Semua Bab Terjebak CEO Panas - Trapped by Hot CEO (Sexy Husband): Bab 41 - Bab 50
88 Bab
Part 41
“Hampir keguguran?!” Suara Jerome bergema di sepanjang lorong yang sepi. Ia bahkan tidak tahu jika Jenna sedang hamil, dan sekarang saat tahu tiba-tiba nyawa anaknya dalam kandungan Jenna berada dalam bahaya. Ditambah ia sendirilah yang nyaris membunuh anak itu dengan kedua tangannya sendiri. Kedua tangannya terkepal keras, giginya bergemeletuk, dan salah satu kepalan tangannya menghantam ke dinding lorong. Membuat sang dokter terperanjat keras dengan wajah pucat sambil menelan ludah. Tubuhnya bergetar hebat oleh rasa takut jika tinju itu meleset dan mengenai dirinya. Jerome Lim, selain sebagai salah satu petinggi yang memiliki kekuasaan cukup besar di rumah sakit ini, sosoknya sebagai pria dingin dan kejam bukanlah sekedar rumor omong kosong. Ia bahkan tak berani mempertanyakan dengan bekas kekerasan fisik yang terlihat di rahang pasiennya. Tak perlu dan tak ingin tahu lebih banyak atau sedikit pertanyaan akan mengusik emosi seorang Jerome Lim dan nyawanya berada da
Baca selengkapnya
Part 42
Saat mobil mulai memasuki halaman rumah, Jenna melihat Jerome berdiri di teras seolah menunggu untuk menyambut kedatangannya. Jenna menahan napasnya sesaat oleh kegugupan yang muncul, rasa dingin meresap di sepanjang tulang punggungnya dengan gugup. Kedua tangannya saling bertaut. Mengatur degupan jantungnya ketika mobil berhenti.Jerome menuruni empat anak tangga di teras, dan langsung membuka pintu mobil. Dengan senyum tanpa dosa seolah semua hal menyakitkan yang telah diberikan pria itu pada Jenna tidak pernah terjadi.“Turunlah.” Jerome mengulurkan tangan. Wajah pria itu terlihat hangat, yang penuh kejanggalan dalam pandangan Jenna.Jenna hanya menatap uluran tangan tersebut dengan raut datar. Tak menyambut uluran tangan tersebut, dan turun sendiri menggunakan kedua kakinya.Dengan tangan yang masih melayang di udara, tubuh Jerome mematung. Menghela napas pendek lalu berbalik.  Mengambil dua langkah besar sebelum membungkuk dan membaw
Baca selengkapnya
Part 43
Jenna melihat seseorang sudah mulai menghias pagar di tangga dengan bunga hiasan. Pelayan berseragam sibuk ke sana kemari memindah beberapa perabot sedangkan yang lainnya membuat berbagai macam hiasan di dinding, di langit-langit, dan di berbagai macam sudut rumah. Membuat Jenna ingin melihat lebih dekat. “Nyonya, Tuan melarang Anda turun.” Doris memperingatkan Jenna yang sudah hendak menginjak anak tangga. Ya, sejak Jenna keluar rumah sakit, pria itu bersikeras menyuruhnya tetap di dalam kamar. Dan baru dua hari yang lalu Jerome mengijinkannya keluar setelah ia mengaku bosan dan mendekati gila jika ia terus mendekam di dalam kamar. Itu pun hanya boleh berjalan-jalan di lantai dua. Yang hanya ada ruang kerja dan perpustakaan dan bioskop mini. Yang sedang tak ingin ia kunjungi hari ini karena keramaian di lantai satu terlihat lebih menarik perhatiannya. “Hanya sebentar. Toh dia juga tidak akan tahu.” Jenna mulai menginjak anak tangga pertama dan turun. Mengaba
Baca selengkapnya
Part 44
