All Chapters of DALAM DEKAPAN WANITA MALAM: Chapter 31 - Chapter 40
53 Chapters
Luka Joya
31Damar tak langsung mengajak Keyra ke rumah Yusuf. Pria itu membawa kekasih hatinya ke sebuah kafe di daerah itu. Lereng merapi yang teramat syahdu, menawarkan pemandangan yang masih asri, juga aroma rerumputan liar di sekitarnya membuat kisah pagi menjelang siang itu kian sempurna.Keyra duduk di kursi yang terbuat dari kayu besar, bentuknya hanya serupa onggokan kayu utuh. Damar duduk di sebelahnya, menatap keindahan di depan mata. Keyra.Mereka memesan kopi robusta dan camilan khas di kafe lereng merapi itu, pisang goreng dan roti bakar selai kacang. Karyawan kafe itu tampak ramah, sesekali mengajak Damar berbasa-basi ringan.“Pak Damar tumben ke sini padahal bukan awal bulan?” Karyawati cantik yang mengenakan hijab itu bertanya. Senyumnya dibuat semanis mungkin.Damar mengangguk, membantu karyawan perempuan tadi menurunkan kopi, meletakkannya di depan Keyra yang saat itu menatap cemburu.“Kok akrab banget?” keyr
Read more
Gadis dengan masa lalu
32.Malam yang sepi.Rumah besar itu kian sunyi. Sepasang suami-istri  duduk di ruang tamunya, menatap kosong gelas teh yang tak lagi hangat. Keduanya menghela napas, sama-sama merasakan lelah dan rasa bersalah. Sementara Joya di kamarnya masih bersedih. Meski tak ada lagi air mata yang tumpah.“Joya sudah mau makan, Yuk?” darmawan bertanya. Meski dia sudah tahu jawaban apa yang akan Rahayu berikan.Rahayu menggeleng. wajahnya tak lagi berseri, penuh dengan kesedihan. “Mas tahu sesuatu tentang mereka, Kan?”Darmawan mengangguk. “Kalau dipaksakan, Joya hanya akan menderita. Hidup dengan orang yang tidak mencintainya, sama saja menyuruhnya tersiksa di sisa hidupnya, Yuk. kamu sendiri tahu itu.”Rahayu mengangguk. “Iya, Mas, kau tahu. Tapi kita harus bagaimana? Aku takut, nanti Joya akan tambah bersedih begitu Wangsa ke sini.”Darmawan mengangguk, setuju dengan pendapat istrinya. &ldqu
Read more
Tentang Joya (1)
33. Malam tak dilalui Wangsa dengan tenang, meski berulang-kali pria tua itu berusaha memejamkan mata. Helaan napas lelah, penuh keputus-asaan dan rasa bersalah. Andai dulu dia tidak membawa Dara ke dalam rumahnya, mungkin Joya masih seutuhnya menjadi anak gadis penurut yang senantiasa manis bertingkah dan bertutur kata. Ingatan Wangsa terlempar, mengenang hari itu, saat prahara itu memulai episodnya. Senja yang tenang seharusnya, istri Wangsa terbaring lemas di atas ranjang, sementara Joya menungguinya dengan sabar. Gadis itu amat ceria, berceloteh riang tentang pertemuannya dengan Damar beberapa hari yang lalu. “Ma, Mas Damar anaknya Paklik Darmawan ternyata orangnya ganteng banget. Dia juga baik, nggak seperti saudaranya. Joy suka nginep di tempat Paklik Darmawan, kapan-kapan, kalau Papa ke Magelang lagi, Joya mau ikut, boleh, kan, Ma?” Joya menggoyang-goyangkan lengan ibunya dengan lembut.   Sementara wanita yang tengah berbar
Read more
Apa aku rela berbagi?
Damar menemui Darmawan dan Rahayu di lobi rumah sakit, sementara Wangsa menemui Joya di dalam ruangan.   "Damar, ibuk ndak memaksa kamu buat menikahi Joya, nak. Justru ibuk mau bertemu dengan perempuan pilihanmu." Rahayu bersedekap,menatap lurus ke depan.   Darmawan mendengarkan, sengaja tidak menginterupsi percakapan.   "Tapi, Buk. Sebelum bertemu, Damar mau bilang sesuatu tentang dia."   Rahayu menoleh ke arah Damar. Mengangguk.    "Namanya Keyra." Damar memulai.   Rahayu mengernyitkan dahi, menggali ingatan tentang nama yang baru saja Damar sebutkan. Kemudian menoleh ke arah suaminya.
Read more
Terpaksa Mendua
Mendua? Siapa yang sanggup?   Namuh Keyra juga tak kuasa menahan sisi kemanusiaan di dalam dirinya menyubur saat melihat kondisi Joya. Rahayu mengajaknya mampir ke rumah sakit dalam perjalanan pulang. Tentu saja Keyra juga setuju.   Sungguh tersayat menyaksikan tubuh kurus kering Joya terbaring di ranjang rumah sakit. Sementara seorang lelaki tua dengan sabar menungguinya, menggenggam selalu jemari Joya.   Damar berdiri di depan pintu ruangan Joya. Memandang pemandangan yang sama. "Kita nggak harus menggunakan cara ini untuk menyembuhkan Joya, Buk. Pikirkan perasaan Joya, pikirkan perasaan Damar juga."   "Ibuk tahu, Le. Ibuk sadar sekali jika permintaan ibuk pasti akan menyakiti kalian berdua. Tapi lihat, Nak. Lihat perempuan di dalam sana yang seperti raga tanpa nyawa. Dia terluka. Remuk seluruh kehidupannya." Rahayu terguncang. Sesak menumpahkan tangisan.   Keyra sekuat tenaga
Read more
Salah Paham
Kenapa minta maaf? Mas salah apa?" Keyra bertanya. Mengulang entah yang ke berapa. Damar masih enggan melepas pelukan. Pria itu merasa butuh banyak kekuatan dari pelukan. "Mas jangan seperti ini. Mas kenapa? Bilang, Mas, aku nggak ngerti." Keyra memaksa.Mengejar penuh rasa penasaran. Damar melepaskan pelukan perlahan. Menatap mata Keyra yang semakin padam sinarnya."Key, maafkan aku." Damar berujar lirih. "Untuk apa?" tanya Keyra lagi. "Key … aku sayang sama kamu. Aku mencintaimu lebih dari apapun di dunia ini." Damar meraih jemari Keyra, meremasnya perlahan. "Tentang Mbak Joya? Ini tentang permintaan mereka, kan?" Keyra menebak. Dan sayangnya tebakan gadis itu tepat. Damar tak lekas menjawab. Dia menunduk dalam, amat dalam seolah ingin menyembunyikan wajahnya yang penuh oleh kesedihan. Keyra tak
Read more
Kenapa Bukan Aku?
