Semua Bab [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM: Bab 11 - Bab 17
17 Bab
[ Roses ] ; 10
"Semua yang pahit pasti pergi. Jika datang kembali, ucapkan padanya bahwa kamu sudah siap melaluinya lagi.” Lampu warna-warni yang menghiasi aula lantai 2 gedung FISIP malam ini menambah semarak kemeriahan acara para mahasiswa ilmu komunikasi. Beberapa teman seangkatan Rosea menampilkan sebuah musikalisasi puisi yang sangat indah. Sajak demi sajak yang mereka bawakan, membawa pandangan baru akan dunia. Membikin Rosea semakin sadar bahwa bumi yang ia pijaki sangat luas.Kini gilirannya mempersembahkan sebuah lagu yang baru-baru ini rilis dan sangat digandrungi para remaja galau, yaitu “Driver License”.  Pada kesempatan kali ini, suara merdunya akan diiringi oleh petikan gitar dari salah satu teman kelasnya, Febriko.Rosea nampak manis dengan celana jeans berwarna putih gading dan badannya dibalut kardigan berwarna cokelat muda. Rambutnya dicepol dengan gaya sedikit berantakan. Riasan tipis dengan lipstik merah
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 11
“Ketakutan akan kebagusan adalah usaha menutupi keburukan.” Lembabnya jalan setapak sehabis hujan menyapa kaki Hana kala berjalan memasuki taman rumah sakit. Langkahnya gontai. Banyak pikiran buruk datang silih berganti. Ia duduk di salah satu bangku dengan lampu taman bersinar kuning.“Nih!”Hana menerima segelas coklat hangat dari orang yang telah menantinya di bangku itu sedari tadi. “Makasih.” Hana paksakan senyum berterima kasih.“Hm, Luk, makasih udah mau mantau Rosea. Jadi gua enggak terlalu telat buat tahu keadaan Rosea tadi.”“Iya, sama-sama. Udahlah wak lu gausah sedih-sedih gitu, gua ikutan sedih.” Luki bersandar pada bangku dan menoleh pada Hana.“Gua enggak habis pikir gitu, lho. Maksud gua tuh gini. Orang baik pasti ada aja cobaannya. Coba para bajingan, bedebah, preman, kenapa hidupnya mujur? Akal gua enggak bisa nerima ini semua,&
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 12
“Tiada manusia yang benar-benar kuat. Sekali pun dia terlihat tegar, salah satu bagian dirinya pasti menampakkan luka.”   Miko gelagapan menjawab pertanyaan Rosea yang baru selesai mandi. Air mukanya berubah merah kala mencari-cari alasan. Hana dan Julian menatap menuntut jawab. Sedangkan Rosea santai dengan handuk di kepalanya. “Ah itu, dosennya ngeliburin. Iya, libur. Nih barusan dikabarin lewat grup.” Miko mengangkat gawainya canggung. Rosea mengangguk, lalu tersenyum. “Kalian mau makan bubur ndak? Pasti blom makan semua kan?” “Biar gua aja yang beliin!” Hana langsung melotot mendengar Miko dan Julian berseru bersamaan. Ia menatap Rosea yang mengedip-ngedipkan matanya cepat. Sahabatnya itu terkejut melihat dua orang laki-laki sangat semangat ingin membantunya. “Hm, oke, mending gua aja gimana yang beli?” tawar Hana dengan nada penuh penekanan. “JANGAN!” “Kalem! Kalem! Jangan pada ngegas
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 13
“Hidup ini memang penuh drama, jadi tidak usah terkejut atau sampai berlebihan dalam menyikapi perangai orang yang bermuka dua.”   Dalam ruangan VIP sebuah klab malam eksklusif,  suara ketukan gelas wine mengiringi pikiran-pikiran Miko yang berkeliaran. Sedari tadi matanya menerawang jauh, memikirkan bagaimana cara menemukan orang yang menyebarkan berita tentang Rosea. Sudah dua jam ia duduk sambil menghabiskan sebotol anggur, tetapi pikirannya semakin buntu. Tadi sore Miko sekongkol dengan Julian dan Hana untuk membohongi Rosea. Miko berkata bahwa latihan dance dibatalkan karena ada turnamen basket antar kampus. Rosea untungnya percaya-percaya saja. Hana pun menghapus room chat UKM dance yang sedang membahas jadwal latihan hari itu. Hana juga pura-pura sebagain bundanya Rosea, lalu menelpon Mas Begas dan mengatakan bahwa Rosea ada acara keluarga mendadak. Malangnya Miko harus pergi dan akhirnya mem
