All Chapters of First Love: Chapter 41 - Chapter 50
52 Chapters
41—First Fight and First Break
Jadi begini rasanya mati segan hidup tak mau?Beberapa hari sudah terlewati tapi rasa sakit dari rasa kecewanya tidak sekalipun menghilang atau bahkan berkurang.Clara seperti zombie. Mati rasa dan kehilangan nafsu makan.Lelaki itu pun seperti menghilang dan tidak menghubunginya setelah mengantarnya pulang.Terakhir bertemu pun Clara yang biasanya akan mencium tangan atau pipi kekasihnya hanya mengucapkan terima kasih lalu masuk ke dalam rumahnya.Apakah ini akhirnya?Apakah hubungan keduanya hanya sampai sini?Apakah kemarin adalah perpisahan?Karena jika iya, Clara merasa bodoh bertengkar karena masalah sepele yang dia besar-besarkan.Kondisi fisik keduanya pun mungkin sedang tidak optimal karena sehabis pulang kerja.Mungkin itulah mengapa keduanya sama-sama sensitif dan tersulut emosi.Yudith pun melihat Clara yang beberapa hari terakhir selalu datang dengan mata sembab pun akhirnya tahu penyebabnya.
Read more
42—He's Not Worthy for You and of Your Tears
"Mungkin kita perlu break dulu." Clara yang mendeklarasikan keinginan tersebut. Clara juga yang menyesal dan kesal sendiri dengan dirinya atas apa yang sudah dia putuskan dikala amarah yang menjadi sumber tindakannya. Pasalnya ya, Clara amat kecewa pada Joy saat itu tapi ketika sudah lewat dari dua minggu paska terakhir mereka bertemu di mana Clara mengatakan ingin 'break' sementara, Clara sulit mengontrol pikirannya. Dia rindu lelaki menyebalkan itu. Gengsi yang membuatnya enggan membuka blokiran pada Wh*tsapp kekasihnya pun dengan nomor lelaki itu. Clara pun hampir lupa tentang reuni yang akan berlangsung lusa. Andai Ica dan Ghiffary tidak mengingatkannya semalam ketika mereka bertiga bertemu, Clara bisa pastikan dia akan melewati itu. Tapi apa harus dirinya datang? Waktu itu Clara begitu bersemangat dan ingin ikut datang. Clara ingin menunjukkan dirinya kepada teman-temannya karena selama ini dia selalu bers
Read more
43—Have You Ever...
Have you ever laugh so hard, you actually cried?Itu yang Clara alami saat ini.Seperti belum cukup masalah yang dia rasakan saat ini didalam hubungannya dengan Joy. Clara juga mempunyai masalah di kantor.Managernya, yang selama ini tidak pernah dia bantah dan selalu support, ternyata diam-diam selalu menjelekkannya kepada atasan mereka.Pantas dibeberapa kesempatan, setiap atasan mereka yang berasal dari Negeri Panda itu selalu menatapnya tajam dan selalu memojokkannya.Dari Yudith pun Clara tahu itu semua.Ditambah, Friska yang cemburu karena Rendy yang sampai saat ini masih diam-diam memandangi Clara walau Clara sendiri bahkan tidak sadar dan peduli.Friska jadi menyimpan dendam dan kesal padanya yang menyebabkan banyak rumor tidak mengenakan.Dari yang dapat dia toleransi seperti perebut pacar orang sampai menghasut tim lain kalau dirinya menjadi simpanan bos besar.Jumat sore itu, setelah pulang dari kanto
Read more
44—Semakin Lengket
