Lahat ng Kabanata ng First Love: Kabanata 31 - Kabanata 40
52 Kabanata
31—Kalau Mereka Tahu, Digelindingi atau Dibakar ya?
Pada perjalanan pulang kemarin, Clara bertanya dan Joy pun menjawab dengan tenang tanpa emosi yang berlebih. Clara pun bertanya hal ini sebagai permulaan. "Kenapa kalian ketemuan?" Karena bagaimana pun, aku sama dia selain pernah jadi mantan, dia teman aku juga, Ra. She need help. "Kenapa kamu bohong sama aku?" Akhirnya pertanyaan itu terucap dan jawaban lelaki itu cukup membuatnya kecewa. Karena aku ngga mau kamu salah paham. Pada akhirnya, Clara hanya menyimpan segala kegundahanya dan pertanyaan lainnya sendiri. Benar kata Ghiffary, ada hal yang tidak seharusnya dia tahu atau dengar karena semakin mendengar jawaban kekasihnya, semakin ragu pula dia pada Joy. Setelah malam itu, memang Joy semakin membuktikan padanya bahwa apa yang lelaki itu ungkapkan pada tenda Sate Padang Uda Jal benar adanya. Sudah dua minggu berlalu dan lelaki itu benar-benar setiap hari menjemput dan mengantar sang Kekasi
Magbasa pa
32—The Flower and 2AM Thoughts
Clara tidak bisa berhenti tersenyum melihat keakraban antara saudaranya dan lelaki yang dia cintai.Dia pikir, jika dirinya punya lelaki pilihannya sendiri (Seperti saat dulu berhubungan dengan Rendy), saudara-saudaranya akan memberi jarak dan sedikit terlihat tidak suka.Ternyata hal itu tidak berlaku kepada Joy.Saat ini Joy sedang membantu Raka membakar jagung, sosis, dan makanan lainnya di atas bara api.Sesekali Clara dapat melihat Joy melirik ke arahnya, setelah mendengarkan sesuatu yang Raka atau Radit ucapkan, kemudian mereka akan tertawa.Clara melihat itu kesal sekaligus geli karena tawa mereka bertiga begitu heboh dan bagi orang yang melihat itu pasti ikut tertawa juga walau tidak tahu apa yang ditertawakan."Kamu bahagia, Ra?"Suara berat itu membuat Clara menoleh dan memperbaiki posisi duduknya yang tadi dengan kaki menguasai seluruh sofa."Kenapa, Pa?""Ya ngga apa-apa, Papa cuma tanya aja kok."Clar
Magbasa pa
33—Kencan dan Pagi Yang Indah
Clara duduk termangu dengan perasaan campur aduk. Seperti perasaan deja vu saat melihat sebuah foto sebuah tangan di atas pangkuan dengan cincin bunga serupa melingkari jemari seseorang. Foto yang keduanya tadi abadikan sebelum keduanya berpisah, lelaki itu abadikan dan dia umumkan kepada publik bahwa mereka sudah memasuki jenjang serius. Clara sedikit mendengus. Tidak... tidak, bukan dengusan hinaan atau sarkas yang sering dia tujukan pada orang-orang. Dengusan itu karena dia senang dan tidak bisa percaya dengan apa yang terjadi. Semuanya bagaikan mimpi dan Clara sangat takut untuk bangun dari kenyataan. Pada realitanya, mimpi akan selalu lebih indah dari kenyataan, bukan? Harapan bisa tumbuh dihati semua orang walau orang itu sudah berjanji untuk mumupuskan semua angan, khayalan, dan harapan. Tanah tandus saja masih bisa dihidupi oleh rumput liar jika air turun pada permukaan itu. Batu yang keras saja
Magbasa pa
34—Pertemuan Tak Terduga dan Satu Permintaan
