All Chapters of Zee 'n Zeino: Chapter 31 - Chapter 40
101 Chapters
31. Senja di Rumahnya
Setelah kepergian Utari dan Talita, Zeino menekan kendali jarak jauh di kunci mobil yang berada di tangannya. Zee bersiap untuk menaiki kendaraan itu. Tapi ketika melihat Zeino membuka bagasi lalu mengeluarkan tas olahraganya, gadis itu menahan langkah. Ia mengeryit, tak menangkap arti tindakan Zeino.“Pulangnya nanti aja, ya.” Kalimat yang meluncur dari bibir Zeino makin menambah lipatan garis halus di kening Zee.“Zee!” Zeino menghentikan langkahnya ketika menyadari gadis yang datang bersamanya masih diam di tempat.“Ayo!” ajak Zeino sambil memberi isyarat agar Zee mengikutinya kembali masuk ke rumah.Gadis, yang sekarang tertular loading lamanya Lampita itu, menyeret langkah mengikuti pemuda yang menyandang tas olahraga. Setelah dekat, keduanya beriringan memasuki bangunan yang baru saja mereka tinggalkan.Sesampainya di ruang tamu, Zeino tetap mengayunkan langkah. Ia tak berhenti. Hal i
Read more
32. Cut!!
Gadis dengan rasa ingin tahu itu gugup. Jantungnya bergedup kencang. Seiring adrenalin memacu aliran darah dari perut ke kakinya, ia merasakan kupu-kupu beterbangan di sana. Bertambah tercegat liur di tenggorokannya ketika telapak tangan kanan Zeino meraup pipinya tanpa melepaskan pandangan mata. Waktu seakan berhenti berputar. Sejenak jaringan saraf di otak Zee juga berhenti memberi perintah pada sensor geraknya. Bahkan saat perlahan wajah Zeino makin mengurangi jarak. Ia masih terpaku. Kedua matanya bisa melihat sepasang bibir penuh Zeino yang khas hanya berjarak sebatas angin dengan bibirnya. Gadis itu tahu apa yang akan terjadi setelah ini, tapi ia seperti patung. Keduanya saat ini layaknya aktor dan aktris di dalam drama korea atau film romansa di mana adengan romantis setelah mengungkapkan kata suka itu akan diselingi oleh suara musik mendayu. Pose keduanya akan seperti slow motion atau diambil dari segala penjuru sebelum kedua bintang
Read more
33. Digoda
Setelah menghabiskan dua hari libur mingguannya, Zee mendapat jadwal di shift pertama. Zeino yang mulai diminta mengisi waktu luangnya sebelum sidang skripsi untuk terlibat di showroom, masih menyempatkan diri untuk mengantar Zee bekerja. Pukul enam pagi pemuda itu sudah menepikan mobilnya di depan rumah pacarnya itu.   Mengingat akan memerlukan waktu lebih lama jika menggunakan kendaraan roda empat, Zee telah berdandan lengkap dari rumah. Mulai dari riasan wajah dan cepolan rambut ala french twist telah menghias wajah dan kepalanya. Dengan begitu nanti ketika di hotel dia tinggal mengganti bajunya dengan seragam kerja.   Tentunya Zeino tak singgah, karena harus memburu waktu yang tersisa 30 menit saja agar Zee tak terlambat. Pemuda itupun telah terlihat rapi dalam balutan seragam showroom yang berlengan pendek dan mencantumkan merek kendaraan yang mereka jual. Dengan paduan celana jeans berwarna krem membuatnya terlihat lebih casual untuk u