Jerome benar-benar tidak muncul semalaman. Membuat Jenna pun tidak bisa tidur dan bangun pagi itu dengan kantong panda di bawah kelopak matanya karena kurang tidur. Serangan muntahnya menjadi lebih parah dari biasanya. Hingga memuntahkan cairan pahit karena makan malamnya sudah keluar di tengah malam. Bahkan dengan rasa lapar yang melilit, perutnya terasa begitu penuh dan selalu mual setiap mencium bau makanan yang dibawa Doris.Jenna geram bukan main. Semalaman ia menderita karena mual dan rasa lapar, dan Jerome malah bersenang-senang dengan wanita lain di luar sana. Membuat hati Jenna terbakar.Setelah nyaris pingsan di kamar mandi, Jenna berhasil kembali berbaring di tempat tidur dengan bantuan Doris. Pelayan itu keluar dan kembali dengan segelas teh hangat yang tersisa setengah.“Saya sudah menghubungi tuan Jerome. Sebentar lagi tuan akan …”“Kenapa kau memberitahunya?” bentak Jenna meletakkan cangkir di nakas.Do
Baca selengkapnya
Part 45
Pesta dimulai ketika Jenna dan Jerome turun ke lantai satu. Memastikan setiap langkah yang diambil Jenna dengan hati-hati, beberapa kali Jerome menengok ke bawah. Tangannya di pinggang wanita itu pun memegang dengan erat, takut jika ia lengah sedikit saja Jenna akan terpeleset dan membahayakan anak mereka. Seharusnya ia menyuruh Monica untuk tidak memberikan sepatu berhak tinggi itu. Yang nyaris membuat jantungnya copot di setiap anak tangga yang dituruni oleh kaki Jenna. Para tamu menyambut mereka berdua dengan tepuk tangan yang riuh. Jerome membawa Jenna berkeliling menyambut para tamu yang melambai, menerima ucapan selamat dan harapan yang terdengar penuh jilatan di telinga Jenna. Dan akhirnya, wanita yang sejak kemarin malam membuat diri Jenna gusar itu muncul. Nicole menyeruak di antara kerumunan pada tamu dan melangkah dengan anggun mendekati Jenna dan Jerome. Jenna menatap penampilan Nicole dari atas ke bawah. Seksi seperti biasa, dengan gaun k
Baca selengkapnya
Part 46
Jerome membuka pintu kamarnya, memeriksa kamar mandi dan tak menemukan Jenna, ia pun berjalan keluar. Mencari ke seluruh ruangan di lantai dua. Di ujung tangga ia bertemu dengan Monica yang hendak kembali “Aku meninggalkan dompetku di kamarmu,” jelas Monica. “Apa kau melihat Jenna?” Monica mengangguk. “Sepertinya dia masih di bawah. Tadi aku melihatnya berjalan ke arah dapur. Mungkin sedang mencari makanan.” Jerome mengangguk singkat, kemudian teringat sesuatu dan merogoh saku celananya. Mengeluarkan dan menatap secarik kertas kosong di tangannya sebelum memberikan pada Monica. “Kau menyuruh Nicole memberikan ini?” Monica menatap kertas tersebut. “Dan kau yang memberikan Nicole pakaian Jenna?” Monica tak menyangkal. “Aku hanya ingin membantumu, Jerome. Aku sama sekali tidak memiliki niat lainnya,” jawabnya dengan suara sedatar mungkin. Ia tak suka jika Jerome terlalu banyak memberikan perhatian kepada Jenna. Dan ia tahu Jenna m
Baca selengkapnya
Part 47
Jenna merasakan lengan Jerome yang menyusup di pinggangnya di balik selimut. Dalam hati ingin menyentakkan tangan tersebut karena masih begitu kesal dengan Jerome, tetapi sudut hatinya yang lain menginginkan kehangatan Jerome yang lebih terasa nyaman ketimbang selimut.Mungkin sebaiknya ia berpura sudah terlelap. Sekali saja, ia menginginkan kenyamanan yang diberikan oleh Jerome. Sebelum pria itu berubah menjadi berengsek di esok pagi.Pagi itu, Jenna terbangun dengan tanpa serangan mual. Yang membuat wanita itu curiga, kalau pengaruh mual dan muntahnya pun tergantung emosinya terhadap Jerome. Berbeda dengan malam sebelumnya saat Jerome tidak bermalam, tadi malam tidur Jenna benar-benar nyenyak. Membuatnya terbangun dengan segar dan suasana hati yang cerah.Yang juga membuat tingkat kekesalannya semakin bertambah. Menyadari semua kenyamanan ini karena Jerome. Jenna memejamkan mata, mengingat semua tipu muslihat dan sikap kasar yang sudah dilakukan Jerome terhada
