Semua Bab Marry Me, Om Duda!: Bab 21 - Bab 30
50 Bab
Om Damian Ganteng 100 Kali
Anyelir baru saja hendak terlelap saat sebuah bantal mendarat tepat di kepalanya dengan keras. Seketika, perempuan itu terbangun dan mendengkus murka. Siapa yang berani mengganggu tidur cantiknya setelah seharian lelah berdiri dan tebar senyum sana sini pada tamu undangan?Begitu menemukan keberadaan Damian di ujung ranjang yang tengah berkacak pinggang tanpa dosa, Anyelir segera membaalas lemparan bantal dengan sekuat tenaga. Sayangnya, belum sempat menyentuh wajah jelek duda, ralat, suaminya tersebut, pria itu sudah lebih dulu menangkap bantal dengan tangan.“Ngapain sih, Om? Aku mau tidur ini loh!’’ kesal Anyelir sambil bersedekap dada dengan pipi mengembung sebal.Damian memutar bola mata malas. “Begini cara kamu memperlakukan seorang suami? Kalau mau tidur ya tidur aja, tapi sama aku. Kamu lupa, sekarang kita suami istri?’’ tanya Damian sambil menyorot Anyelir menantang.‘’Terus kalau suami istri, harus tidur sekamar gitu? Males ah, Om Damian pasti tidurnya nggak bisa diem, ngga
Baca selengkapnya
Arti Malam Pengantin
Anyelir terbangun begitu merasakan perutnya meronta lapar. Tumben sekali semalam dia tidak terbangun sama sekali untuk makan tengah malam. Lalu, seingatnya, semalam dia juga tidak terlelap di sini. Siapa yang memindahkannya?‘’Heh anak kecil, bangun! Temanmu dateng itu,’’ panggil Damian dari ambang pintu kamar dengan tangan memegang spatula berukuran mini.Kebetulan kamar lantai bawah yang mereka tempati semalam memang dekat dengan dapur. Jadi, mungkin pria itu dapat cahaya Ilahi untuk masak pagi-pagi begini.Anyelir mengernyit heran. Tumben sekali Ima berkunjung tanpa diundang dahulu. Biasanya, makhluk sok sibuk itu bahkan menolak ajakannya dengan alasan sibuk kuliah dan rebahan di kostan.‘’Sana cepetan basuh muka! Nggak baik bikin tamu lama nunggu,’’ tegur Damian begitu mendapati istrinya yang masih sibuk planga-plongo di atas kasur.Anyelir memutar bola mata malas. ‘’Ima kan bukan tamu, Om. Dia temen aku,” jawab Anyelir sambil bangkit dari kasur.‘’Mau temen kek mau keluarga, yang
Baca selengkapnya
Sebuah Hadiah
Pukul lima pagi. Damian sudah tidak menemukan Anyelir di sampingnya. Setelah memberinya pelajaran perempuan itu kali ini. Awalnya, dia masih bisa bersantai kalau saja tidak mendengar suara ribut dari lantai atas.Begitu Damian menyadari perempuan tersebut yang malah naik ke lantai atas padahal sudah berjanji padanya, Damian segera bangkit dan berlari menyusul ke sana. Karena pintu kamar yang terbuka, pria itu segera masuk dan memandang Anyelir murka.“Ngapain kamu naik ke lantai atas, Anyelir?!” tanya Damian pada perempuan yang tengah memakan mie instan cup di atas kasurnya tersebut.Menyadari kehadiran Damian, Anyelir menghentikan makannya dan segera berdiri. Perempuan itu meletakkan cup mie di atas nakas dan segera berlari menuju pintu kamar. Dengan sekuat tenaga, tanpa mau mengucapkan sepatah kata pun, Anyelir menutup pintu di depan wajah Damian dengan bantingan lumayan keras.“Ngapain pintunya kamu tutup, Bodoh?! Keluar cepat, jangan di lanta atas!” peringat Damian yang dibalas A
Baca selengkapnya
Morning Kiss