Read more
34. Tiga Kejutan
Tak terasa hampir delapan jam Zefanya menunaikan kewajibannya sebagai seorang Guest Relation Officer. Hingga tibalah waktu tiga puluh menit sebelum pergantian shift. Saat di mana tim Front Office melakukan briefing sekaligus handover pekerjaan pada shift selanjutnya. Sementara serah terima pekerjaan secara tertulis telah diselesaikan terlebih dahulu. “Baik, jika tidak ada pertanyaan lagi. Terima kasih untuk hari ini. Dan selamat bertugas untuk shift kedua. Jangan lupa, Smile and the world will smile back to you!” Kalimat ucapan terima kasih dan motivasi yang diucapkan Pak Rendy menjadi penutup sesi briefing sore. “Coz the world will be better when everybody smile!” balas tim Front Office serempak sambil melempar senyum satu sama lain. “Ok, yang lain boleh melanjutkan pekerjaan. Yang mau pulang hati-hati di jalan. Dan kamu Zee, stay dulu, ya,” perintah Front Office
Read more
35. Harapan Yang Patah
Di sebuah bangku taman kota yang terletak di seberang jalan bangunan hotel megah, terlihat seorang gadis sedang duduk sambil bercengkrama dengan telepon genggamnya. Zee, gadis yang beberapa saat yang lalu mendapatkan kejutan beruntun dari atasannya itu, sengaja memilih menunggu di sana agar Zeino tak perlu memutar jauh untuk menghampiri. Selain itu pilihan menunggu di taman kota, bukan di area masuk karyawan, agar ia bisa menghindari ajakan rekan kerjanya yang masih berkumpul di sana. Biasanya setelah nongkrong mereka akan melanjutkan acara kumpul-kumpul lintas departemen itu ke tempat lain sebelum pulang. Dan tentu saja Zee tidak bisa, karena belakangan Zeino selalu menjemput. Sembari menunggu kedatangan Zeino, Zee berbagi kabar bahagia dengan ibu dan kakaknya. Semua kejutan yang diterimanya hari ini ia ceritakan. Mulai dari berhasilnya dia menjalani masa percobaan tiga bulan yang berbuah pengukuhan jabatannya sebagai Guest Relation Supervisor, program peng
Read more
36. Rencana
Di sebuah kafe yang menjadi salah satu tempat nongkrong hits karena memiliki pemandangan lepas ke pantai, terlihat sekelompok muda-mudi yang sibuk bercengkrama. Terdengar percakapan sahut menyahut di antara mereka. Suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring makan ikut melatar belakangi. Terkadang disertai derai tawa bercampur aksi saling goda. Setelah saling bertukar cerita tentang pekerjaan di taman kota, Zee juga membagi berita bahagia pada teman-teman di gengnya melalui grup chat. Hal itu membuat semuanya sepakat untuk merayakan keberhasilan Zee segera. Sangat kebetulan semua bisa datang. Jeromy dan Shandy yang juga sudah selesai bekerja tidak ada jadwal lembur hari ini. Dito, Lulu, Rayesa dan Lampita yang sedang menunggu sidang skripsi tentunya punya waktu luang yang banyak. “Gaji pertama makan-makan. Lulus masa percobaan makan-makan. Berarti setahun lagi pas udah jadi asisten manajer, kita makan-makan lagi nih, Zee,” celetuk Rayesa yang memang tu
