Semua Bab My Cold Husband Is A CEO: Bab 11 - Bab 20
51 Bab
Part 10
Cia menatap nanar punggung Elgan yang menghilang di balik pintu. Cia menghela nafas lelah. Ia tidak menyangka Elgan akan pergi begitu saja tanpa mau memakan masakannya. Berbagai macam pertanyaan melintas di pikiran Cia. Bagaimana bisa Elgan pergi tanpa makan siang terlebih dulu? Mengapa pria itu menolak ajakannya? Apa Elgan sangat bencinya hingga makan bersamapun ia ogah? Kemana pria itu akan pergi dengan kondisi wajah yang belum membaik? Entahlah. Cia tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Lagi-lagi Cia menghembuskan nafasnya sembari menengadah. Untuk kedua kalinya ia makan seorang diri di meja makan tanpa ditemani siapapun. Makanan yang awalnya terasa lezat di mulut Cia, kini terasa hambar. Sup yang ia cicipi terasa lezat beberapa saat yang lalu kini terasa berbeda di lidahnya. Semuanya, Cia merasa tidak enak dengan semua yang terjadi. Walaupun makanan tersebut terasa hambar di lidahnya, namun ia tetap harus makan. Ia butuh energi untuk menghilangkan semu
Baca selengkapnya
Part 11
Seringai tipis terukir di bibir Elgan. Matanya yang tajam membuat siapa saja akan yakin kalau pria ini benar-benar mengerikan. Termasuk cara berpikirnya yang kadang sulit untuk dimengerti. Termasuk Niko, ia tidak mengerti bagaimana jalan pikir sahabatnya itu. Bagaimana bisa Elgan melakukan semua itu pada Cia? Atas dasar apa sebenarnya Elgan melakukannya hingga dia benar-benar ingin membuat Cia menderita? Semua pertanyaan itu hanya Elgan lah yang dapat menjawabnya dan Niko sebagai sahabatnya akan berusaha agar Elgan mau menjawab semua pertanyaan itu dan ia benar-benar mengerti dengan alasan yang Elgan berikan."Tapi, kenapa lo lakuin itu? Gue yakin dan percaya, lo juga sadar kalau semua yang lo lakuin itu salah." Ujar Niko semakin dalam."Iya, gue tau gue salah, tapi yang lebih salah itu dia. Kenapa dia masuk ke kehidupan gue?! Gue ngerasa terusik dengan kehadiran dia!" Ujar Elgan tajam.Niko langsung membantah perkataan Elgan."Tapi lo sendirikan juga tau kal
Baca selengkapnya
Part 12
        Hingga pagi menjelang, sepasang suami istri itu masih tidur dengan saling berpelukan. Elgan memeluk erat pinggang Cia yang terasa pas di tangannya. Dagunya bertumpu pada puncak kepala Cia. Wangi rambut Cia yang menenangkan membuat tidur Elgan menjadi lebih nyenyak. Begitupun dengan Cia, lengannya juga masih memeluk tubuh kekar Elgan. Kaki jenjangnya di lilit oleh kaki Elgan, namun hal itu tidak membuat tidurnya terganggu. Tadi malam, sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, Cia tersenyum saat Elgan pelukan mereka. Wajah Cia tepat berhadapan dengan dada bidang Elgan. Keningnya pun sudah menempel di dada bidang pria itu. Sungguh luar biasa kedua ciptaan tuhan ini. Mereka sangat cocok jika dalam keadaan tidur maupun tidak. Malam ini mereka benar-benar terlihat seperti pasangan pada umumnya. Matahari sudah mulai timbul dan memancarkan sinarnya. Secara perlahan cahaya mulai masuk ke dalam kamar pengantin baru itu m
Baca selengkapnya
Part 13