Pagi ini, Anyelir sudah repot-repot menyiapkan sarapan sejak pukul lima pagi. Bahkan, perempuan itu juga membantu Bi Wati untuk membersihkan rumah. Entah dirasuki jin istri baik macam apa, istrinya malah jadi serajin itu.“Tumben kamu jam segini udah bangun mana bantu Bi Wati bersih-bersih,” komentar Damian sambil memandangi seisi rumah yang sudah rapi juga meja makan yang sudah menguarkan aroma lezat sarapan.“Iyadong, Om. Cita-citaku sekarang kan mau jadi istri yang baik, ehe.” Anyelir menjawab sambil menyengir lebar.Damian melongo. Sejak kapan pemikiran Anyelir bisa selurus itu? Bagaimana bisa sosok anak kecil di depannya menjadi istri dengan pemikiran dewasa dalam sekejap?“Kamu kerasukan atau gimana, Anye?” tanya Damian masih tidak percaya.“Ish ... pas rajin dikatain tumben, pas nggak ngapa-ngapain dikatain pemalas. Jadi kapan aku bisa keliatan cukup baik di mata Om?!” tanya Anyelir ngegas begitu mendapati respon suaminya.‘’Aneh aja gitu, Nye. Biasanya kan kamu jam segini masi
Baca selengkapnya
Sekretaris Seksi
Damian mengernyit heran begitu pria itu masuk ke kantornya. Beberapa rekan kerja memandangnya dengan senyum aneh. Pria yang terkenal dengan sebutan ‘Bos Galak’ di kalangan pekerjanya tersebut, kontan melotot tajam membuat oorang-orang yang memandangnya mengalihkan pandangan. Dia paling tidak suka orang memandangnya seperti itu tanpa alasan yang jelas.“Mereka kenapa sih?” tanya Damian kesal sendiri sambil membuka pintu ruangannya dengan kunci.“Owalah ... ini tempat kerjanya Om?” tanya seseorang dari belakangnya membuat Damian terlonjak kaget.“Loh ... kok kamu bisa ada di sini?” tanya Damian tidak santai begitu berbalik dan menemukan keberadaan Anyelir di depannya.Perempuan itu bahkan masih mengenakan piyama dan belum mandi tentu saja. Sehabis memasak dan membersihkan rumah, Damian pikir sang istri kembali tidur ke kamarnya. Tapi, entah dengan cara apa perempuan banyak akal itu malah bisa berdiri di sini dengan cengiran paling lebarnya.“Hai, Om!” sapa Anyelir tidak berdosa sambil m
Baca selengkapnya
Aku Tidak Mencintaimu
Untuk pertama kalinya, Damian merasa pikirannya terlalu berantakan untuk bekerja. Akhirnya, di jam dua siang, pria itu memilih pulang ke rumah. Bahkan, pria itu menyetir dengan kecepatan lumayan tinggi. “Si makhluk bodoh itu! Lagian siapa suruh malah ganggu pekerjaanku? Kena marah kan jadinya.” Damian menggumam sambil memukul setir mobil sendiri.Seharusnya dia juga mengantar pulang perempuan itu tadi. Kenapa dengan santainya malah membiarkan Anyelir pulang sendiri. Terlebih, Damian tidak yakin istri menyebalkannya itu membawa uang untuk ongkos taksi.Akhirnya, begitu sampai rumah, Damian langsung berlari guna mengecek keberadaan Anyelir entah dengan alasan apa. Seharusnya dia memang tidak sekhawatir ini kan? Perempuan itu sudah besar dan bisa mengurus diri sendiri meski banyak kali bertingkah layaknya anak kecil.“Anye ... kamu di dalam?” tanya Damian sambil mengetuk pintu kamar Anyelir begitu pria galak itu sampai rumah.Tidak ada sahutan. Damian mencoba membuka pintu dan terbuka.
Baca selengkapnya
Kamu yang Kekanakan
Anyelir baru saja akan masuk kamar setelah menemani---lebih tepatnya merecoki Bi Wati menyapu di halaman kalau saja tidak menemukan Damian tertidur di sofaruang tengah. Perempuan itu mengernyit heran. Tumben sekali suaminya tertidur di sofa begitu. Biasanya selelah atau sengantuk apapun, pria itu pasti sempat untuk kembali ke kamarnya jika memang sudah mengantuk.Dengan mengalahkan segenap gengsinya, Anyelir berjalan mendekat dan berdiri di depan sang suami yang tengah tertidur di atas sofa panjang tersebut. Dia malas bersikap sok kalem dan tidak kekanakan sebenarnya. Tapi, perkataan Damian tempo hari sukses menampar Anyelir.Dia seharusnya ingat kalau Damian bukan Papa. Dia tidak bisa menggendong Anyelir ketika pulang kerja. Pria itu tidak bisa terus tersenyum sabar meski Anyelir menghancurkan pekerjaannya. Suaminya tidak bisa memberinya hadiah setiap pulang kerja. Damian ... tidak akan pernah bisa seperti Papa.Dia seharusnya cukup sadar posisinya sejak awal di rumah ini. Dia cuma
Baca selengkapnya
Keponakan atau Istri?
