All Chapters of Another Choice Mr. Wijaya: Chapter 21 - Chapter 30
125 Chapters
Janji yang Ditepati
Menjelajahi leher jenjang Helena dengan menghisapnya perlahan membuat sang pemilik bergerak dan secara otomatis bagian bawah mereka juga ikut bergerak, rangsangan yang Wijaya berikan membuat Helena mengeluarkan erangan. Wijaya tidak hanya menghisap lidahnya pada leher jenjang Helena tapi juga memainkan bukit kembar serta jarinya yang memberikan rangsangan pada bibir bagian bawah milik Helena, suara erangan yang keluar dari bibir Helena membuat Wijaya semakin mabuk atas apa yang terjadi. Helena yang tidak tahan mulai menggerakkan bagian bawahnya sehingga beberapa kali bagian dalam mereka menyentuh satu sama lain di dalam, Wijaya tidak akan memberikan tanda pada leher Helena karena tidak ingin Austin tahu apa yang terjadi pada istrinya.“Wijaya aku mau keluar.”Wijaya mengangkat tubuh Helena hingga penyatuan mereka terlepas dan membuat Helena menatap tajam kearah Wijaya, tapi tidak berlangsung lama karena Wijaya meminta Helena membungkuk sehingga dirinya memasukkan dari ar
Read more
Kejutan
Menatap wajah Austin yang tampak biasa saja setelah tuntutan cerai yang diberikan Helena, Wijaya sangat yakin jika perasaan sahabatnya ini sedang sangat kacau. Wijaya sendiri tidak tahu jika akan berakhir seperti ini karena di pertemuan terakhir tidak ada pembicaraan mengenai ini, menghembuskan nafas panjang menghilangkan pikiran mengenai Helena karena memang bukan bagian penting dari dirinya. “Aku gak nyangka kalau Helena akan seperti ini” Wijaya menatap Vita yang bersama Mira “padahal dia sangat menyenangkan dan karena ini kita kehilangan teman cewek lagi, kamu jangan ninggalin aku.”Mira tersenyum “apaan sih ngomongnya, tapi apa tidak ada petunjuk sama sekali ya?.”Tidak mempedulikan pembicaraan kedua wanita itu, Wijaya memutuskan bermain dengan Devan agar tidak memikirkan Helena. Membawa Devan ke taman belakang meninggalkan kedua wanita tersebut berbicara mengenai Helena, jika Wijaya masih mendengarkan nama Helena ak
Read more
Penjelasan Regan
Wijaya menatap tidak percaya atas apa yang dikatakan Regan karena selama ini sahabatnya yang satu ini selalu sehat dan juga menetapkan hidup sehat tidak seperti yang lain, bagaimana bisa terkena kanker otak. Menarik nafas dengan bersikap tenang agar tidak membuat Regan stres dengan sikapnya nanti, tapi ketika memandang wajah Regan di mana tidak ada kebohongan sama sekali.“Kamu sudah cek dengan benar?” Regan mengangguk “aku tidak akan menikahi Mira karena bagiku Vita seorang satu – satunya istriku.”“Aku sudah menebak semua ini” menatap Wijaya sedih “aku pun tidak menyangka bahwa akan divonis penyakit ini dan tidak tahu harus bagaimana.”Wijaya menghembuskan nafas panjang “jalani hidup dengan kegembiraan dan jangan memikirkan penyakit itu, penyakit itu datangnya dari pikiran jadi buatlah pikiran positif dengan tetap melakukan pengobatan dan pasrahkan pada Tuhan.”Regan tersenyum menatap Wijaya “memang aku gak salah cerita ke kamu karena tahu bagaimana menenan
Read more
Kepergian Helena