"Weekend ini kamu ngga ada kegiatan kan?""Kenapa?""Aku ajak ke rumah ya.""Apart kamu?" Tanya Clara bingung.Ah, Clara rindu bau lelaki ini. Pelukan itu pun dipererat Clara."Ke rumah orang tuaku.""Dadakan?" Clara merenggangkan pelukan mereka. "Aku nggak mau kamu jadi terpaksa ngenalin aku ke keluarga kamu, Joy."Clara menatap lelaki di depannya. "Aku baru sadar, hanya karena kamu udah menjadi bagian keluargaku, bukan berarti kamu juga harus begitu. Aku tahu aku masih belum pantas—""Whoaa... bukan gitu maksudnya. Kamu jangan salah paham dulu ya, Sayangku." Putus Joy. "Kita take it slow aja. Kalau kamu belum mau aku perkenalkan secara resmi dengan kedua orangtuaku yang langsung ke rumahmu, it's okay.""Tapi..."Joy tertawa. "Tapi benar yang kamu katakan waktu itu. Aku terlalu pasif dan saking pasifnya, aku sampai lupa untuk membawa kamu ke duniaku juga. Ke lingkungan pertemananku, ke keluargaku dan yang l
Read more
45—Bayangan Masa Depan Sungguh Menggoda
Clara terbangun terlebih dahulu karena tubuhnya terasa panas dan terasa berat seperti ada yang menimpanya.Setelah berhasil mengumpulkan kesadarannya, Clara baru ingat dan sadar bahwa semalam dia menginap di apartemen milik sang Kekasih dan saat ini sedang berada di dalam dekapan lelaki itu.Perlahan Clara turunkan lengan Joy yang menahannya di pinggang dan turun dengan sangat hati-hati karena takut membangunkan kekasihnya itu.Matahari belum terbit sempurna ketika Clara membuka tirai. Setelah mencuci muka, Clara berjalan ke dapur untuk membuatkan sarapan untuk mereka berdua.***Joy terbangun ketika tidak merasakan sumber kehangatan disebelah kirinya. Tangannya meraba-raba tapi tak menemukan siapapun.Apa ini mimpi?, pikirnya."Sayang." Panggilnya tapi tetap tak ada siapapun yang menjawab.Joy terdiam sesaat untuk berpikir tentang semalam. Apa benar Clara menginap dengannya dan tidur di dalam dekapannya? Rasanya
Read more
46—Lamaran
"Kamu tunggu di sini dulu ya, Sayang." "Kamu mau ke mana?" Clara menarik Joy yang tadinya sudah membalikkan badan.Pria itu terkekeh. "Mau cari pramuniaganya dulu. Alvin katanya udah nitip ke si Mbak itu.""Oh, yaudah.""Tunggu di sini ya.""Iya."Joy mengantarnya duduk di salah satu sofa untuk tamu kemudian pergi untuk mencari pramuniaga toko cincin yang mereka datangi saat ini.Khusus hari ini, Clara cuti setengah hari karena malamnya mereka akan datang ke acara reuni SD yang sudah diribut-ributkan sejak berminggu-minggu yang lalu oleh teman-temannya.Berhubung salah satu temannya akan mengadakan acara lamaran dadakan di tempat pertama Alvin dan Monica bertemu dan menjalin hubungan, maka Alvin berniat untuk melamar Monica di sekolahnya itu.Karena Joy salah satu sahabat dekat Alvin dan orang yang mengetahui sepak terjang hubungan keduanya, maka dari itu Alvin meminta bantuan kekasihnya untuk mengambil pesanan cin
Read more
47—Ruangan Penuh Kenangan dan Rahasia
"Goyang-goyang lagi... mobilnya! Asyikk!" Kelakar temannya yang lain.Sontak pipi putih pualam perempuan itu memerah melebihi blush on yang dia kenakan malam itu."Huaaa aku maluuu!" Pekik perempuan itu."Aduh, aku malu, Yang." Ulangnya. Refleks Clara menarik kedua tangannya dari genggaman Joy dan menutup wajahnya yang dia sandarkan pada dashboard mobil.Joy berdecak sebal dan membuka kaca mobil."Berisik kalian! Sana pergi!" Teriak laki-laki itu cepat lalu jendela mobiln kembali dinaikkan.Keduanya terdiam, tak lama, mereka tertawa karena dengan ketukan dan kedatangan teman-temannya, sudah merusak momen spesial mereka. "Rusak ya momen romantis kita." Kata Joy yang disambut dengan anggukan dan tawa dari Clara."Yasudah, mungkin kita kelamaan di sini jadinya temen-temen kamu curiga. Kok kita lama banget ya di dalam mobil." Joy terkekeh sembari menghapus sisa air mata Clara. "Iya, emang mereka nge
