Semua Bab Marry Me, Om Duda!: Bab 41 - Bab 50
50 Bab
Cuma Bisa Dibungkam
Damian dan Anyelir sampai rumah tepat pukul 6 sore. Mungkin, kalau saja Anyelir tidak merengek minta memakan bakso hamil---yang ternyata sama dengan bakso beranak di tempat penjualnya langsung, mereka tidak bakal sampai rumah setelat ini. Untung saja sebelum pulang, Damian lebih dulu makan siang hampir sore di kantor."Aku kenyang, Om." Anyelir mengadu yang di telinga Damian tidak cukup berfaedah untuk didengarkan.Damian mengangguk menyetujui. "Aku juga kenyang."Anyelir menoleh heran pada pria galak itu. Perasaan tadi cuma dia yang makan di warung bakso. Kok malah jadi Damian yang ikutan kenyang?"Kok bisa sih, Om? Bukannya di warung tadi Om nggak ikut makan?" tanya Anyelir heran.Damian mengangguk lagi. "Iya, aku kenyang liat muka kamu. Tiap hari keliatannya tambah bikin kesel aja," jawab pria galak itu sambil bersandar pada sandaran sofa.Anyelir yang tadi berniat untuk ikut duduk, lebih dulu menyundul perut Damian keras dengan kepala cantiknya. Kontan, suaminya yang belum sempat
Baca selengkapnya
Pekerjaan Baru
“Aku sangat tidak bisa mengerti, Anye. Kenapa kau begitu bersikeras untuk bekerja?” tanya Damian begitu pagi ini pria itu akan mengantar istrinya menuju tempat kerjanya.Anyelir lagi-lagi Cuma membalas dengan senyum kelewat lebar. “Aku lebih nggak ngerti kenapa Om mau-mau aja biarin aku nganggur kayak sebelumnya. Bukannya liat aku di rumah ngehancurin barang-barang Om lebih ngeselin, ya?” tanya Anyelir balik membuat Damian medesah jengah.“Terserah lah, intinya jika sudah kerja nanti, jangan banyak merepotkan Bagas. Dia temanku dan aku sudah sangat cukup malu untuk menerima laporan tentang kinerja buruk istriku.” Damian menitah tegas yang dibalas Anyelir dengan anggukan semangat.“Tenang aja, Om. Gini-gini aku udah pernah jadi editor kok. Tapi ya gitu, baru seminggu kerja udah disuruh berhenti sama Papa. Katanya dia mau ngambek kalau sampai aku kerja lagi,” Anyelir bercerita sambil terkekeh geli. Ingat sekali dengan wajah merajuk Papanya saat perempuan itu bersikeras untuk tetap beker
Baca selengkapnya
Modus Om Damian
Anyelir memakan makan siang yang repot-repot dibawakan Damian ke kantornya. Sesekali, perempuan itu bakal menyodorkan sesendok nasi kotak pada suaminya. Lalu, ketika suapannya ditolak, Anyelir bakal menjejalkannya ke mulut Damian secara paksa.Benar-benar istri durhaka!"Jadi ... apa alasanmu datang ke sini, Tuan Narendra yang biasanya sibuk sampai nggak punya waktu ke kantin buat makan siang?" tanya Bagas yang di telinga Damian malah terdengar tengah mengejeknya.Pria itu menyorot Bagas garang. Memberi pertanda bahwa dia tidak terima atas tuduhan yang bahkan belum dilayangkan padanya."Hanya mau mengantar makanan lebih, memang kenapa? Salah?" jawab dan tanya Damian menantang.Bagas terkekeh geli dengan reaksi sahabatnya. Damian tetaplah Damian. Si pemarah yang kadang tidak bisa mengekspresikan keinginan dan perasaannya sendiri pada orang lain. Untung saja Bagas merupakan pengamat yang handal."Benarkah? Tumben nganter makanan lebihnya sampai ke kantor sebelah segala. Lagi nggak banya
Baca selengkapnya
Kayaknya Aku Cemburu
