All Chapters of Godaan Memikat Lelaki Penguasa: Chapter 231 - Chapter 240
247 Chapters
228. Malam Pertama Penuh Sesak
Beberapa saat sebelumnya. Aarav dan Larisa menyelesaikan makan malam, gadis itu bangkit berdiri kemudian menaruh ping kotor ke wastafel dan langsung membersihkannya. Gadis itu kembali duduk di kursi, melirik sebentar Aarav yang tengah menyesap kopi. Gadis itu terbengong sebentar lalu tersenyum melihat gelas teh yang ada di depannya. Ah, Aarav membuatkan teh untuknya juga. Larisa meraih, mencium sebentar aroma dengan mata tertutup dan bibir tersenyum di mana kepala sedikit mendongak memperlihatkan leher putih mulus. Aarav sedikit membayangkan, aroma tubuh juga momen ketika dia menyusupkan kepala ke ceruk leher itu. Masih ada bekas tanda merah, entah miliknya atau pun Emir. Aarav lupa berapa kali dan berapa banyak dia menutup tanda Emir, yang jelas pada bagian dada ada beberapa tanda baru yang dia sematkan. Mengharapkan Larisa tidak menyadari kemesuman dirinya. Melihat gadis tersebut terdiam tanpa komentar tentang tanda tersebut, sepertinya dia terlalu memperhatikan. “Terima
Read more
229. Pernyataan Tidak Terduga
Aarav mendekat ke arah Larisa lalu merangkulnya, seolah mengejek Emir dengan tindakan. Elizabeth dan Delon menatap intimidasi. Rasanya Larisa bimbang seketika. Namun, cengkraman lembut Aarav di pundaknya membuat dia tersadar. Bukan saat dirinya memikirkan diri sendiri, nasehat kedua orang tuanya membayang, di mana mereka berharap Larisa berusaha menjadi istri yang baik. Terdengar suara guntur beberapa kali di luar sana, kilat juga terlihat berkelebatan sesekali. “Jadilah istri yang baik Sayang, jangan nakal atau aku akan menghukumu!” ancam Aarav. Menghukum, apa hukuman yang Aarav maksud, pasti itu bukan hal baik, terakhir saat Aarav marah, lelaki itu menjamah dan membuat tubuhnya melemas. “Lebih baik kalian pulang,” kata Larisa. Hanya itu yang dia katakan, saat ini Larisa berusaha agar tidak memprovokasi Aarav, juga sebisa mungkin menjauh jika bisa. “Mengapa kamu sekejam ini Risa?” tanya Delon. “Tolong pahami keadaanku sekarang, kalian tahu aku wanita bers
Read more
230. Hibur Aku, Maka Akan Kuampuni!
Aarav bertelanjang dada dengan seringainya yang membuat bergidik ngeri, lelaki tersebut merangkak di ranjang mendekat ke arah Larisa. Gadis tersebut beringsut hingga tubuhnya terkantuk sudut ranjang. Tatapannya lurus bersirobok dengan manik mata Aarav, jantung berdegup kencang, bukan pesona yang dia dapati. Namun, ketakutan nyata Larisa rasakan, napasnya sesak seketika keringat dingin mengucur di pelipis dan terasa di telapak tangan. “Mas.” Suara Larisa tertahan. “Hibur aku, maka aku akan mengampuni dirimu dan kekasihmu!” titah Aarav. Larisa menatap Aarav dengan wajah pias, bibirnya memucat seketika. “Mengapa, kita suami istri, apa sekarang kau merasa sungkan untuk bercumbu mesra denganku, Sayang” sarkas Aarav. Tangan berotot Aarav menjeremba paha mulus Larisa, gadis itu tercekat saat jemari Aarav menyentuh bagian inti dari balik celana dalamnya. Belum sempat berkomentar, Aarav sudah menarik Larisa hingga gadis itu telentang di bawahnya. Larisa melebarkan mata saat
Read more
231. Debaran Memikat