1 Tahun KemudianRegan menjalani berbagai macam pengobatan dan mengenai niatnya yang menginginkan Mira menikah dengan Wijaya tidak akan terjadi karena Wijaya menolaknya, tapi untuk menjaga Mira akan dilakukan dengan senang hati. Mira sudah melahirkan putri cantik bernama Tina yang langsung membuat Vita bahagia karena keinginannya terwujud yaitu menjodohkan Devan dengan Tina, yang membuat lain menggelengkan kepala mendengar keinginan Vita tersebut.Perusahaan yang Wijaya pegang berkembang pesat begitu juga dengan ketiga sahabatnya, proyek yang Wijaya jalani bersama Regan di bidang properti juga berjalan lancar tidak ada kendala. Saat ini kantor mereka di Bandung berjalan lancar dan beberapa rumah yang ditawarkan mendapatkan respon bagus dari masyarakat sekitar. Ketukan pintu membuat Wijaya mengalihkan perhatian dari berkas yang ada dihadapannya dan ternyata Muklis masuk seakan memberikan kabar yang sangat penting.“Pak Bobby menghubungi anda dan meminta untuk bersia
Read more
Surat Terakhir
Membawa bayi mungil yang baru lahir menuju rumah yang membuat Vita terkejut saat menggendong Devan, tapi tetap menerima sang bayi dengan langsung menggendongnya. Wijaya menjelaskan sesuai dengan apa yang Bobby katakan tanpa ditambah atau dikurangi, Helena benar-benar menyiapkan semuanya termasuk Surat untuk menjaga bayi mungil yang diberi nama Sovia. Melihat reaksi Vita membuat Wijaya sedikit merasa bersalah tapi segera dihilangkan karena semua hanya masa lalu dan Helena sendiri sudah pergi selama-lamanya, Wijaya tidak langsung meninggalkan rumah sakit karena ingin melihat bagaimana proses pemakaman Helena.“Sovia namanya yang cocok untuk putri kecil ini” Wijaya menatap Vita yang setia menggendong Sovia “panggil Via aja ya biar enak” Wijaya mengangguk “dia sepertinya butuh susu coba aku kasih air susu milikku dulu.”Wijaya menatap Vita yang membawa Sovia atau Via ke dalam, setidaknya bernafas lega karena menerima bayi mungil yang juga merupakan darah dagingnya. Berharap
Read more
Nasehat Felix
Pandangan Wijaya mengarah pada bagaimana Vita memperlakukan bayi mungil itu bahkan membuat Devan serta Tina ikut serta dengan mengajarkan bahwa mereka adalah saudara dan saling menyayangi, perasaan bersalah menghampiri Wijaya saat melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Melihat keberadaan Mira yang  tidak ada sama sekali membuat Wijaya mengerutkan keningnya, tapi tidak membuat langkah Wijaya terhenti untuk mendatangi Vita yang sibuk dengan ketiga malaikat kecil ini.“Di mana yang lain?.”“Mira belanja sama Regan meninggalkan Tina di sini” Vita menjawab tanpa menatap Wijaya “apa anak ini benar akan menjadi anak kita?” Wijaya hanya mengangguk “kalau begitu harus segera untuk mematenkan anak ini sebagai anak kita karena aku tidak ingin menjadi masalah di kehidupan depan.”“Baiklah besok akan aku urus semuanya” Vita menatap Wijaya dengan tatapan bersinar “terima kasih banyak” Vita tersenyum lalu mengangguk.Wijaya menatap Vita dengan berbagai macam perasa
Read more
Vita Time
Fokus dengan pekerjaan itu yang Wijaya lakukan meski saat ini ketiga sahabatnya sudah mulai sibuk dengan kegiatannya masing – masing, urusan mengenai adopsi dari Via berjalan lancar dengan bantuan Bobby. Tanpa sepengetahuan banyak orang dimana Bobby dan Wijaya selalu berhubungan mengenai pekerjaan, Yuta yang sering datang ke tempatnya juga tidak tahu banyak mengenai hal itu. Wijaya mengakui Yuta sangat pas dalam memberikan masukkan dan mulai belajar secara tidak langsung dari Yuta setiap kali mereka bertemu klien, Yuta mengajarkan banyak hal dalam bisnis terutama dalam mengambil keputusan.Setiap pulang disambut Vita dengan menggendong Via yang memang masih kecil sedangkan Devan sendiri sudah mulai banyak tingkah, Wijaya sudah meminta Vita untuk mengambil jasa orang lain membantu dirinya tapi selalu ditolak dengan alasan bahwa masih mampu. Wijaya tidak bisa berkata apa pun ketika melihat Vita sangat menyayangi Via, tidak akan melakukan tindakan bodoh dengan mengatakan sebenarn
