
Langkah kaki terdengar, Alva mengangkat kepalanya melihat ke arah tangga. Ia tersenyum pada Elena dan Naura yang baru saja menuruni tangga. Alva menyadari pandangan Naura yang tertuju pada hidangan yang sudah ia sediakan di atas meja.“Kamu masak semua ini?” tanya Naura yang begitu tercengang dengan semua makanan yang sudah tersedia di atas meja makan. Anggukan dan ulasan senyum Alva berikan. Ia pun menarik salah satu kursi dan mempersilahkan Naura duduk.“Silahkan menikmati hidangannya tan,” ucap Alva yang mulai ikut bergabung dengan menduduki salah satu kursi makan yang ada di hadapan Elena. Kebetulan Elena duduk tepat di samping Naura.“Ini adalah keahlian lain Alva ma, memasak,” ucap Elena yang lagi-lagi membuat Alva sendiri tertegun. Ia merasa hari ini Elena lebih banyak memberikan pujian dan mengatakan hal-hal baik tentangnya. Diam-diam Alva tersenyum.“Mmmm,” gumaman Naura terdengar, Alva menoleh dan
Read more
28-Kenyataan Mengejutkan
Kakinya kembali melangkah menuju taman belakang ketika melihat gelagat kedua orang itu akan keluar dari balik pembatas ruangan. Alva langsung mendudukan bokongnya di kursi yang ada di samping Felicia. Untungnya Felicia tak begitu memperhatikan Alva yang kembali dengan terburu-buru, membuat Alva tak perlu mendapat pertanyaan lebih akan hal itu. Tak lama Roy dan Rosie bergabung. Pandangan mereka langsung tertuju pada keberadaan Alva yang kini menoleh ke arah mereka. “Sejak kapan kamu datang?” tanya Rosie yang tersenyum ke arah Alva dan mulai duduk di kursi yang berseberangan dengan Alva. “Belum lama,” jawab Alva dengan ekspresi datarnya. Roy yang masih berdiri pun ikut tersenyum dan mulai bergabung menduduki kursi yang ada di hadapan putrinya. “Terima kasih sudah menyempatkan waktumu untuk datang,” ungkap Roy yang masih tersenyum ke arah putranya. “Papa, seharusnya aku yang mengatakan itu,” seru Felic. Roy terkekeh ia pun mempersilahkan putrinya
Read more
29-Menginap
Ting Tong! Ting Tong! Bel salah satu apartemen di tekan beberapa kali. Jari itu terus menekan tombol kecil itu sampai pintu apartemen terbuka dan menampilkan seseorang yang mendengus kesal karena risih dengan suara bel yang terus saja berbunyi.“Lo Va, gila lo gak sabar banget,” ucap sang pribumi. Alva langsung masuk tanpa di minta. Ia langsung menghempaskan tubuhnya di atas sofa dengan kepala yang ia hadapkan ke langit-langit ruangan. Matanya mulai terpejam dengan kening yang berkerut, sungguh ia sedang merasakan sakit pada kepalanya.“Udah berapa purnama lo gak kesini? Dan sekarang masuk gitu aja tanpa di minta. Gak sopan lo,” gerutuan kembali terdengar dari sang pribumi.“Malam ini gue numpang tidur di sini Rick,” ucap Alva. Ya, pribumi itu bernama Erick, teman yang paling dekat dengannya. Kata sahabat juga mungkin bisa tersemat dalam hubungan pertemanan mereka.“Tumbenan, apartemen lo kemana? Di jual?” t
Read more
30-Penghuni Baru
Lembaran itu menjadi perhatian Mei saat ini. Ia menyunggingkan senyumnya dan melirik seseorang yang terlihat tegang duduk pada satu kursi lainnya.“Aku….” Mei menggantungkan ucapannya membuat perasaan Elena semakin tak karuan karena khawatir dengan apa yang akan menjadi pendapat Mei terhadap karyanya itu.“Seperti biasa.” Tambahan kalimat itu membuat Elena bingung. Seperti biasa apa yang dimaksud Mei. Apakah karyanya terlalu biasa dan tak berbeda dengan karya-karya sebelumnya atau hal lain.“Seperti biasa aku sangat menyukai rancanganmu.” Kalimat lengkap itu sungguh melegakan perasaan Elena. Sejak tadi pundaknya tak merosot sama sekali, namun kini Elena dapat melemaskannya dengan perasaan tenang.“Namun ada hal kecil yang ingin aku ganti, hanya sedikit tak banyak,” ucap Mei yang membuat Elena langsung bertanya apa yang ingin Mei tambahkan. Tak apa Mei ingin menambahkan yang terpenting Mei menyukai ran
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status