Elgan mengurungkan niat awalnya yang ingin membuat sarapan. Ia malah jadi terhipnotis melihat Cia yang menari hingga suara musik berhenti. Musik telah berhenti namun Elgan masih berdiri ditempatnya. Cia merasa kepanasan setelah menarikan dua judul lagu sekaligus. Ia memperbaiki kuncir rambutnya yang mengendur sambil membalikan badan dan langsung tersentak saat melihat Elgan yang berdiri tidak jauh darinya. Masih dengan posisi menguncir rambutnya, Cia menyergit bingung menatap Elgan.Ngapain Kulkas Rusak itu disini?, Cia membatin.Cia menurunkan tangannya saat selesai dengan rambutnya."Heh ngapain lo disitu?" Tanya Cia menyadarkan Elgan. Elgan tersadar dari lamunannya. Ia mendengus tak suka mendengar suara Cia yang tak bersahabat.Kenapa sih gue?, Ia kembali memasang tampang seperti semula. Wajah datar nan dingin kembali mendominasinya. "Eheem...."  Cia berdehem. "N
Baca selengkapnya
Part 14
Niko mengendarai mobil sportnya dengan kecepatan sedang melalui lika-liku jalan raya. Pandangannya fokus ke depan dan bibirnya ditarik tertahan agar tidak menunjukkan senyum manisnya yang akan membuat gadis di sampingnya semakin kesal. Sejak ia mencium Nadin di depan umum tadi, gadis itu menatapnya dengan tajam. Namun, karena Niko menertawakannya, Nadin jadi kesal melihat Niko yang sepertinya sengaja ingin membuatnya malu. Dan sekarang, berakhir lah Niko dengan senyum tertahannya setelah mendengar ancaman Nadin. Di mana gadis itu tidak akan bicara dengannya selama satu tahun ke depan jika Niko masih saja menertawakannya.Niko melirik Nadin yang sedang duduk serong kearahnya sambil menatapnya kesal. "Udah ya Nad, jangan ngambek lagi..." Niko mengusap puncak kepala Nadin sekilas. "Kamu sih buat badmood aja, ngeselin banget tau gak." Nadin memperbaiki duduknya menghadap depan. "Kan aku cuma becanda, aku tuh nyium k
Baca selengkapnya
Part 15
Setelah kepergian Elgan dari ambang pintu, Cia dan Lira kembali melanjutkan acara masak-masak mereka. Diam-diam Cia tersenyum melihat sisi lain dari Elgan selain tampang datarnya. Ternyata di balik wajah angkuhnya, Elgan merupakan seorang anak yang perajuk dan manis. Lira dan Cia sudah selesai memasak dan menghidangkan makan malam di meja makan saat Elgan tiba di ruangan itu. Disana Elgan bisa melihat Cia dan mamanya sudah duduk menunggu dirinya di kursi makan yang hanya terdapat empat kursi.Elgan menatap Cia yang kini juga menatapnya membuat pria itu lekas-lekas mengalihkan tatapannya ke arah lain."Sini, Nak, duduk di samping Cia." Suruh Lira mengintruksi Elgan yang sempat terdiam.Melihat tatapan Lira yang penuh harap, membuat Elgan tidak dapat menolak perintah mamanya itu. Akhirnya dengan berat hati, Elgan pun duduk di samping kursi Cia yang berhadapan dengan mamanya. Penurut juga lo, Cia membatin ketika melihat Elgan duduk di sampingny
Baca selengkapnya
Part 16
Sudah sekitar enam hari Lira tinggal di apartemen Elgan dan Cia. Hari ini, ia akan pulang ke rumahnya dijemput oleh suami tercinta, Bima. Saat ini mereka semua, yakni Elgan, Cia, Lira dan Bima sudah berkumpul di lobby apartemen. Bima kembali dari luar kota beberapa jam yang lalu dan langsung menjemput istrinya untuk pulang. "Kapan-kapan kesini lagi ya, Ma, Pa." Cia mencium punggung tangan Lira dan Bima bergantian.Bima mengangguk mengiyakan."Iya sayang, kamu juga datang dong ke rumah mama, ajakin nih suami kamu." Ujar Lira sambil melirik Elgan yang berdiri di samping Cia."Susah dia nya, Ma." Timpal Cia pelan."Gue denger." Elgan menatap kesal dua wanita di dekatnya yang selalu saja menyudutkan dirinya. "Sengaja." Tekan Cia dengan sedikit melirik Elgan. "Udah-udah, kalian ini dimana-mana taunya berdebat aja. Baru juga papa beberapa jam ketemu kalian, tapi udah mau meledak liat kalian kayak gini, selalu aja ada