Ada yang terpancar jelas di wajah ayu Joya. Sebuah luka dan kecemasan yang tak memudar meski lagu favoritnya disetel berurutan. Dia akhirnya berhasil membujuk Bimo untuk mengantarnya pergi menemui Keyra.Bimo yang awalnya hendak menolak pun berakhir mengiakan permintaan Joya.Bimo mengendarai mobilnya dengan santai. Sengaja memutar lagu lama milik boyband  terkenal pada masanya, Westlife."Bim, Kita cari di sekitar perumahan dulu. Jangan langsung masuk. Takutnya nanti Keyra tinggal di pinggir jalan." Joya memberi usulan.Bimo mengangguk. Berdebar hatinya menanti detik demi detik pertemuan dengan Keyra. Dirinya teramat yakin hari ini pasti akan berjumpa dengannya.Pada akhirnya Bimo juga menuruti Joya. Begitu tiba di daerah perumahan yang dimaksudkan, Bimo mengurangi kecepatan. Matanya awas memindai sekitaran. Berharap menemukan Keyra di tepi jalan, di pertokoan, atau dimana pun asalkan Keyra ada di sana.Dua jam lebih Bimo mengendarai m
Read more
Benci
Joya dan Bimo tiba di Kafe sebelum jam istirahat para Karyawan, dengan percaya diri Joya bertingkah layaknnya pemilik Kafe tersebut, membuat beberapa Karawan canggung. Bahkan, gadis itu sempat meremehkan karyawan wanita yang berpapasan dengannya.“Hey, kamu, ikut aku!” perintah Joya dengan ketus.Karyawan perempuan itu pun menurut, membawa firasat buruk. Patuh mengikuti langkah Joya menuju ruang kerja Damar. Di sana, karyawan bernama Ana itu berdiri dan menunduk. Sementara Joya duduk di kursi Damar.“Kamu tahu, kan, kamu Cuma karyawan kafe, tugas kamu nganter makanan, nggak perlu dandan semenor itu!” Joya berapi-api. Tegas berucap layaknya bos besar pemilik kafe.Ana menunduk, mengangguk-angguk. “Iya, Bu. Maaf, ke depannya tidak akan saya ulangi.”Joya menatap sinis. “Aku akan terus ngawasin pegawai centil kaya kamu. Apalagi di depan Mas Damar kalian pasti sering caper, kan? Kelihatan banget. Tipe-tipe cewe
Read more
Luka Masa Lalu
Bimo mengendarai mobilnya dengan perlahan. Bukan kecepatan biasanya. Entah karena suasana yang mendadak canggung itu, atau sebab dia ingin berlama-lama dengan Keyra. Sesekali matanya mencuri pandang, mengagumi sosok Keyra dalam keheningan.“Mas …”“Key …”Terhenti. Bersamaan keduanya bersuara, bersamaan pula keduanya mengikat diam.“Kamu dulu aja, Key.” Bimo gagap.“Mas Bimo dulu nggak apa-apa.” Keyra menoleh, menatap canggung Bimo yang dulunya adalah penikmat raga yang dia punya.“Kamu … apa kabar, Key?” Bimo merasa bersalah karena pertemuan terakhirnya dengan Keyra tak berjalan lancar.“Baik, Mas.” keyra menunduk. Belum berani berlama-lama melakukan kontak mata dengan mantan pelanggannya itu.Bimo menghembuskan napas. Menatap Keyra yang menunduk, hati kecilnya berteriak, ‘Setakut itukah menatapku, Key?’“Mas B
Read more
Sayang
Bimo memegangi rahangnya yang masih terasa nyeri. Duduk sendirian di tepi ranjang sembari mengutuk diri sendiri. Penyesalan itu kian terasa kini, harusnya Keyra tak menerima benda yang akan membuka kembali kenangan buruknya itu.Sementara Damar yang sudah agak tenang memilih untuk setia pada keheningan. Ruangan kamar Bimo cukup besar, cukup luas untuk sekadar membuang asap rokok yang sejak tadi dia hembuskan. Seusai memukuli Bimo tadi Damar memuuskan untuk meraih sebungkus rokok mentol dari nakas Bimo. Menyulutnya tanpa meminta izin lebih dulu.“Maaf, Mas. aku nggak kepikiran sampai situ. Aku nggak mikir tentang perasaan Keyra kalau nerima hapenya.” Bimo menunduk. Mencuri tatap Damar yang duduk  bersandar dinding kamarnya sembari menyesap sebatang rokok dengan wajah putus asa.“Sudah terjadi. Keyra pasti sedang berusaha keras berdamai dengan dirinya sendiri.” Damar menatap lantai ruangan.Bimo menghembuskan napas lelah. &ldquo
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status