Sudah tiga hari semenjak Anyelir bekerja di kantor penerbitan buku mayor Bagas. Dan selama itu pula, Damian merasa istrinya jauh berbeda. Perempuan itu lebih banyak mengabaikannya bahkan tidak lagi suka mengganggunya.Bukan karena Damian merasa kesepian dan suka diganggu sih. Tapi, maksudnya terasa aneh saja. Satu hari tanpa omelan atau rengekan manja Anyelir itu rasanya aneh sekali. Begitu sepi dan terlalu monoton.Seperti malam ini."Nye ... kamu nggak laper?" tanya Damian sambil menusuk sebuah pentol berlumur saus di meja dengan garpu."Enggak, Om. Tadi sore sudah makan bakso beranak sama Pak Bagas. Aku makan dua mangkuk loh!" tolak sekaligus cerita Anyelir tanpa mengalihkan pandangan dari layar televisi."Dih, dasar rakus! Perut karet!" ejek Damian yang anehnya malah tidak ditanggapi Anyelir."Emang sih, Om. Kata Pak Bagas juga gitu." Bahkan, perempuan itu mengalah dan mengiyakan ejekannya."Tumben kamu nggak nyemil jam segini," komentar Damian lagi.Sepertinya, menonton Anyelir m
Baca selengkapnya
Pasangan Tidak Peka
Selama duduk di kursi kerjanya, Bagas menyadari bahwa editor cantiknya tersebut lebih banyak diam bahkan sesekali gagal fokus. Tak hanya itu, perempuan itu bahkan berkali-kali mengerjap-ngerjap terkejut, sebelum kemudian kembali menyibukkan diri pada naskah yang tengah berjuang untuk ia selesaikan.Lupakan masalah kalimat Damian sebelum Anyelir masuk ke kantor! Bisa jadi, suaminya hanya sedang iseng mengerjainya dan berlaku sok cemburu, kan? Lagian ... sejak kapan Damian bakal mengenal istilah itu jika berhubungan dengan perempuan menjengkelkan sepertinya?Lagipula, cemburu itu kan tanda cinta. Hal itu Anyelir pelajari dari novel-novel romantis yang kerap ia baca. Sebagai mantan murid sastra Indonesia, Anyelir sudah cukup banyak membaca berbagai jenis novel tentu saja. Dan hal itu membuat Anyelir mengerti banyak hal tanpa turun tangan langsung mencari pengalaman."Kamu kayaknya aneh banget sih, Nye, dari tadi. Kenapa? Apa kemarin kamu ngelakuin lagi apa yang kusuruh?" tanya Bagas mema
Baca selengkapnya
Pesta Pernikahan
Anyelir menghela napas berat. Tangannya memangku dagu dengan mata setengah mengantuk. Sesekali, perempuan itu juga bakal menghentak-hentakkan kaki meski Damian tidak peduli.Setelah menyeretnya dan bilang Anyelir tidak boleh bekerja di kantor Bagas lagi, pria itu sudah tidak mengajaknya bicara bahkan mungkin tidak mau meliriknya sama sekali. Jangan lupakan sikap acuh tak acuhnya yang sedari tadi terus mengabaikan Anyelir dan lebih memilih fokus pada pekerjaannya. Oh ayolah, ini sudah pukul 8 malam. Dan Damian dengan tidak tahu waktunya masih bekerja di saat karyawannya yang lain ia izinkan untuk pulang. Anyelir yang lagi-lagi merasakan perutnya lapar dan berbunyi keroncongan, hanya mendengkus sebal.Setidaknya jika memang sedang marah padanya, pria itu tidak marah pada perutnya. Lain kali, ingatkan Anyelir untuk makan siang lebih banyak dari sesendok bubur ayam agar suaminya tidak terlihat seperti tengah menyiksanya begini."Apa masalahmu, Om? Ini udah jam 8 malam dan kamu nggak mau
Baca selengkapnya
Obrolan Tengah Malam
Anyelir masih terus memeluk lengan Damian bahkan saat tertidur. Hal itu membuat benak Damian menghangat dengan perasaan campur aduk. Antara kesal dengan dirinya sendiri, pada istrinya, juga merasa menyesal dan bersalah karena membuat istrinya seperti ini.Jam sudah menunjukkan pukul 12. Tapi, pria itu bahkan tidak mampu terlelap dan memilih memandangi wajah damai Anyelir. Setelah kehujanan juga mengetahui istrinya yang takut angin, kepalanya tidak berhenti dihujam rasa bersalah.Anyelir juga demam dan mengeluh pusing. Panas di pipinya bahkan terasa menyengat di lengan Damian yang perempuan itu peluk erat. Seolah begitu takut ia bakal pergi dan meninggalkannya sendiri.Dia sendiri sangat tahu Anyelir gampang sakit. Tapi, kenapa ia malah mempertahankan egonya dan membiarkan perempuan itu pulang sendiri tadi."Om ...." Anyelir meracau begitu Damian bergerak membenarkan letak duduknya."Pengen pulang."Lagi lagi, Anyelir meracau sambil mengeratkan pelukannya pada lengan Damian dengan mata