Dua minggu berlalu sejak tahun baru yang Joy habiskan dengan keluarganya, keduanya semakin lengket tak terpisahkan. Bahkan keluarga Clara pun semakin mendukung keduanya untuk sedikit 'mencicipi' salah satu kegitan rumah tangga yaitu groceries shopping yang biasanya rutin dilakukan oleh kedua orang tua Clara dan salah satu dari anak mereka, entah dirinya, sang Kakak, atau adiknya.Sabtu sore itu pun mereka berdua dimanfaatkan oleh sang Ibu untuk membeli beberapa kebutuhan dapur di rumah Clara.Dalihnya sih sang Ibu bilang pada Joy bahwa kedua orangtua Clara ingin kencan tapi Clara tahu itu hanya akal-akalan saja karena paginya sebelum Joy datang, sang Ayah memberitahunya rencana sang Ibu."Eh, Clara Devina ya?"Clara yang saat itu ada di supermarket besar dan sedang memilih penyedap mana yang akan dia pilih dari salah satu rak, menoleh ke sumber suara."Iya, gue Clara. Lo..." Clara berusaha mengingat laki-laki yang ada di
Magbasa pa
35—The Letters
"Ra." "Yoow." Yudith menaruh satu map berwarna kecokelatan di meja kerjanya dengan tatapan antusias. Clara yang saat itu tengah fokus mengisi data client untuk dimasukkan ke dalam kontrak draft menoleh malas-malasan ke arah map tersebut. "Apaan lagi nih?" Tanpa menoleh, Clara bertanya sambil fokus mengetik di layar laptopnya. "Proposal lo ditolak Pak Boss? Apa surat resign lo ngga di approve?" "Sialan." Umpat Yudith. "Dari cowok lo." Tangannya yang sedari tadi tak henti-henti mengetik seketika berhenti. "Mana sini." "Ilaah, baru dikasih tau gitu aja langsung 'mana mana mana'." Ejek sahabatnya. "Bodo amat." Clara mendelik pura-pura kesal walau diwajahnya ada senyum yang menghiasai. Dua hari lalu, ketika Joy mampir ke rumahnya tanpa kabar karena ingin memberikan ayahnya pot dan pupuk untuk tanamannya, tiba-tiba saja kekasihnya itu iseng bertanya mengenai surat cinta mereka berdua ketika
Magbasa pa
36—Dasar Norak!
"Beneran cuma satu?" "Iya, Yang. Astagaa ngga percaya banget sih." Ini adalah percakapan mereka ketika Clara sudah berada di dalam satu mobil dengan sang Kekasih. Saking seringnya Clara bertanya, muka lelaki itu sampai agak jengkel dan sebal ketika niat baik dan romantisnya dipertanyakan. "Kalo ngga mau, yaudah balikin aja."  "Lah kok kamu ngambek sih?" Clara mengapit lengannya pada lengan sang Kekasih dan bersandar pada pundak yang selalu menjadi sandaran perempuan itu dalam satu tahun terakhir ini. "Aku kan cuma tanya aja, Sayang." Tak lama, Clara bisa merasakan elusan pelan di pucuk kepalanya dan kecupan beruntun saat mobil mereka terhenti di pertigaan yang rambunya sedang memerah menembus kaca mereka. Clara menghembuskan napas dan membuka kedua matanya ketika kejadian tadi teringat olehnya. Joy selalu bisa membuat hatinya campur aduk di saat yang bersamaan. Entah itu perasaan dengan konteks bahagia at
Magbasa pa
37—Ajakan Reuni (lagi)
"Ra, lo ikut ngga?" "Hm?" "Astaga nih orang ya!" Sungut Ica kesal.  Clara yang masih sibuk membalas chat dari sang Kekasih tidak begitu mendengarkan celotehan Ica. Ghiffary yang sedang bersandar di bangku taman belakang rumah Ica hanya menggeleng pelan. "Udah gue bilang, dia kalau sampe pacaran sama Joy, bucinnya jadi 1000 kali lipat lebih berbahaya dari sebelumnya." "Kurang dihajar lu, Gip!" Balas Clara sebal. Ghiffary menggelus pundaknya yang dihantam tidak berprikemanusiaan oleh Clara. Benar-benar kuat tenaga perempuan itu. Ponselnya pun akhirnya Clara taruh di atas meja bundar di depan mereka dan mengalihkan atensinya lagi ke Ica. "Jadi apa yang kalian omongin?" Ica melotot. "Hhhh astagaaa!" Saking gemas bercampur kesal, Ica menenggak air minumnya sampai tandas. Akhirnya doa melanjutkan pertanyaannya yang sama sekali tidak didengar sahabatnya itu. "Bulan depan, anak-anak angkatan