Mungkin lantaran suasana mendukung, Larisa sama sekali tidak keberatan ketika Aarav menarik lepas mantel lingerie yang dia kenakan, menyisakan bagian dalaman berbentuk dress tanpa lengan sepanjang lutut. Lekuk buah dada kecil pada bagian ujung terlihat mencuat sedikit, reaksi dari tubuhnya yang kedinginan. Lelaki normal akan sangat terangsang melihat pemandangan menggairahkan seperti yang ada di hadapannya tersebut. Larisa memejamkan mata seiring gerakan tangan Aarav yang menyentuh lengan kanan, semakin naik ke atas. Bibir mungil sedikit terbuka, semakin membuat Aarav bergelora. Dia menelan saliva, jantung berdentum kencang. Menatap Larisa seperti korban yang siap, rela hati diterkam oleh pemangsa kelaparan. Dalam guyuran air hujan membasahi keduanya. Aarav mendekatkan wajah dan mengecup bibir menggiurkan itu. Secara tidak sadar Larisa merangkulkan kedua tangan, menarik lebih dekat Aarav, keduanya bergerak belingsatan, tidak peduli air hujan mengguyur. Sama-sama terhip
Read more
232. Monster Kutub Utara
Larisa menatap Aarav heran, sudah pasti yang dia masak tadi adalah ikan mas. Dia sering memasaknya di rumah. Melihat kesedihan Aarav juga Larisa bergerak cepat tanpa mengganti pakaian meminta di antar ke tempat penjualan ikan hidup dengan cepat. Dia bahkan berlari terbirit-birit, menjadi tontonan orang, dan tidak peduli pandangan aneh mereka. Terpenting ikan mas hidup segera dia dapati. “Sayang, ikan tersebut bukan ikan mas, tapi ikan koi, dan berharga puluhan juta, aku membelinya di pelelangan beberapa bulan lalu,” jawab Aarav pada akhirnya. Giliran Larisa yang terkejut hingga menjatuhkan bungkus ikan tersebut, Aarav melotot melihat ikan menggelepar di lantai. Dengan cepat Aarav berjongkok, menangkap dan meletakkan di kolam. “Sayang, kau menyakiti makhluk kecil ini,” cicit Aarav. Larisa menangis sejadi-jadinya merasa bersalah, ikan bernilai puluhan juta. Suara itu terdengar bertalu-talu dalam ingatan. Tidak dia sangka akan menggoreng ikan mahal tersebut, le
Read more
233. Ikan Mas dan Ikan Koi
Aarav keluar dari ruang rapat di kantor mertuanya. Mereka baru saja membahas pembangunan gedung pusat perbelanjaan di pinggiran kota A. Edzard berjalan beriringan dengan lelaki tersebut setelah beberapa saat berbincang bersama rekan yang lain. Mereka menyalami keduanya, berpamitan. "Aku pikir kau akan cuti," kata Edzard. Aarav berhenti, menyerahkan map kepada Maya yang berjalan di belakang. "Tidak usah menunggu, kau pulang naik mobil kantor!" perintah Aarav. Wanita itu menundukkan kepala kemudian berlalu. Aarav berbalik ke arah sang mertua, "Kau sendiri tahu putrimu tidak mencintai diriku Ayah Mertua," cebik Aarav. "Aku heran mengapa kau merestui pernikahan kami, kau kan tahu aku brengsek, bukan lelaki baik-baik." Edzard terkekeh, dia membuka pintu lift, mempersilahkan Aarav masuk. Lelaki tersebut berencana mengajaknya untuk turun dan makan di kantin kantor. Aarav yang melihat sang mertua hendak menekan tombol lantai bawah gegas meraih tombol ke lantai atas
Read more
234. Godaan Saat ke Luar Kota
Usai makan bersama Aarav dan Larisa turun dari ruangan Edzard bergandengan tangan. Banyak orang memandang sangsi, berpikiran negatif tentang apa yang terjadi. Di kantor Edzard sudah ramai gosip pernikahan putri semata wayang dengan seorang lelaki. Melihat Larisa seluruh staf pun mengenali, suara-suara bisikan terdengar memanas di telinga. “Itu Nona Muda, bukan. Apa yang digandengnya dengan erat itu suaminya?” kata seorang wanita yang tengah berkerumun di lobi perusahaan. “Wah, iya aku merasa sangat patah hati. Namun, melihat pasangan Nona Muda aku jadi merasa minder.” Tawa lelaki yang ikut nimbrung bergosip. “Hei, tapi kalau yang aku dengar, suami Nona itu lebih tua hampir seumuran Pak Edzard,” timpal seorang lelaki lagi. “Itu bukan halangan, dia tampan dan hot,” cicit seorang wanita lagi. “Astaga, Nona Muda kesayangan kita sudah menikah.” Salah seorang pemuda lagi berkata. Mereka kompak terdiam saat Larisa dan juga Aarav berjalan melewati, hing