Read more
Pengasuh Baru
Menatap wanita yang Vita katakan semalam disaat Wijaya baru saja pulang bekerja, penampilan sederhana dari sang wanita membuat Wijaya paham mengapa Vita menerima wanita ini. Satu hal yang menarik perhatian Wijaya adalah bentuk tubuhnya yang sangat pas ditempatnya, pandangan Wijaya beralih pada Vita dengan tidak sengaja membandingkan mereka berdua, hal lain dari pandangan Wijaya adalah tatapan Nina yang terkesan malu – malu tapi dirinya sangat yakin jika wanita ini sudah cukup pengalaman.“Bagaimana pendapatmu?” Vita mengikuti Wijaya sampai ke kamar “pengasuh anak – anak itu.”“Usia berapa dia?” menatap Vita yang sibuk menyusui Via.“Sekitar dua puluhan tapi masih dibawah kita lah, kenapa?” Wijaya menggelengkan kepala “Devan dibawa sama mama papa tadi maunya Via juga tapi aku ada janji sama Nina jadinya gak ikut.”“Mau nyusul kesana?” Vita menatap Wijaya ragu lalu menganggu
Read more
Jebakan Pengasuh
Menunggu kedatangan Nina dengan membiarkan pintu ruang kerjanya terbuka agar memudahkan Nina masuk ke dalam, Wijaya sangat tahu jika perbuatannya ini sangat tidak baik bahkan bisa dikatakan dirinya menusuk Vita dari belakang tapi ketidak puasan membuat Wijaya melakukan hal ini. Pintu terbuka membuat Wijaya membelalakkan matanya karena Nina masuk tanpa menggunakan pakaian sama sekali, tubuhnya tanpa busana terlihat jelas membuat milik Wijaya ingin segera dikeluarkan dari sangkarnya.“Buka saja kasihan adik kecilmu meronta didalam” Nina meletakkan cangkir depan Wijaya membuat bukit kembarnya turun “apa mau aku yang buka?.”Mencoba bersikap tenang melalui kode matanya meminta Nina duduk tapi sayangnya Nina memilih untuk membuka resleting celana Wijaya dan menurunkannya membuat adik kecilnya keluar dengan sendirinya. Nina menatap tidak percaya atas milik Wijaya yang besar dengan sedikit melengkung dipegangnya pelan, seketika Wijaya memejamkan mata saat tangan Nina menyentuh
Read more
Rapat
Menatap tajam pada Nina saat mengatakan hal itu, Wijaya bukan orang yang akan meninggalkan tanggung jawab. Wijaya sangat tahu jika Felix atau Jonathan yang turun tangan pastinya ada hal yang tidak beres, tidak peduli dengan perkataan Nina dimana Wijaya berangkat meninggalkan Nina yang menatapnya bingung.“Kamu akan tetap berangkat?” kata – kata Nina menghentikan langkah Wijaya “padahal istrimu mengatakan jika rapat diwakilkan oleh ayahmu.”Wijaya menatap Nina tajam “kamu tidak tahu seperti apa mereka jadi lebih baik diam, apa yang kita lakukan semalam bukan hal yang harus kita lakukan secara terus menerus karena aku memiliki kehidupan pribadi” Wijaya melangkah ke dalam mobil “bersiaplah aku akan memesankan taxi untukmu menemani Vita dirumah orang tuanya.”Wijaya dapat melihat wajah terkejut Nina tapi tidak dipedulikan sama sekali, menempuh perjalanan dari rumah ke kantor di saat jam yang mendekati masuk membuat Wijaya cemas dan untungnya tidak terlalu terlambat seh
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status