Read more
37. Ada Apa Dengan Nenek?
Di sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Zee benar-benar tak mau membahas lagi tentang tugas ke luar kotanya. Gadis itu memilih memainkan telepon genggam, sekedar memeriksa notifikasi pesan atau apa yang sedang happening di dunia maya. Sementara Zeino menyibukan diri dengan kemudi. Keduanya kembali dilanda sunyi jika saja tak ada suara musik yang mengalun dari radio yang diputar. Begitu mendekati rumah minimalis berlantai dua di ujung komplek perumahannya, tak sengaja Zee melihat sebuah mobil berhenti di depan pagar. Lampu penerangan yang perpasang di depan rumah itu membantu Zee untuk mengamati penumpang yang turun dari kendaraan yang terasa asing baginya. “Siapa yang datang?” tanya Zee dalam hati begitu tahu jika dua orang wanita yang baru saja turun dari mobil ternyata masuk ke pekarangan rumahnya. Zeino menepikan mobilnya tak lama kemudian. Zee yang sudah bisa melihat dengan jelas tamu yang datang, dengan terburu - buru turun. Begitu juga dengan Zeino. Se
Read more
38. Permintaan Nenek
Rembulan yang pucat pasi telah bertukar tugas dengan sang mentari ketika di rumah minimalis berlantai dua yang biasanya sunyi terdengar tanda-tanda kehidupan sejak pagi menyapa. Penambahan penghuni sejak semalam, memberi suasana yang berbeda. Nenek Ruwina, walaupun telah berusia lanjut, terlihat telah duduk manis di teras setelah bercengkrama dengan bunga dan tanaman di sudut perkarangan. Zee yang hari itu mendapat jadwal kerja shift ke 2, ikut menemani neneknya sambil berolahraga ringan. Sementara Kartika, yang memutuskan untuk mengambil libur hari itu, menyibukan diri di dapur untuk menyiapkan sarapan dibantu Bi Rahma. “Maaf, Bu. Bu Mauren, udah telepon belum, Bu?” tanya Bi Rahma disela-sela kesibukan menata meja. “Sudah, kemarin malam telepon Zee. Kenapa, Bi?” “Ga kenapa-napa, Bu. Em..itu…” Kalimat Bi Rahma tertahan. Ia sepertinya ragu untuk memulai cerita. “Ada apa di rumah besar, Bi? Pada baik-baik aja, kan?” selidik Kartika. Bi R
Read more
39. Mencari Alasan
Permintaan dan berita yang disampaikan oleh Nenek Ruwina tentu saja membuat Zee terkaget-kaget. Zee yang tak sepenuhnya mengerti akan apa yang sedang terjadi, akhirnya tak berusaha mencampuri urusan itu terlalu jauh. Yang dia tahu, Bunda Kartika sudah berjanji pada Nenek Ruwina untuk tidak menandatangani dokumen persetujuan atas penjualan harta yang termasuk warisan keluarga itu. Zee dan Amara juga diminta melakukan hal yang sama karena mereka juga otomatis tercantum sebagai ahli waris ayah mereka yang telah tiada.Sementara itu, penugasan Zee ke luar kota yang akan membuat Kartika sendiri di rumah, menyebabkan Zee meminta kesediaan Bibi Karlina untuk datang menemani. Kebetulan adik bungsu ibunya itu juga harus mengurus keperluan sekolah anak semata wayangnya yang akan pindah dalam waktu dekat. Karlina memang selama ini menetap di kota kecil, yang berjarak 3 jam perjalanan ke arah Timur dari tempat tinggal Zee, yang lebih dekat ke kampung halaman mereka.Adik ibundanya
Read more
40. Kosakata Ajaib
Menyelesaikan urusan belanja di supermarket, Zeino dan Zee bertolak ke rumah. Tak seperti biasa, kali ini di sepanjang perjalanan, pemuda yang disibukan dengan pedal dan kemudi itu lebih banyak bicara. Berkali ia mengingatkan Zee untuk benar-benar mempersiapkan segala keperluannya. “Di sana dingin, jangan lupa bawa baju hangat.” “Iya.” “Wajib minum vitamin, perubahan cuaca dari daerah panas ke daerah dingin. Tubuh kamu rentan, Zee.” “Hu um.” “Kalo kamu kecapean, bilang. Jangan ditahan. Istirahat, nanti tumbang lagi.” “Iya,” jawab Zee dengan cepat. Tapi itu hanya di bibir, dalam hati ia kembali berkata,” namanya juga orang kerja, pasti capek. Emang ada kerja yang ga capek.” “Makan yang banyak, jangan suka telat.” “Siap!” “Kalo sudah tahu Senin depan pulang jam berapa, langsung kasih kabar. Jadi aku bisa atur jadwal di showroom. Nanti dijemput.” “Hmm belum juga pergi, udah mau dijemput,” batin Zee.
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status