Read more
48—Salah Satu Hal Yang Paling Clara Benci
"Karena sekalinya berbohong, akan ada kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan yang pertama dan begitu untuk seterusnya. Kepercayaan aku nggak bisa digadai, Joy, dan aku benci seorang pembohong." Clara menyentuh cincin yang dia kenakan dan memutarnya beberapa kali. "Kamu... kamu nggak pernah bohongin aku, kan?" "Kenapa kamu tiba-tiba tanya begitu?" Tiba-tiba saja Clara tertawa dan menarik Joy berdiri. "Mungkin aku ngelantur ya. Mana mungkin kamu pernah bohongin aku. Yuk masuk." *** Topeng yang sejak tiga jam Clara pakai akhirnya lepas juga ketika pintu kamarnya tertutup. Sekarang sudah pukul sebelas malam ketika Clara sampai rumah setelah diantar Ica dan Ghiffary. Ya, dia diantar temannya karena rupanya Alvin ingin melanjutkan pesta perayaan pertunangannya dengan Monica di salah satu bar di daerah Kemang yang sudah pria itu booking khusus untuk hari ini. Joy pun termasuk di dalam list itu. Dan Clara
Read more
49—Deja Vu
"Mbak, tolong bantuin temen saya ya." Pesannya pada pramuniaga di salah satu merk toko ponsel yang sedang banyak diminati muda-mudi saat ini. "Nah, elo." Tunjuk Clara. "Pilih deh lo mau yang mana. Aman pokoknya." "Siap, bosquee!" Clara memilih menjauh dan duduk di salah satu kursi tinggi yang ada di toko itu dan mulai menyeting ponsel baru sesuai dengan gayanya. Dia sudah membeli ponsel lebih dulu dari Yudith karena temannya itu memaksa dan saat ini Yudith tengah memilih warna pilihannya. Walau tadi Yudith setuju untuk dibelikan ponsel baru, tapi ketika menuju toko, Yudith membujuk Clara agar dia bisa membayar setidaknya setengah harga yang mereka putuskan untuk pilih nanti. Setelah perdebatan alot dan pada akhirnya Clara setuju dan sesuai yang mereka sepakati bersama kalau Yudith akan membayar setengah dari harga ponselnya nanti. "Udah selesai pilihnya?" "Hooh." Yudith mengangguk dan mengangkat ponsel barunya. Mereka memiliki tipe ponsel yang sama hanya berbeda warna. Clara
Read more
50—Maju atau Bertahan
Begitu dia sampai, hal pertama yang dia lakukan adalah tidur. Ya, Clara memilih tertidur di hotelnya dengan lampu cukup remang karena sejujurnya dia tidak punya tenaga untuk melakukan apapun seperti yang sudah direncanakan. Badan dan… hatinya sudah hancur, remuk tak bersisa. Semuanya sakit. Siangnya, Clara terbangun karena alarm yang memang tadi dia pasang agar dirinya tidak terbablas ketiduran sampai sore. Setelah selesai mandi dan rapi, Clara memutuskan untuk makan siang di salah satu kafe kecil di Braga. Berbekal sling bag kecil, sepatu sneakers dan semangat yang perlahan mulai dia rasakan, Clara pergi menuju jalan Braga menggunakan taksi online. Tak banyak yang berubah menurutnya. Bangunan antik dengan struktur yang menurutnya unik, Clara suka itu. Setelah makan di Braga Permai dengan burger yang cukup besar dan membuatnya kesulitan menghabiskan sendiri. Clara kembali membuka list tempat yang sempat dia cari ketika sedang di dalam travel bus. Tujuan Clara selanjutnya adala
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status