All Chapters of Cinta Suci Kinanti: Chapter 51 - Chapter 60
64 Chapters
50. Gio Tahu dia hamil
Suara bariton, tatapan dingin dan tajam itu sangat ditakuti Kinanti, dulu. Namun, setelah beberapa saat tidak bertemu, Kinanti merindukannya. Sangat.Kinanti menghambur ke dada Gio. Dia memeluk lelaki itu, “Aku merindukanmu. Kemana saja kamu selama ini? Kenapa tidak memberi kapan atau mengangkat teleponku?”Ada aroma parfum dan bau keringat yang sangat dihapal Kinanti. Indera penciumannya merindukan setiap hal yang diingatnya dari lelaki dalam pelukannya.Saat memeluk Gio, Kinanti tahu lelaki itu sudah kehilangan berat badan. Kulitnya juga lebih kecokelatan. Entah apa yang dilakukannya selama ini.“Akhirnya lelaki ini datang juga. Dia bahkan tidak hadir saat ayah meninggal,” sinis Karenina.Gio merenggangkan pelukan Kinanti, “Apa? Ayahmu meninggal?”“Iya, sudah seminggu yang lalu,” beber Kinanti.Berikutnya Kinanti mengajak Gio masuk ke dalam rumah. Mereka berbicara sebentar. Kinanti menjelaskan semua hal yang terjadi selama Gio tidak ada.Menjelang pukul setengah dua belas malam Gio
Read more
51. Kinanti Jatuh!
Singgah dengan sungguh lebih baik daripada mampir karena tergelincir takdir. Kinanti pikir Gio tak benar-benar menaruh rasa padanya. Entah terpaksa karena sudah digerebek oleh banyak orang atau dia hanya melampiaskan nafsu karena Gisela tak mau lagi padanya. Kediaman Gio membuat Kinanti makin emosi. Semua keresahan Kinanti selama ini menuntut untuk diberi kepastian, “Katamu kamu mau menikahiku?” Gio masih diam. Tak satu kata pun keluar dari bibirnya. Pandangan matanya menatap Kinanti, tetapi jauh di dalam sana tidak ada ketegasan yang didapat “Kenapa kamu mengambil keperawananku jika tidak berniat bertanggung jawab, mau ditaruh mana mukaku dengan kehamilan ini?” “Ooh, tidak! Ayah …,” ratap Kinanti, “jadi, selama ini sia-sia aku memberikan waktu dan menunggu. Nyatanya kamu tidak pernah siap untuk menikah?” Kinanti seharusnya percaya pada kata-kata ayahnya. Lelaki berandalan seperti Gio mana mungkin punya keseriusan. Dia berpura-pura serius karena menginginkan tubuhnya. Kepada si
Read more
52. Hidup kedua!
Kinanti merasa tidak bisa bernapas. Untuk sesaat semua inderanya seakan mati rasa. Telinganya kedap udara dan sakit.Bluurb … blurb … blurb!Perlahan dia dapat mendengar suara air. Mencoba membuka mata, benar itu air. Namun, dia kesulitan bernapas. Dia meminum sedikit air. Di mana dia berada?Lobus Frontal Kinanti masih berusaha mencerna kejadian demi kejadian. Terakhir kali dia mengingat dia terjatuh dari lantai empat apartemen Gio. “Terus masukkan dia, jangan beri ampun.”“Biar tahu rasa, muka pas-pasan gaya sok cantik!”Kinanti dapat mendengar suara-suara itu. Mungkin ada sekitar dua atau tiga orang yang sedang berbicara. Dia merasa ada tangan mencengkeram lehernya dengan sangat kuat dan keras.Seseorang menarik kepala Kinanti. Dia menghirup udara dengan segera, setelah tersengal karena kehabisan napas.“Sudah tahu kesalahan kamu sekarang?”“Aaarghh ….” Belum sepenuhnya sadar dan berdiri dengan tegak, seseorang menarik rambut basah Kinanti. Dia kesakitan, beberapa helai rambutnya
Read more
53. Kembali ke Sekolah
Seorang siswi bertubuh gendut mematung di depan pintu kelas. Tak jelas apa yang diamatinya di kejauhan. Rambut sebahunya acak-acakan dan terlihat basah. Seragam bagian atasnya tak dimasukkan ke dalam rok. Seperti biasa penampilannya selalu berantakan.Tak memiliki otak pintar dan rupa yang cantik adalah kelemahannya. Sekalipun orang tuanya adalah keluarga terkaya di daerah itu. Hal itu membuat siswi lain di sekolahnya iri. Dia kerap dijadikan objek bullying di kelas.Bentuk protes atas ketidakadilan takdir yang tuhan guratkan. Segelintir manusia menganiaya yang lain, mengatasnamakan keadilan. “Casandra Eleanore!” Kinanti tersentak kaget, langsung menoleh. Menepi dari pintu. Suara itu sangat keras dan berat, berada tepat di belakangnya. “Apa yang kamu lakukan? Mau membolos di jam pelajaran saya?”Dia baru saja bangun dari kematian dalam tubuh orang lain. Bahkan, beberapa saat yang lalu kepalanya dimasukkan paksa ke dalam air di bak kamar mandi. Semua hal di depannya sangat janggal d
