Semua Bab Dendam Birahi Penakluk Hati: Bab 121 - Bab 130
185 Bab
Belum Bersedia
“Kembali? Aku takut terluka lagi, kau tahu, Am? Dulu waktu pertama kenal denganmu, aku percaya kamu tulus mendekatiku, tapi siapa sangka, kalau aku hanya alat untukmu membalas dendam. Aku nekad pergi, meskipun masa depanku telah kau hancurkan, aku menjauhimu, mencoba melupakan dan memaafkanmu, tapi seolah takdir terus menginginkan kita bertemu lagi, aku mengandung, aku putus asa, hampir saja aku membuangnya dulu. Tapi aku segera sadar, dia juga ingin lahir ke dunia, sangat tidak adil kalau aku membencinya.   Yang kutanamkan dalam hati adalah kebencianku padamu. Tapi sekali lagi kita dipertemukan, menjalani hari bersamamu membuat aku merasa dilindungi. Aku tidak pernah berniat menjual putriku, aku saat itu sangat bingung, amanah yang diberikan ayah sebelum meninggal adalah menjaga Arfa dan ibu, tapi lihat apa yang kuberikan pada ibu, aku membuatnya menangis, membuat beliau kecewa, bahkan aku mencoreng arang di mukanya, mencoreng nama baik ayah yang sudah tiada, a
Baca selengkapnya
Pergi Kerja Bareng
Diki seorang pemuda berumur 25 tahun, dulunya diminta Bu Tika untuk membantunya menyiapkan pesanan dan mengantar nasi bungkus tapi tidak mau, itu bukan cita-citanya, tidak level kerja begituan, dia dulu bercita-cita sebagai agen rahasia di kepolisian, tapi tidak tercapai. Malah bekerja sebagai orang bayaran Dirham yang harus siap ditugaskan kapan saja dan apa saja, memang itu kontrak kerjanya. Pemuda itu tersenyum pahit ketika Dirham menyuruhnya mengantar nasi bungkus, menggantikan kerja Dinar. Ia akur dengan perintah bos-nya, tidak mau sampai kontrak kerjanya dibacakan lagi. Diki menyalakan api rokok menunggu di depan rumah kos Dinar. Sementara Dirham masuk lagi ke dalam rumah untuk membersihkan diri.Dinar yang sudah menyiapkan motor Bu Tika di depan rumah, jadi terbengong-bengong melihat Diki yang membawa sekeranjang nasi bungkus. Diangkut dan ditata di atas motornya. Dinar cuma kenal Diki sebagai keponakan Ibu kost, bahkan jarang bertemu, ia merasa heran deng
Baca selengkapnya
Cemburu
(Untuk?)“Tidak usah banyak tanya, ada hal penting yang perlu gue urus di sana.” (Oke, nanti aku hubungi Murni di biro perjalanan)“Ambil penerbangan pagi, kita cuma sehari di sana. Hanya besok saja.” Dirham berkata dengan tegas.(Iya, beres!) Panggilan diakhiri.  Awalnya, pria itu mau turun untuk mengajak Dinar keluar lunch bareng. Dia baru kemarin pulang  dari Thailand, belum sempat ngobrol atau bertemu langsung dengan wanita pujaannya. Malah disuguhi dengan laporan kedekatan Dinar dengan Rendi. Dan hari ini melihat secara langsung kebenaran berita itu. Membuatnya emosi dan marah. Ya. Ia merasa cemburu. Dirham pun langsung keluar dan menuju tempat parkir, dia akan pulang untuk makan siang di rumah. Menemui putrinya. Mobil Dirham meluncur keluar dari kawasan hotel mewah itu. Pikirannya dipenuhi dengan bayangan Dinar yang tersenyum pada Rendi. Apa mungkin Dinar tidak mencintainya sama sekali, bahka
