All Chapters of PARANORMAL CANTIK: Chapter 61 - Chapter 70
119 Chapters
Dendam yang bangkit
Baru saja Alena menyalurkan kekuatan untuk memasuki pikiran kedua orang itu tiba-tiba hawa panas menerpa bagian dadanya. Dengan cepat Alena menarik tangannya dari kepala kedua orang itu. Setelah sejenak menarik nafas, baru Alena kembali memegang kembali kepala kedua orang itu. Alena merasakan satu aura yang sangat panas yang menerpa tubuhnya namun sedapat mungkin Alena bertahan menyusuri pikiran kedua orang itu. Perlahan-lahan Alena dapat melihat satu makhluk yang seluruh tubuhnya di lapisi oleh api yang berwarna biru panas. Lambat laun Alena yang berusaha bertahan dari hawa panas yang dia rasakan kemudian makin mendekati makhluk api di depannya. Makhluk itu perlahan berbalik menghadap Alena, sekarang Alena melihat muka makhluk itu yang membuat dia menjadi tersentak dan melepaskan pegangannya pada kepala kedua orang yang melihat kejadian ledakan. "Apa yang No
Read more
Salju Himalayah
Benturan kedua kekuatan itu menyebabkan suara ledakan yang sangat kencang, membuat penduduk yang ada di sekitar tempat itu segera mengunci pintu rumah masing-masing. Sandro dan Alena yang sama-sama terbanting langsung melompat berdiri mengirimkan serangan kembali. "Sebaiknya kamu hentikan semua ini Sandro!" bentak Alena. "Kau yang harusnya jangan mencampuri urusanku Anak Dewa Keabadian!" bentak Sandro tak kalah sengit. Kedua orang itu kemudian saling menyerang masing-masing, mereka sama sekali tidak mengendorkan serangan masing-masing. Dalam sekejap kedua tubuh itu hanya kelihatan bayangan berwarna biru dan bayangan berwarna merah. Di suatu kesempatan keduanya sama-sama mengepos tenaga masing-masing kemudian Alena melepas serangan cahaya merah yang besar, yang langsung di balas Sandro dengan serangan api biru yang besar. Blaaarrr!
Read more
Munculnya Dewa Muara
Suara bantingan pintu membuat Amor dan Alena tersentak kaget, Amor yang awalnya duduk dengan spontan meloncat berdiri. Dari pintu dia melihat sosok orang tua masuk dengan santai menuju ke tempat mereka berada. "Dewa Muara...." teriak Alena yang masih terbaring. "Hehehe..." Dewa Muara yang baru datang hanya terkekeh. Dia berjalan menuju tempat Alena berbaring, kemudian mengelilingi tubuh Alena berapa kali, sementara Amor yang sudah pernah bertemu dengan Dewa Muara hanya berdiri bengong melihat apa yang di lakukan orang tua itu. "Kau beruntung pukulan api ini tidak merenggut nyawa kamu, bersukurlah untuk itu kalau orang lain yang terkena pukulan ini aku tidak tahu mungkin akan langsung modar," Dewa Muara berkata setelah memandang tubuh Alena. "Iya kek," jawab Alena. "Kau sungguh gegabah melawan orang yang membawa api dendam ini tanpa memaka
Read more
Mutiara Ke tujuh
Malam yang menyelimuti Kota Palembang berlangsung dengan sunyi dan senyap semua orang nampaknya lebih suka berlindung di dalam rumah. Selain itu malam yang biasanya dingin sekarang berganti dengan cuaca yang panas membuat penduduk yang mendekam di dalam rumah menyalakan kipas angin atau AC yang mereka punya. Walaupun suasana keseluruhan Kota Palembang sangat sepi namun hal itu tidak berlaku rumah Herman Armanda. Dari sore terlihat kesibukan di rumah itu, setelah hari berjalan malam ternyata rumah orang yang cukup berpengaruh di Kota itu di jaga sangat banyak penjaga. Orang-orang yang berjaga begitu memasuki malam berubah menjadi tegang, walaupun suasana panas tak ayal pemandangan yang menegangkan tersaji dengan jelas di sana. Malam menunjukkan pukul sebelas malam namun semua penjaga masih bersiaga di tempatnya berjaga. Dalam keremangan malam di sebuah sudut g
Read more
Wabah Misterius
Semua orang yang ada di sana kaget mendengar ledakan yang terjadi di dalam ruangan itu. Dari ledakan yang terjadi keluar satu sosok tubuh tua yang duduk bersila sambil tersenyum-senyum melihat kekagetan orang yang ada di sana. "Kakek....." teriak Alena dengan mata melotot menahan rasa geram. "Hehehe... apakah kedatanganku mengagetkan kalian?" tanya Dewa Muara dengan santai. "Iya...." teriak Bagus sewot. "Hehehe...." Dewa Muara hanya tertawa terkekeh mendengar teriakan sewot dari Bagus. "Ada apa kek tiba-tiba muncul di sini?" tanya Alena dengan sopan. "Orang yang terbaring di sana kalau tidak segera di bawa ke suatu tempat akan mampu bangun lagi, salju yang mengelilingi tubuhnya hanya bisa membekukan dia secara sementara," jelas Dewa Muara. "Lantas sekarang harus bagaimana kek?" tanya Alena kepada Dewa Muara.&n
Read more
Penghuni Hutan Purwosari
"Suara apa itu?" Teriak Riki panik dia berusaha menstarter mobilnya berkali-kali namun tetap tak mau hidup. "Kalian tenang saja di mobil, ingat jangan ada yang keluar dari mobil apapun yang terjadi kalian harus tetap bertahan di mobil, Bagus bagaimanapun ke adaanmu aku minta kalau suasana sangat genting kamu lindungi Amor dan Riki," Alena menenangkan mereka semua sebelum dengan tegas dia berkata kepada Bagus. "Ba...ba...ik non," Bagus tak bisa menyembunyikan ketakutannya. Alena dengan santai keluar dari dalam mobil, dia dengan seksama memperhatika keadaan yang ada di dalam hutan tempat mereka berada. Alena melihat di belakang mobil ada dua sosok tinggi besar yang menahan mobil yang mereka kendarai sehingga mobil tidak mau menyala. Alena memperhatikan makhluk yang menahan belakang mobil itu, kemudian dia melangkah dengan santai menuju makhluk besar-besar yang menahan mobil mereka.