Read more
54. Waktunya pulang.
“Serius itu mobilku, eh, bukan maksudnya punya keluargaku?”“Pasti Marcella, Miranda, dan Mariana tadi membenturkan kepalamu terlalu keras saat di kamar mandi,” gumam siswi cupu berkepang dua itu. Dia berkata lagi, “Jangan lupa untuk memeriksakan kesehatanmu. Ingat lain kali jangan mencari gara-gara, jangan tampil berbeda, jangan membawa barang mahal ke sekolah. Mereka akan mengira kamu pamer atau ingin bersaing dengan geng sok cantik itu.”Kali ini gadis cupu itu memberikan wejangan panjang lebar. Menatap ke dua bola mata kecokelatan Kinanti. Tidak lagi bersikap sembunyi-sembunyi seperti di dalam kelas.“Kamu beda kalau di dalam kelas dan di luar,” timpal Kinanti.“Maaf, aku hanya gak mau terlibat. Jika mereka tahu aku menolong atau dekat denganmu mereka akan menjadikan kita target bullyan. Seperti dulu, saat kamu menolongku dari bullyan mereka. Aku sangat berterima kasih, tetapi tidak bisa sekuat kamu Casandra.”Pintu mobil Roll Royce Phantom terbuka. Seorang lelaki turun dari sisi
Read more
55. Rumah Keluarga Casandra
Berpijak di atas bumi yang sama, menatap matahari dan bulan yang tetap bersinar bergantian tiap harinya. Langit yang selalu berwarna dasar biru dengan sentuhan awan putih. Namun, di ruang dan waktu yang berbeda. Kinanti masih belum memahami di mana kini dia berada?Hidup keduanya lebih membingungkan untuk dijalani. Kenapa dia tidak mati saja. Setidaknya dia tahu tujuan kehidupan setelahnya, jika tidak ke surga pasti ke neraka.Bentuk gedung, jalan, lingkungan dan daerah yang sama, tetapi dengan nama berbeda. Dia hampir mati kebingungan saat memikirkan semua ini.“Seharusnya, jika ini benar tahun 2013. Presiden negara Indonesia sekarang adalah Bapak Susilo Bambang Yudoyono, benar?”Sang supir menatap Kinanti dengan aneh dari kaca Spion, “Nona, Presiden Indonesia sekarang adalah Max Muhammad. Siapa itu Bapak Susilo Bambang Yudoyono?””“Apa? Aah, kepalaku makin pusing.” Kinanti terkaget. Semua hal sangat berbeda. Bagaimana dia bisa pulang ke tempat asalnya. Di mana dia berada sebenarnya
Read more
56. Diary Casandra
“Kinanti … Kinanti … Kinanti ….” Sayup-sayup Kinanti mendengar suara ibunya memanggil. Dia menoleh ke segala arah, “Ibu … Ibu di mana? Ibu ….” Kinanti terus meracau dalam tidurnya. Memanggil ibunya berulang kali, kerinduan dan kesedihan yang menumpuk membuatnya bermimpi buruk. “Casandra … Casandra?” Dalam kebingungan dia melihat bayangan ibunya tergulung kabut gelap. Perlahan-lahan kian samar dan menghilang. Kinanti mengerjap, keningnya basah oleh keringat. “Ibu …,” panggilnya ketika sadar dari mimpi. “Ada apa, Sayang?” Seorang perempuan langsung memeluk Kinanti. Mengelus rambutnya yang berantakan, “Kamu kenapa, Casandra?” Perempuan di hadapan Kinanti ini masih memakai pakaian kerja. Ada aroma parfum mahal khas orang-orang kaya yang biasa Kinanti cium saat pelanggan di perpustakaannya datang. Tahulah Kinanti perempuan itu ada di sana karena pemilik tubuh asli. Dia pasti ibu dari Casandra pikir Kinanti, “Aku bermimpi Bu,” ucap Kinanti. Perempuan yang memeluknya merenggangkan pel