Baca selengkapnya
Bermain Bareng Ruby
“Lepas! Sakit!”Dinar mencoba melepaskan pergelangan tangannya dari cekalan tangan Dirham. “Kau pikir hatiku tidak sakit melihat mu berduaan dengan lelaki itu? Ada hubungan apa dengannya?”Dirham melepaskan tangan istrinya. “Rendi, maksudmu?”“Entah siapa nama dia, mana mungkin aku kenal satu-satu pegawai rendahan macam dia.” Dinar mengetapkan gigi. Ia menatap tajam wajah pria di depannya.  Kesal dengan kesombongan Dirham.“Aku tidak ada hubungan apapun dengan dia, dia kan manager bagian di sini.”“Tapi tidak seharusnya kamu makan berduaan sama dia, Di!”“Bukan berduaan, banyak kok yang ada di rest room itu.”“Aku tadi lihat dengan mata kepalaku! Kalian di sana berdua.”“Tapi tidak seperti yang kau lihat. Aku makan, terus dia datang. Masa iya, aku harus usir dia, itu kan tempa
Baca selengkapnya
Kembali Ke Kediaman Assegaff
“Di, pandang Ruby, nggak kasihan sama dia, tega membiarkan ia terbangun karena aku harus nyetir?” Dinar menatap putrinya yang tertidur sangat pulas, tidak tega pula harus membangunkannya. “Tapi, Mama.. ” masih saja Dinar ragu. “Mama bahkan sangat merindukanmu, Sayang.” mulai, panggilan sayang dari Dirham, mulai membuatnya tidak tenang. “Baiklah, tapi nanti, antar aku pulang ke kost.” “Kita lihat nanti. Sekarang cuci muka dulu gih, biar fresh.” Dinar mengangguk, tidak ada gunanya membantah keinginan Dirham.    Dinar masuk ke dalam toilet luas itu, mencuci mukanya, menghilangkan rasa ngantuk yang aslinya sudah hilang karena panggilan sayang tadi, hatinya mulai suka dengan perhatian dan perlakuan Dirham padanya.   ‘Kenapa kau terlalu mudah berubah, hati?’   Wajahnya kembali dibasahi, apa mungkin ini saatnya. Apa dia sudah bisa menerima kehadiran Dirham kembali, begitu mudahnya tanpa perj
Baca selengkapnya
Dirham Bucin
Dinar mengangkat wajah dan menatap Juliana, sementara Juliana memandang Ruby dan Nicko yang sedang bermain dengan asiknya di teras belakang.Model berpostur tinggi itu lalu memegang lengan Dinar dan mengajaknya duduk di gazebo taman. “Tapi Am sangat mencintaimu.” Dinar ternyata belum bisa mempercayai pengakuan cinta Dirham sebelum ini. Juliana tersenyum.“Itu dulu, Di. Awalnya aku memang ingin kembali padanya, membuat ia bahagia seperti dulu saat masih bersama, tapi setelah kepergian mu, Am baru menyadari kalau kamu yang sebenarnya diinginkan, cintanya padamu lebih besar. Dan terbukti, kepergian mu selama hampir 2 tahun, tidak membuatnya menerima perempuan lain. Ia setia menunggumu, Di.” Dinar menunduk mendengar kalimat panjang model cantik itu. “Lihatlah, ia bahkan tidak akan betah keluar kota kalau kamu sudah kembali padanya, buktikan ucapan ku nanti.” Dinar tersenyum, ponsel yang ada di sampingnya
Baca selengkapnya
"Apa aku Mimpi, Buk?"