Sudah dua hari semenjak Damian sembuh dari demamnya. Hubungan keduanya tentu saja sudah cukup membaik. Masih sering berdebat dan sesekali main ngambek-ngambekan. Juga masih sering diisi rengekan Anyelir serta sikap masa bodoh Damian."Beneran nggak dibolehin ikut ke kantor nih, Om?" tanya Anyelir memastikan lagi.Perempuan itu duduk bersila di lantai kamar suaminya. Menganggurkan kursi malang di dekat lemari Damian. "Kalau saya bilang nggak ya enggak. Sekali enggak ya tetap enggak. Kapan anak kecil seperti kamu mau ngerti?" tanya Damian sambil memasang kemejanya tanpa malu di hadapan Anyelir.Anyelir menghela napas kecewa. Perempuan yang hari ini seperti biasa masih mengenakan piyama di jam 7 pagi, berbaring telentang di lantai keramik yang dingin. Damian yang melihat kelakuannya, kontan menggeram kesal."Sudah berapa kali saya ingatkan jangan suka berbaring di lantai tanpa alas gitu, Anye?! saya nhgak pernah punya cukup waktu kalau sampai kamu kena tipes lagi kayak waktu itu," perin
Baca selengkapnya
Kesal dan Marah Itu Beda
Acara makan malam berlangsung aneh dan terlalu kalem untuk ukuran makhluk heboh macam Anyelir. Perempuan yang merasa asing dan tidak mengerti dengan gaya berinteraksi orang dewasa itu akhirnya cuma bisa berpangku tangan sambil sesekali memasukkan makanan ke dalam mulut.Damian yang menyadari ketidak senangan Istrinya, kontan merangkul perempuan itu membuat Anyelir mendongak kaget. Bingung sendiri dengan alasan suaminya melakukan itu."Om---""Saya juga merasa demikian, Pak Raherja juga banyak sekali berkontribusi di awal-awal. Jika tidak begitu, mungkin saya dan yang lain tidak bisa menyelesaikannya sampai akhir." Belum sempat Anyelir menyelesaikan panggilannya, pria itu lebih dulu berbicara kepada orang-orang di depannya.Anyelir cemberut lagi. Tangannya dengan perlahan melepaskan lengan Damian yang melingkari punggungnya. Dia tidak suka tempat dan suasana seperti ini. Damian terlalu sibuk berbicara entah apa dengan rekan kerjanya sampai mengabaikan Anyelir yang dari tadi sudah hampi
Baca selengkapnya
Yang Ada Sayapnya
Pagi-pagi sekitar jam 7, Damian sudah bangun dan sarapan pagi seperti biasa. Hari ini tentu saja dia akan berangkat kerja. Tapi, ada yang aneh. Anyelir tidak ada di meja makan. Perempuan itu bahkan tidak nampak berkeliaran bak kuntilanak di dapur semalam. Padahal, Damian beberapa kali keluar sekitar pukul 3 untuk mencari minum."Mana si Anye, Bi?" tanya Damian pada Bi Wati yang tengah menghidangkan sarapan pagi ini."Nggak tau, Tuan. Mungkin masih tidur. Eh, tapi aneh ya, biasanya jam segini dia udah ngasih makan Dolly," jawab Bi Wati sambil mengernyit heran."Coba deh cek sana! Kalau belum bangun, congkel aja matanya!" suruh Damian tidak berperasaan.Bi Wati mengangguk sambil terkekeh geli. Perempuan itu menaiki tangga dan mengetuk pintu kamar Anyelir pelan. Semalam, Anyelir memang tidak mau tidur bersama Damian dengan alasan masih kesal. Pria itu membiarkan tentu saja. Tidak mau repot mengurusi kekesalan Anyelir yang memang selalu tidak pada tempatnya."Anye nggak mau buka pintu kam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status