Baca selengkapnya
Aku Enggak Cemburu
Pagi ini, keadaan Anyelir sudah lebih baik dari semalam. Awalnya, Damian tidak ingin berangkat bekerja karena mengkhawatirkan kondisi perempuan yang biasanya rewel itu. Tapi, paksaan Anyelir membuat pria itu akhirnya sudah rapi dan duduk di meja makan pukul 7 tepat."Kan sudah kubilang, kamu belum terlalu sehat. Ngapain masak segala? Kan udah ada Bi Wati juga," kesal Damian sambil mulai menyendokkan nasi dengan lauk kedelai hitam rebus, sambal limau, juga tahu tempe gorengnya.Anyelir mengangkat bahu acuh. Ikut menyuapkan nasi ke dalam mulut dengan lahap."Emangnya kenapa? Om mau ngehalangin aku jadi istri yang baik sampai mana lagi? Lagian aku baru bisa masak aja udah dimarahin. Apalagi mau belajar beresin rumah dengan bener?" jawab Anyelir sambil merengut sebal.Damian menghela napas pasrah. "Yasudahlah, terserah kamu aja." "Oh iya, Om. Ini." Anyelir menyodorkan amplop putih kepada sang suami. "Ini apa?" tanya Damian tidak mengerti."Surat pengunduran diriku dari kantor Pak Bagas.
Baca selengkapnya
Mereka Cuma Ngomong
Damian pulang dengan menenteng lima bungkus ayam geprek pesanan Anyelir. Beberapa kali, di perjalanan, pria itu mendecak tidak habis pikir. Sebanyak ini, apa bisa habis? Mengingat perut kecil juga porsi makan Anyelir yang sedikit, Damian jadi ragu.Begitu hendak menaiki tangga, suara Bi Wati yang memanggil dari arah dapur, menghentikan langkahnya. Pria itu menoleh penasaran begitu melihat raut khawatir sang pembantu."Sudah pulang, Tuan?" tanya Bi Wati berbasa-basi. Damian mengangguk."Kalau gitu, tolong bujuk Nak Anyelir biar mau makan siang, ya? Bibi udah bujuk dari tadi siang, tapi sampai sore ini dia nggak mau bukain pintu kamarnya." Bi Wati menjelaskan yang dibalas Damian dengan kernyitan dahi."Dia belum makan siang?" tanya pria galak itu sambil melirik jam tangan.Sudah pukul 4:39 sore. Bisa-bisanya perempuan itu tidak lapar. Setidaknya, menganggur dan rebahan di rumah juga butuh tenaga. Bahkan, Damian merasa lebih cepat lapar ketika berada di rumah daripada sibuk bekerja di ka
Baca selengkapnya
Sepupu Damian
Anyelir baru saja kembali dari pasar bersama Bi Wati saat menemukan seorang perempuan cantik duduk di ruang tengah. Perempuan kerempeng itu kontan mendekat dan memandang orang cantik di rumahnya curiga."Siapa---""Eh, Nak Lisa dateng, toh. Kapan nyampe sininya?" tanya Bi Wati memotong kalimat Anyelir.Perempuan itu tersenyum senang begitu menemukan keberadaan Bi Wati. Mengabaikan Anyelir, perempuan itu bangkit dan menyalami punggung tangan sang pembantu."Baru aja beberapa menit lalu, Bi. Kata Pak Satpam lagi nggak ada orang di rumah, si Damian kerja, Bi Wati ke pasar, jadi disuruh nunggu di sini dulu."Melihat interaksi kedua perempuan itu, Anyelir mengernyit tidak mengerti. Dia siapa? "Oh iya, kenalin, dia istrinya Damian. Namanya Anyelir." Anyelir tersenyum canggung begitu perempuan di depannya tersenyum hangat padanya. Perempuan bernama Lisa itu mendekat dan memeluk Anyelir erat."Waaah ... ini yang namanya Anyelir? Salam kenal, ya, Anye! Aku Lisa, sepupunya Damian."Anyelir me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status