Dinar masih mengucek matanya, usapan lembut dan suara itu sangat tidak asing, tapi itu bukan tangan Dirham atau ibu mertuanya, mata Dinar membulat, masih tidak percaya dengan apa yang dilihat. Tapi senyum dan suara itu tidak pernah hilang dari ingatan sampai kapan pun. Ibunya ada di depannya sekarang, tengah duduk di sampingnya, di atas tempat tidur yang sama. Menatapnya dengan mata berkaca-kaca.   “Ibuk? Apa aku mimpi? Aku benar-benar kangen Ibuk, tidur saja sampai lihat Ibuk.” Dinar langsung duduk. Air matanya jatuh, ia merindukan ibunya yang jauh di sana. “Ndak mimpi, Nduk. Ini memang Ibuk.”  Kinanti mengusap pipi putrinya. Air matanya jatuh melihat kondisi Dinar yang terlihat kurus. ‘Pasti kamu banyak menderita, Nduk.’ jerit hati Kinanti.      “Ini bener Ibuk?” Kinanti mengangguk dan tersenyum. “Ibuk! maafkan Dinar, Buk. Ampuni Dinar.” tubuh ibunya langsung didekap erat setelah ia yakin itu
Baca selengkapnya
Bertemu Besan
Masih FlashbackWajah Dirham penuh harap, Kinanti keluar dari kamarnya setelah hampir satu jam berpikir. Ia masih berdiri di samping kursi yang diduduki oleh Arfa. “Katakan syaratnya, Bu. Akan saya penuhi apapun itu.”“Bawa kami bertemu dengan Dinar. Kalian harus adakan resepsi, meskipun itu tidak mewah, tapi biar keluarga besar dan tetangga kami tahu kalau Dinar sudah menikah.”Kinanti sudah berpikir masak-masak, tidak ada gunanya kalau ia harus membantah keinginan putrinya, mungkin Dinar sudah bahagia sekarang tapi masih menunggu restu darinya.“Terima kasih, Bu. Itu sedang saya rencanakan. Itu maksud kedatangan kami, membawa ibu bertemu Dinar, bersiaplah dan saya akan pesankan tiket sekarang.” Dirham tersenyum lebar, ia langsung bangkit dari tempat duduknya dan mencium tangan ibu mertuanya. “Jangan buat putriku menangis lagi, karena jika itu sampai terjadi, kamu akan kehilangan ia selamanya.”
Baca selengkapnya
Rindu Tak Terbendung
Mendengar pertanyaan dari ibunya membuat Dinar tegang, tidak mungkin ia akan mengatakan kalau semua terjadi karena dendam yang salah sasaran, bagaimana pandangan ibunya kalau tahu, perlakuan Dirham yang buruk padanya di masa lalu. Tentang pemaksaannya, tentang penyekapan dan semua kepahitannya dulu. Dinar menarik napas berat. Ia tidak mau melukai hati ibu yang dicintainya. “Kenapa, Nduk? Ibuk boleh tahu, kan?”Dinar memejamkan matanya. Ia mengangguk. Dan masuk dalam pelukan hangat ibunya.“Seperti perkenalan orang pada umumnya, Buk. Am, pelanggan di restoran Pak Doni. Terus kenalan, kami saling suka dan terjadi begitu saja. Udah pagi, Buk. Dinar masih ngantuk, ayo tidur lagi.”Dinar tidak mau bercerita tentang aib suaminya, hatta pada ibunya sendiri.  “Jangan panggil suamimu, ngoko gitu to, Nduk. Ndak baik. Panggil mas, atau kakang, atau abang, sing penting tidak langsung nama, ndak sop
Baca selengkapnya
Pesta Kejutan
  Dinar menggaruk hidungnya yang tidak gatal. Bingung mau jawab gimana, putrinya selalu ingin tahu apapun urusan orang dewasa. Apalagi soal papanya, dia yang akan maju nomor satu. Dirham benar-benar cinta pertama putrinya.“Ayo, kita ganti baju dulu. Nanti kalau papa turun, Uby bisa tanya, kenapa tadi Bunda ambil bajunya lambat turun.”“Otey undah! (Oke Bunda)” Ruby akhirnya mau berganti baju, Dinar mencubit pelan pipi putrinya, gemas mendengar suaranya yang masih cadel tapi banyak tanya. Arfa yang belum ketemu dengan Dinar sejak sampai tadi malam langsung menghampiri kakaknya. Dinar memeluk Arfa dengan erat. Melepaskan rindu dan rasa bersalah karena tidak bisa pulang waktu adiknya kena musibah. Pelukan dilepas dan ia memeriksa tubuh Arfa.“Kamu gimana, Dek? Udah pulih total, kan? Hmm? Aku minta maaf, waktu itu tidak lihat keadaan kamu.” Dinar memindai fisik Arfa dari
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
19
DMCA.com Protection Status