Read more
235. Genit
Beberapa saat sebelumnya, pagi hari di kantor Adelard Grup. Aarav duduk di kursi singgasana, tatapan serius menatap layar monitor di meja kerja ketika pintu diketuk dari luar beberapa kali, Aarav masih asik dengan aktivitasnya saat derit pintu terdengar. Langkah sepatu hells terdengar mendekat. Parfum wanita menguar di ruangan, Aarav tahu siapa yang masuk ke dalam. Lelaki tersebut menoleh ke arah wanita itu. “Maya, sudah aku katakan untuk mengganti atau mengurangi parfum yang kau gunakan, baunya menyengat sekali,” cebik Aarav. ‘Astaga, lihat lelaki arogan itu, siapa yang semalam mengajak diriku untuk berbuat tidak-tidak, sama sekali berbeda jauh,’ keluh dalam hati. “Maaf, Pak, saya akan mengganti pakaian nanti, saya terburu-buru datang kemari hendak menanyakan sesuatu.” “Katakan!” “Saya dengar dari Rafael, sore ini bapak akan ke kota B untuk meninjau lokasi, apa boleh saya yang menggantikan Rafael menemani, Anda,” kata Maya tanpa basa-basi. Yah, dia tahu Aarav
Read more
236. Godaan Teman Masa Kecil
Sore hari sekitar pukul empat, usai menempuh perjalanan kurang lebih satu jam Aarav sampai di kota B. mobil yang membawanya berhenti di parkiran sebuah hotel. Lelaki tersebut keluar dari mobil saat sang sopir membukakan pintu, dia duduk di bagian belakang, sedangkan Maya ada di depan bersama sopir. “Maaf Pak, pertemuan akan dilakukan pukul tujuh malam, boleh saya pergi sebentar. Saya janji akan kembali kesini sebelum pukul tujuh,” kata Maya mencegah Aarav melangkah. Tubuh maskulin itu berbalik, “Kau mau mengunjungi ibumu?” tanya Aarav mengingat permintaan Maya tadi. Maya tersenyum seraya menjawab, “Iya, Pak.” “Istirahat sebentar, aku juga mau mandi dahulu. Akan aku antar nanti,” kata Aarav yang langsung melenggang pergi tanpa menunggu jawaban Maya. Wanita tersebut mengurungkan niat, dia kembali mengatupkan bibir yang sempat terbuka hendak mengucap. Yah, apa yang dilakukan Aarav, jika sudah berkehendak, tidak ada yang bisa menolak. Maya mengekor A
Read more
237. Firasat Seorang Istri
Malam hari di kediaman Aarav. Larisa duduk di ruang tamu dengan perasaan gundah gulana, berulang kali bangkit dari sofa lalu kembali duduk, terkadang mondar-mandir mirip setrika. Apa yang dikatakan Elizabeth tadi siang begitu mengganggu, membuat berpikir keras. Bagaimana jika sang suami memang berselingkuh, sekretaris pribadinya bertubuh sintal, nan sexy, dada menggelembung, cantik nan elegan, ah wanita itu sesuai tipe ideal Aarav. Larisa melirik ke bawah, tubuhnya kerempeng, dada kecil. Sepersekian detik gadis itu membandingkan tubuh dia dan sekertaris, membuat kepala berdenyut nyeri. Dia menguatkan diri mengatakan tidak mencintai sang suami. Namun, berbanding terbalik dengan hati yang tidak karuan, cemas. “Mengapa aku jadi kepikiran, membandingkan hal tidka penting” keluh Larisa. Dia menyibakkan rambut panjang ke belakang. Kembali bangkit dari kursi untuk kesekian kali, kakinya melangkah ke arah jendela, menyibak tirai warna coklat bermotif bunga-bunga besar, mempe
Read more
PREV
1
...
202122232425
DMCA.com Protection Status