Baca selengkapnya
Part 48
“Dan aku percaya kau masih mencintaiku,” tambah Carissa. Melangkah semakin dekat ke meja Jerome, menyandarkan tubuhnya di sana. Matanya melekat erat dalam pandangan Jerome.Dengan kedua siku bersandar di lengan kursi, Jerome menautkan kedua tangannya. Tak ada ekspresi apa pun yang terlihat di wajahnya dan suaranya setenang air danau saat membuka mulut lagi. “Dan apa yang kauinginkan dengan mengatakan kata-kata itu?”Carissa tersenyum. “Aku ingin kembali padamu.”“Sayangnya aku sudah menikah.”“Kau tidak benar-benar menginginkan wanita itu.”Mata Jerome sedikit menyipit. Bibirnya menyeringai tipis. Tahu benar wanita itu tak akan berani kembali ke kehidupannya dengan tangan kosong. “Dan sepertinya kau pun tidak benar-benar masih mencintaiku, Carissa. Kau yakin kau kembali padaku karena masih mencintaiku? Atau karena pria itu sudah mencampakkanmu?”Carissa mengerjap sekali.
Baca selengkapnya
Part 49
Jenna pun tak mengharapkan keinginannya akan terkabul semudah itu, terutama jika berhubungan dengan Liora.“Hubungan apa pun antara kau dan Liora, selesai saat kalian bertukar tempat. Memberikan dirimu sebagai bayaran atas pengkhianatannya. Selesai.”“Kenapa harus aku? Kenapa bukan wanita-wanita itu.”“Siapa yang menyuruh wajahmu sesuai dengan seleraku. Apakah itu cukup dijadikan alasan agar kau tidak mengungkit-ungkit hal ini lagi, Jenna?” Jerome berusaha menahan ketidaksabarannya. Jenna sudah tahu Liora berada dalam genggaman tangan Carissa. Carissa bisa menggunakan Liora untuk memperdayai Jenna, begitupun sebaliknya. Jenna akan menggunakan Carissa sebagai kesempatan untuk lepas dari cengkeramannya.“Bukan karena kau tidak bisa melupakan wanita itu?” sengit Jenna. Menahan remasan di dadanya yang semakin mengetat.Jerome seketika terdiam. Matanya menatap lurus manik Jenna dan menangkap kecemburuan ya
Baca selengkapnya
Part 50
Jerome berhenti mengunyah, mengamati Jenna yang sibuk melahap nasi di piring. Nyaris seperti seorang yang kelaparan. Dan itu tidak terlihat ada hubungannya dengan menurunnya selera makan Jenna selama beberapa hari terakhir.“Ada apa?” Jenna mengangkat wajahnya, merasakan pandangan Jerome yang seolah menguliti dirinya.Jerome menggeleng. “Hanya … kau terlihat seperti tiga hari tidak makan.”Jenna menunduk, menatap isi piringnya yang tersisa beberapa suap, dan ini adalah piring keduanya. Ia sendiri heran, kenapa seleran makannya kembali naik seperti ini. Selapar apa pun, rasanya ia belum pernah memakan makanan hingga selahap ini, dan bahkan sampai ke piring kedua.Kemudian kening Jerome berkerut, dengan kecurigaan yang perlahan memanjat naik ke kepala. “Apakah ini salah satu bentuk kepatuhanmu? Untuk mengalihkan perhatianku dari sesuatu yang mungkin sedang kau rencanakan di kepalamu?”Jenna kembali mengangka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status