Read more
57. Siapa itu?
Semua hal yang tersaji di depan mata kadang tak sama dengan kenyataan yang ada. Ada beberapa orang yang selalu memakai topeng, menutupi wajah asli mereka. Netra melihat rupa, tetapi hati bisa melihat semua.Kinanti mulai memahami dunia ini. Ada banyak hal yang harus dirasakan dengan hati. Dipertimbangkan dengan logika agar semua menjadi jujur apa adanya.“Kamu belum tidur, Casandra?”Kinanti tersentak kaget. Dia tidak mendengar pintunya dibuka apalagi suara derap langkah. Tiba-tiba saja, Papa tiri Casandra sudah ada di belakang tempat duduknya. Kinanti berbalik, “Bb-elum, Om.”“Ada perlu apa, Om kemari?” Di balik punggungnya Kinanti menutup buku diary Casandra. Menggesernya lebih ke tengah meja belajarnya.“Kenapa jadi canggung lagi? Saat di meja makan tadi kamu lebih terlihat santai?”“Ah, itu hanya perasaan Om,” kilah Kinanti.Entah kenapa Kinanti merasa risih dan tidak suka dengan tatapan suami mama Casandra ini. Jadi dia beringsut. Melangkah ke samping. Setidaknya tidak berada di
Read more
58. Orang Asing
Kinanti meraih jaket di belakang pintu. Sepertinya jaket hoodie hitam itu sering dikenakan oleh Casandra. Masih tersisa aroma parfum di sana. Dia mengikat asal rambutnya sebahunya. Berjalan keluar dari kamar. Menyusuri koridor untuk sampai anak tangga.Rumah mewah itu selalu sepi. Orang tua pemilik tubuh asli Kinanti pasti bekerja setiap hari. Casandra mungkin kesepian."Apa yang mungkin jadi masalah Casandra di rumah ini? Kedua orang tuanya terlihat menyayanginya?""Dia punya segalanya."Sambil menuruni anak tangga, dia melihat ke sekeliling rumah berlantai dua itu. "Kecuali di sekolah, sepertinya dia adalah target Bullyan teman sekelasnya."Kinanti memastikan tidak ada yang mengikutinya. Dia membuka pintu utama sangat pelan. Keluar dengan santai, itu rumahnya."Aku tak perlu takut, ini adalah rumahku sendiri." Kinanti berbicara seorang diri untuk mengurangi gugup dan ketakutannya. Mendekati gerbang, Kinanti segera mengintip dari sela jerujinya. Menatap keadaan di luar, itu adala
Read more
59. Mesum?
“Lain kali ajak om, jika ingin jalan-jalan. om bisa menunjukkan banyak hal baru jika kamu mau.”Kinanti tak habis pikir. Seperti apa hubungan Casandra dengan papa tirinya. Apa mereka sedekat itu? Hingga biasa jalan-jalan bersama saat malam?Teringat jika di buku diary yang ditulis Casandra dia justru memanggil papa tirinya dengan ‘lelaki itu’. Itu artinya hubungan mereka tidak sedekat itu. Kinanti malah merasakan ada kebencian mendalam Casandra.Sayangnya Kinanti belum selesai membaca buku diary itu. Dia bertekad akan membacanya saat naik ke kamar tidur Casandra nanti.“Oh, ok. Next time! Aku mau tidur dulu.” Kinanti menyudahi pembicaraan. Dia merasa tidak ada hal lagi yang bisa dibicarakan dengan papa tiri Casandra, ingin segera melanjutkan membaca diary Casandra untuk mengetahui semua hal tentang dunia baru dan lingkungan si pemilik tubuh.“Kenapa aku merasa papa tiri Casandra adalah tipe orang yang sama dengan Gunawan.” Sudut mata Kinanti melirik ke arah belakang. William, papa
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status