All Chapters of DALAM DEKAPAN WANITA MALAM: Chapter 41 - Chapter 50
53 Chapters
Kehidupan Baru
Semua berjalan normal selama hari-hari yang panjang itu, merangkak perlahan  mengantarkan pada waktu yang selalu ditunggu. Hari pernikahan.Sederhana sekali. Karena hanya akan berlangsung akad. Damar dan Keyra tersenyum bahagia dengan busana sederhana, sesuai permintaan Keyra. Perempuan itu hanya ingin hari bersejarahnya berjalan lancar meski jauh dari kesan kemewahan.Rahayu menangis haru selama proses pelafalan ijab qobul oleh Damar. Tak kuasa wanita itu membendung bahagia melihat sinar ceria di wajah anak lelakinya.  Sedangkan Darmawan memilih menutupi seluruh buncah di dalam diri dengan ekspresi dingin seperti biasa.  seolah tak merasakan bahagia padahal benar di seluruh ruang hatinya sedang berpesta pora merayakan pernikahan anak kesayangannya.Setelah akad nikah yang dilaksanakan di masjid perumahan, Damar membawa Keyra dan Naina ke rumah baru. Sebuah rumah joglo besar yang dikelilingi kolam dan taman, asri, indah dan menenangkan, yang terle
Read more
Wanita yang memeluk luka
  Pergulatan entah yang ke berapa itu selesai sudah. Dengan Keyra yang terbaring pasrah di atas ranjang mewah, dengan sekujur tubuhnya yang penuh dengan tanda merah. Sementara bai kecil di dalam box itu masih tertidur, seolah mengerti kebutuhan orang dewasa di sekitarnya.“Capek, Key.” Damar menatap langit-langit kamar dengan sorot penuh kebahagiaan.Keyra menggeser tubuhnya, meletakkan kepala di lengan sang suami. Nyaman. “Iya capek.”Damar mengusap kepala Keyra dengan lembut, menciuminya dengan penuh sayang, menghirup dalam-dalam aroma yang akan selalu dia rindukan. “Maaf, ya. Aku habis ini harus pergi. Kamu nggak apa-apa kan di rumah sendirian sama Naina?”Keyra mendongak, menatap wajah lelakinya. “Iya, nggak apa-apa. kan, Mas juga harus kerja.”“Kalau bosen kamu bisa ke Kafe, deket kok dari sini. Sengaja biar kamu bisa nyamperin aku kalau kangen.” Damar mengecup kening Keyra,
Read more
Tragedi
Damar memacu mobilnya lamban. Sengaja menikmati kesunyian yang tercipta demi meringkas beban. Bayangan sorot mata Keyra yang sendu saat membahas Joya, senyum pura-pura sang belahan jiwa, juga hari yang remuk redam terluka itu, selalu membayangi hati dan benaknya.   Pria itu masih sibuk bergelut dengan suara-suara di kepalanya saat tiba-tiba gawainya berdering nyaring. Langsung saja Damar menekan ikon hijau di layar.   "Iya, Joy, ada apa lagi? Aku belum lama, loh, perginya." Suara Damar kesal.   "Aku nyusul ke Kafe, ya, Mas?" bujuk Joya dengan suara Manja.   Damar melenguh kesal. Mencoba mengais sisa kesabaran. "Buat apa, Joy? Besok kan ketemu di rumah."   
Read more
Danar
Keyra selesai berpakaian. Sempurna menutup kembali seluruh badan. Sementara tangannya gemetaran meraih Naina di dalam kereta dorong, menimangnya dengan air mata berlinang.Lelaki asing itu menyadari suara bising memekakkan telinga, matanya yang sempat terpejam mengerjap. Lelaki itu berdiri, mengenakan celana dengan benar kemudian menghampiri asal suara. Tubuhnya bersandar pada tiang kayu besar peyangga bangunan pendopo, matanya menatap prihatin.“Is that your baby?” tanyanya senormal mungkin. seolah adegan rudupaksa yang barusan terjadi hanyalah mimpi. Tak pernah terjadi.“Hei, aku bicara sama kamu.”Keyra bergeming, masih sibuk menata jiwanya yang terguncang hebat. Terserang badai maha dahsyat yang mengamuk di dalam dirinya.“jadi lelaki tua itu mengizinkan ibu muda bekerja di sini nungguin villa berhantu ini?” lelaki itu mulai terima diacuhkan.“Atau dia juga menikmati kamu? Wait … atau jang
Read more
MAAF
Andai gelap bisa menyamarkan noda, andai pula pekat mampu mengurai hina, mungkin luka di dalam hati dan jiwa Keyra akan sirna seiring bertambahnya masa. Namun, bahkan setelah fakta baru bahwa Danar adalah saudara kandug Damar, luka dan trauma itu masih terasa nyata.“Kamu kemana saja, Dan? Kami kesulitan nyari kamu. Dan, ya, aku nikah tanpa kehadiran adik badungku ini.” damar mengacak-acak rambut gondrong adiknya.Danar yang biasanya banyak bicara hari itu terlihat sebaliknnya. Melirik Keyra beberapa kali dengan tatapan tak terjabarkan. Namun, sungguh sandiwara itu bahkan tak mampu menyembunyikan rasa bersalahnya.Danar tersenyum, setengah dipaksakan. “Iya, maaf, Mar. tahu sendirilah liarnya adikmu ini.”Damar menyerang kelapa adiknya dengan kepalan tangan, tak sampai memukul, hanya sekadar menyampaikan rasa sayang dengan gesekan tinju.“So, jadi dia istri kamu?” Danar menunjuk Keyra yang sudah tenggelam dalam ke