Magbasa pa
38—Perasaan Surreal Clara
Sepulang dari rumah Joy, Clara tidak langsung pulang ke rumahnya melainkan ke rumah Ica. Kemarin dia sudah izin kepada orang tuanya untuk menginap ke rumah Ica. Ya, perempuan dewasa yang sudah berumur 26 tahun dan masih tinggal dengan orang tuanya juga masih harus izin jika ingin pergi atau menginap di tempat lain. Ada kalanya dulu Clara luar biasa kesal dan marah kepada kedua orangtuanya tapi semua amarah itu perlahan menghilang seiring berjalannya waktu dan usianya bertambah. Clara paham apa yang dilakukan kedua orang tuanya, terutama sang Ayah untuk menjaganya. Yang Clara pahami adalah cinta dan kasih sayang orang tua tidak lekang oleh waktu. Mau umur berapa pun anaknya, di mata orang tua, anaknya pasti tetap anak kecil yang membutuhkan perlindungan mereka. Untuk itulah setiap pertengkaran yang terjadi antara Clara dan sang Ibu, Joy selalu berusaha memberi pemahaman tersebut yang pada akhirnya, Clara pahami dengan baik dan berusaha perlahan
Magbasa pa
39—You're Just a Dare
Beberapa menit berlalu pun keduanya masih terdiam."Ra, surat ini..."Ini bukan benar-benar surat.Kedua amplop tersebut berisi foto yang ada tulisan di belakangnya.Kedua foto itu Clara pernah lihat.Kejadian yang pernah dia lihat langsung dengan kedua matanya.Tapi hal itu sudah terjadi lama sekali."Ini Joy sama..."Davina.Perempuan itu menghembuskan napas berat. Berat sekali."Ini... foto ini udah lama kok." Jelas Clara dan dengan cepat tangannya menyatukan kedua foto yang di pegang olehnya dan Ica lalu membelah foto itu menjadi beberapa bagian kecil yang kemudian dia buang pada tempatnya.Tempat sampah adalah tempat yang tepat dan seharusnya foto-foto itu berada.Ica menatap horor ke arahnya. "Ra, what the h*ll? Kenapa lo robek?"Masih dia ingat pose kedua orang di dalam foto yang beberapa detik lalu masih dia pandangi dengan tatapan tak percaya.Joy sedang duduk bersebel
Magbasa pa
40—Pertanyaan Yang Tidak Pernah Terjawab
Dia benar-benar sudah bucin. Buta Cinta.Alih-alih mengamuk dan mengkonfrontasi Joy seperti yang Ica sarankan untuk dia lakukan seminggu yang lalu, Clara malah berpura-pura tidak menerima, membaca, dan melihat amplop yang dia terima seminggu yang lalu.Dan bersikap normal seperti biasanya pada kekasihnya, Joy.Malah, perempuan itu makin manis dan lebih perhatian dari biasanya.Joy yang tidak pernah merasa diperlakukan se-special itu oleh siapapun, termasuk Clara jadi makin mencintai kekasihnya itu.Sudah seminggu ini dengan secara misterius, tiba-tiba saja Clara jadi dua kali lipat perhatian dan... manja padannya.Joy pun dengan senang hati menanggapi semua perubahan sikap Clara.Pasalnya, hal itu lah yang Joy sering pinta namun masih sulit dilakukan oleh Clara.Agar lebih rileks dan bergantung padanya karena Clara terlalu mandiri dan cuek. Joy senang jika Clara perlahan meruntuhkan dinding tebalnya yang sudah selama setahun in
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status