Baca selengkapnya
Part 17
"Nanti kalo Nadin curiga gimana?" Cia bertanya pada Elgan yang terlihat sedang menikmati sarapannya. Semenjak peristiwa beberapa hari yang lalu, pria itu sudah mulai mau memakan masakan Cia walaupun terkadang ogah-ogahan.Elgan mendongak"Gak akan." Jawabnya singkat."Terus kalo Nadin nanya, aku kenapa bisa disini, gimana?" Tanya Cia lagi. Elgan mendengus."Ya lo tinggal bilang aja kalo tadi kita ketemu di jalan terus gue ngajak lo kemari." Jelas Elgan. Cia mengangguk mengerti. Sepertinya kali ini ia harus ekstra hati-hati agar tidak ada tambahan orang lagi yang mengetahui perihal pernikahannya dengan Elgan.  Kemarin malam Elgan memberi tahu Cia kalau Niko memang mengetahui status mereka yang sebenarnya sehingga Cia berharap Niko tidak memberi tahu Nadin perihal pernikahan tersebut.Ting!Suara lift berbunyi, Elgan dan Cia langsung bergegas melangkah ke arah lobby. Cia melihat
Baca selengkapnya
Part 18
"Aakkhh... Sakit bego!" Bentaknya pada Niko yang tidak sengaja memukul jemarinya dengan batu yang lumayan besar. Niko meringis melihat Elgan. "Hehe... gak sengaja, Bro." "Gampang banget lo ngomongnya!" Sarkas Elgan sambil meniup-niup jemarinya."Buang." Suruh Elgan.Niko tampak bingung."Apanya?" Tanya Niko polos."Batu." Ujar Elgan pelan. Ia menghembuskan nafas lelah melihat tampang Niko yang sangat menyebalkan.Buk.Suara batu tersebut terdengar jelas saat bertubrukan dengan tanah. "Udah." Ucap Niko sambil membersihkan telapak tangannya.Elgan diam. Ia terus sibuk dengan ponsel di tangannya. Usaha mereka untuk menghidupkan mesin mobil tersebut hancur sia-sia saat tiba-tiba mesin itu meledak dan mengeluarkan asap. Niko bersenandung kecil sambil sesekali meliukkan tubuhnya mengikuti irama musik dari ponselnya. Ia tengah mendengarkan lagu India. Benar-be
Baca selengkapnya
Part 19
Setelah beberapa menit terdiam dengan pemikiran masing-masing, Alden berpamitan ingin pergi. "Kalo gak ada yang mau dibicarain lagi, gue pergi duluan ya." Ujarnya lalu berdiri.Cia tampak bingung.Nadin? Gadis itu mengangguk sambil tersenyum ramah. Tatapan memuja ia tunjukkan kearah Alden. Untuk sesaat ia lupa dengan Niko."Eem... itu... lo mau gak bantuin, gue?" Tanya Cia.Alden diam menatap Cia. Cia meneruskan perkataannya. "Maksud gue, lo mau gak nganterin gue sama temen-temen gue ke tempat yang kita tuju?" Pinta Cia sambil memelas lalu berdiri di hadapan Elgan. "Mau, ya?" Pinta Cia sedikit memohon dengan penuh harap. Ia mewanti-wanti jawaban Alden. Dalam hati, Alden tertawa senang. Namun, hanya tampang datar yang ia perlihatkan pada Cia, seolah-olah permintaan gadis itu sangat sulit untuk disetujui."Please...." Lirih Cia dengan sedikit menunduk. Alden mendesah bingung lalu meng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status