Read more
Luka
Dua malam tanpa Keyra di sisinya, Damar terpaksa menjalani detik menyiksa di sisi Joya. Bukan mendua. Bukan. Sama sekali bukan.  "Mas, besok kita mau nikah. Kenapa Mas nggak kelihatan bahagia?" Joya yang sedang duduk di sebelah lelaki tampan itu menarik tangan Damar, menggenggamnya erat. Damar berusaha tersenyum sebisanya. Setelah kemarin bersusah-payah meyakinkan Joya untuk melakukan pernikahan sederhana saja, setelah berkeras upaya membuat Joya menerima rencananya untuk menikah di masjid terdekat, tak mungkin merusak mood gadis itu dengan jawaban yang salah. "Nggak, kok, aku cuma gugup aja." Damar mengelus pundak Joya. Masih dengan senyuman terpaksa. Joya tersenyum bahagia. Sungguh teramat banyak bunga-bunga
Read more
Malam penuh luka
Malam menjelang bak untaian luka bagi dua insan di rumah itu. Damar hanya berani menatap istrinya yang masih menyibukkan diri dengan segala hal.  Keyra sendiri berusaha untuk tak berinteraksi dengan sang suami. Bukan marah, dia hanya belum siap menghadapi kesedihan dan luka yang sama. Membayangkan esok pagi suaminya akan mengucapkan janji suci dengan perempuan lain, tentu saja membuatnya begitu menderita. Sementara Danar yang tak tahu menahu duduk perkaranya hanya bisa terheran. Menatap dua polah suami istri yang biasanya mengumbar kemesraan mendadak seperti diselimuti jarak. "Oy, kenapa, Bro?" bisik Danar begitu tiba di kursi yang letaknya tepat di sisi kanan Damar. Damar menoleh sesaat, kemudian menatap kembali Keyra yang tengah menyiapkan makan malam. "Berantem?" tanya Danar lagi. Damar menggeleng. Masih menujukan pandangan ke tempat yang sama.
Read more
Malam Pertama
Pernikahan kedua itu akhirnya datang. Sepi saja karena memang demikian harusnya. Tak banyak tamu yang datang. Wangsa sendirian selaku wali dari Joya. Darmawan dan dan Rahayu hanya mengundang beberapa kerabat saja. Sungguh tak banyak. Damar duduk di sisi ranjang, menatap layar handphone yang sedari tadi diam. Jemarinya ragu mengetik Kalimat panjang kemudian mengahpusnya lagi. Hampir saja ponselnya terlempar andai saja Rahayu tak masuk ke dalam kamar. "Le, sudah siap. Ayo, semua sudah menunggu di mobil." Rahayu mengelus lembut kepala anaknya. Damar menatap sang ibu. Kemudian mengangguk setuju. Meski ragu akhirnya jalan itu pula yang Damar pijaki. Jalan menuju akad keduanya. 
Read more
Brother
Semua tak akan sama lagi bagi Keyra. Kini, saat lelakinya pulang dan berharap pelukan hangat, Keyra akan berpikir tentang banyak hal yang amat dia sesali. Bahwa tubuh itu semalam habis memeluk perempuan lain. Bahwa aroma tubuh itu telah dihidu oleh perempuan lain. Bahwa kehangatan itu tak lagi mutlak miliknya seorang.Keyra sadar dia telah berbagi. Sepenuh hati mengakui bawa dia turut andil dalam hal ini. Namun, terluka kini merupakan hal yang tak direncanakan olehnya. Dia berikir akan mampu mendamaikakn diri, akan mampu berbagi tanpa tersakiti. Nyatanya, Keyra hanya wanita biasa. Hatinya rapuh.Pagi itu, tepat setelah semalaman menahan kram tangan karena Joya hanya bisa tidur di atas lengannya, Damar pulang. Pulang pada Keyra, sang cinta sejatinya.“Key … Mas pulang, Loh. Kamu nggak mau meluk Masmu ini?” Damar merentangkan tangan. Menatap Keyra yang melamun sendirian di muka pintu. Seperti sedang menunggunya, akan tetapi tak menyadari kehadir
Read more
Kekacauan besar
Damar baru saja hendak membuka pintu toilet saat handphonenya berdering. Dengan wajah kesal dia menghela napas. Joya. "Halo, Joy. Ada apa?" Damar berkata dengan nada yang dibuat ramah. Meskipun sungguh, hatinya teramat penuh dengan kesal. "Mas, istirahat pulang, kan? Aku masak loh. Spesial buat kamu. Pulang, ya?" Joya girang bertutur.  Damar tak jadi ke kamar mandi. Dia memilih menjauh dari ruangan itu, melangkah kembali menuju ruang kerjanya.  Danar yang melihat kedatangan Damar mengernyitkan dahi. Seolah bertanya tentang apa yang terjadi. Damar melambaikan tangan pada adik lelakinya. Memberi isyarat untuk menunda banyak tanya. "Joy, aku banyak kerjaan di sini." 
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status