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 14
 “Ketulusan tak pernah meminta balasan. Berbeda dengan dendam yang selalu ingin terbayarkan.”   “Iya aku setuju sama kamu, Chel. Peluang terbesare ya anak HIMA lek enggak gitu ya anak BEM. Tapi sekarang ambil kunci mading dulu.” Susi dan Rachel berjalan beriringan menuju ruang sekretariat BEM. Susi terlihat mungil berada di sebelah Rachel yang bertubuh jenjang. Rachel tadi sempat mengganti alas kaki menjadi sandal setelah makan bebek bersama Miko. “Btw, sorry ya gua ganggu lu.” “Gapapa kok, Chel. Aku juga enggak tega sama orang yang jadi korban. Tapi waktu itu aku enggak tahu harus ngapain soalnya yang lain pada ikutan gosip.” Susi terus bercerita bagaimana teman-temannya menggunjing Rosea sembari membetulkan kacamatanya. “Kok tega gitu ya? Apa ya kan kita sama-sama cewe nih ya, amit-amit kalo kena kita kan enggak enak juga. Udah kena musibah, eh jadi bahan ghibahan. Emang bener mah
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 15
“Perihal menahan rasa yang bergemuruh pada dada, manusia perlu berguru pada kesabaran dan angkara murka, agar tahu bagaimana dampak keduanya.”   “WOY BABI HUTAN!” “Ha? Mana? Mana?” Miko bangun dengan gelagapan. Mukanya masih kusut dengan bekas air liur di pipi kanannya. Bajunya juga terdapat bekas air liurnya. “Lu babi hutannya! Parah banget gila lu ngorok apa kesurupan?” Rachel benar-benar murka. Semalaman setelah adegan Miko yang mabuk setelah minum anggur merah, ia ingin sekali tidur karena lelah seharian ini. Tetapi keinginannya sirna setelah satu setengah jam kemudian. Miko mengorok dengan suara yang lumayan keras. “Ngorok apaan sih? Gua kalo tidur tuh cakep banget. Sangat tenang dan tidak mengeluarkan suara.” “Pret!” Rachel beranjak dari duduknya dan merapikan ruang tamu yang dipenuhi bungkus makanan dan botol anggur merah sisa semalam. Sedangkan Miko memilih melanjutkan tidurnya. Rachel memunguti bu
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 15
“Perihal menahan rasa yang bergemuruh pada dada, manusia perlu berguru pada kesabaran dan angkara murka, agar tahu bagaimana dampak keduanya.”   “WOY BABI HUTAN!” “Ha? Mana? Mana?” Miko bangun dengan gelagapan. Mukanya masih kusut dengan bekas air liur di pipi kanannya. Bajunya juga terdapat bekas air liurnya. “Lu babi hutannya! Parah banget gila lu ngorok apa kesurupan?” Rachel benar-benar murka. Semalaman setelah adegan Miko yang mabuk setelah minum anggur merah, ia ingin sekali tidur karena lelah seharian ini. Tetapi keinginannya sirna setelah satu setengah jam kemudian. Miko mengorok dengan suara yang lumayan keras. “Ngorok apaan sih? Gua kalo tidur tuh cakep banget. Sangat tenang dan tidak mengeluarkan suara.” “Pret!” Rachel beranjak dari duduknya dan merapikan ruang tamu yang dipenuhi bungkus makanan dan botol anggur merah sisa semalam. Sedangkan Miko memilih melanjutkan tidurnya. Rachel memunguti bu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status