Read more
Rahasia Bagus
Mendengar suara dari belakang mereka dengan cepat Bagus meloncat ke arah sumber suara. Begitu kembali ke tempat Alena tangan Bagus sudah mencekal satu sosok tubh tua yang dia seret ketempat Alena. "Penasihat...." Teriak Bagus begitu mengenal sosok orang tua di hadapannya. "Raden Bagus, ternyata kamu yang kembali ke sini, ternyata keyakinan Raja tidak salah, dia selalu berkata kalau kamu akan pulang ke sini membantu kerajaan sembari menebus kesalahan," Jawab orang tua yang di panggil Bagus dengan Penasehat itu. "Dimana raja sekarang berada?" Tanya Bagus kepada sosok tua itu. "Kami bersembunyi di sebuah tempat rahasia, mari kita pergi dari sini sebab apa yang di lakukan oleh nona kawan kamu akan memancing pasukan raja sekarang ke sini, apa lagi kedua pasukan yang dia tahan sudah bisa kabur," Jelas penasihat itu lagi. Mendengar apa yang di katakan oleh penasihat
Read more
Kedatangan Bidadari Air
Ledakan keras terjadi bersama dengan leburnya tubuh Jin Purwo di makan pukulan Alena. Bersama dengan di kalahkannya Jin Purwo dari luar berdatangan pasukan Jin Abraha yang di pimpin Bagus, selain.itu di langit semburat mentari mulai menyinari. "Puan Bidadari, kami sangat berterima kasih atas bantuannya," Jin Abraha yang baru muncul langsung menundukkan badannya kepada Alena. "Sudahlah jangan terlalu di pikirkan, kalian harus menata tempat ini supaya lebih baik lagi, sementara aku akan menuju Desa Purwosari," Jqwab Alena. "Non Alena, aku minta izin untuk agak lama di sini, nanti aku akan menyusul non langsung ke Palembang," Bagus berkata kepada Alena. "Baiklah kamu bisa kembali kapan saja," Jawab Alena kepada Bagus. "Terima kasih non," Jawab Bagus sambil menunduk hormat. Setelah itu semua Alena dengan kecepatan Bidadari langsung menuju ger
Read more
Pembunuhan Hexagram
"Maksud bibi karena ibu apaan?" tanya Alena bingung. "Beberapa waktu lalu ibumu pernah menemuiku menjelaskan tentang dirimu, ketika aku bertanya di mana posisi kamu dia hanya mengatakan kalau suatu saat kita akan bertemu," jelas Bidadari Air kepada Alena. "Ternyata ibu sudah menghubungi semua kerabatnya yang ada di bumi," Gumam Alena mendengar penjelasan bibinya. "Benar, ketika kamu di hukum ke bumi Ibu dan Ayahmu menjadi gelisah, sehingga ayahmu menyuruh ibumu turun kebumi dan menghubungi sahabat lama yang menetap di bumi untuk mwmbantu kamu kalau mengalami kesulitan, bukan hanya itu paman kamu Dewa Pengembara juga sudah menghubungi semua sahabat dan kenalannya yang ada di bumi," Jelas Bidadari Air kepada Alena. "Ternyata begitu," Alena hanya berkata singkat mendengar penjelasan bibinya. "Sebagai orang tua wajar mereka mencemaskan dirimu, oh ya apa yang ada di tangan kamu?" Bida
Read more
Penampakan Sosok Misterius
Alena mengaduk-aduk minuman yang ada di gelasnya, sementara Bagus diam saja dan hanya memandang apa yang dilakukan Alena. Pikiran Alena melayang-layang pada perjalanan gaib yang barusan dia lakukan, warna gedung dan lambang dari gedung mengganggu perhatiannya, namun yang lebih menarik perhatiannya yakni patung yang ada di ruang terakhir dia masuki. Pikirannya berputar-putar sehingga makanan yang terhidang di depannya tidak ada satupun yang dia makan. Mengingat semua kejadian dalam perjalanan gaib yang tak sengaja dia lakukan selera makannya menjadi hilang. Hanya kopi di meja yang sudah dua kali di tambahkan kedalam gelas Alena, Baguspun sepertinya tidak mau mengganggu bidadari yang menjadi majikannya itu. "Makan dulu non, nanti baru dipikirin kasusnya, kalau tidak makan nanti bisa sakit," seru Bagus yang mengagetkan Alena. "Heeh..." Alena menjawab singkat sam
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status