Semua Bab Jerat Cinta Lelaki Pengganti: Bab 41 - Bab 50
79 Bab
Lamaran
“Bia Sayang, Bibi pamit pulang dulu, ya.” Anggita berpamitan kepada Sabiya.Waktu menunjukkan sudah pukul 9 malam. Sudah waktunya Anggita pulang setelah seharian ia habiskan menemani Sabiya jalan-jalan.“Bibi kenapa gak nginep di sini aja? Temani Bia tidur malam ini. Lagian kan sebentar lagi Bibi Gita mau jadi mamanya Bia,” ucap Sabiya. Gadis itu merengek sambil mengayun-ayunkan tangan Anggita, manja.Anggita meringis menelan saliva yang terasa mengering di tenggorokannya. Dia melirik ke arah Mahesa meminta bantuan lelaki itu untuk membujuk Sabiya.Mahesa tersenyum tipis. Dia berjongkok untuk menyetarakan tinggi tubuhnya dengan putrinya. Satu tangan terangkat mencubit pipi gembul sang anak tercinta.“Bia serius mau Bibi Gita jadi mamanya Gia?” tanya Mahesa. Gadis kecil itu melihat wajah Anggita sesaat kemudian menganggukkan kepalanya dengan semangat.Anggita mengejapkan
Baca selengkapnya
Anggita Dalam Bahaya
Anggita keluar dari kamarnya untuk melihat keadaan di luar. Suara kegaduhan itu semakin jelas terdengar. Meski takut dia memberanikan diri untuk turun ke bawah melihat apa yang sedang terjadi.Alangkah terkejutnya Anggita ketika melihat kursi-kursi beserta benda-benda lainnya berantakan. Lebih tercengang lagi saat ia melihat dia orang pria berbadan besar mengenakan penutup wajah kini sedang melihat ke arahnya."Siapa kalian?" terur Anggita dengan suara bergetar.Dua pria itu tak menjawab. Mereka malah tertawa puas setelah melakukan pekerjaannya. Dan sekarang, mereka berjalan mendekat ke arah Anggita."Ja-jangan mendekat! Ka-kalian mau apa, hah?" ujar Anggita dengan suara bergetar ketakutan.Dia memundurkan langkahnya menghindari dua pria yang tidak terlihat wajahnya."Jangan takut, cantik. Kami tidak akan menyakitimu," ucap salah satu pria itu mencoba menenangkan Anggita.Wanita itu semakin ke
Baca selengkapnya
Pertolongan Mahesa
"Lepaskan! Tolong jangan sakiti aku!"Anggita memohon sambil menangis gemetar ketakutan. Kedua tangan dan kakinya diikat dengan tali."Diam! Sudah kami katakan, kami tidak akan menyakitimu. Tugas kami hanya membawamu pergi sejauh mungkin dari kota ini," Pria bertopeng itu menyobek lakban kemudian menempelkannya di mulut Anggita.Kedua penjahat itu menutup kepala Anggita dengan kain berwarna hitam. Kemudian membawanya untuk segera pergi dari tempat itu sebelum ada orang yang memergoki mereka.Mereka berjalan dengan tergesa-gesa. Memasukkan tubuh Anggita yang tak berdaya ke dalam bagasi mobil. Baru saja penjahat itu akan menutup bagasi, seseorang dari belakang memukul pundaknya dengan benda tumpul."Aaaarrgh ...."Pria itu meraung kesakitan dan berbalik untuk melihat pelaku yang telah berani memukulnya dari belakang. Belum sempat dia membalas pukulan tersebut Mahesa kembali memukul pria itu hingga terhuyung
Baca selengkapnya
Ini Tidak Sakit Lagi
Anggita mengejapkan mata menyesuaikan penglihatannya dengan silau sinar matahari yang masuk lewat kaca jendela. Dia mendesah mengumpulkan puing-puing memori kemarin malam."Kamu sudah bangun? Bagaimana perasaanmu sekarang?"Anggita menoleh ke arah sumber suara. Mahesa baru saja masuk ke kamar membawakan nampan berisi makanan dan minum untuk Anggita."Aku ada di mana?" tanya Anggita lirih.Mahesa tersenyum lembut. "Kamu aman di rumahku," sahut Mahesa sambil mengusap rambut Anggita."Aku takut sekali. Entah apa yang akan mereka lakukan andai kamu tidak datang menolongku," ucap Anggita lirih. Air matanya terjatuh membasahi pipi putih dan mulus.Mahesa menarik pelan tubuh Anggita ke dalam dekapannya. Mengusap kepala wanita itu dengan lembut menyalurkan rasa aman untuknya."Jangan takut. Aku berjanji kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi. Mereka sudah dibawa ke kantor polisi untuk penyelidi
Baca selengkapnya
Dia Sudah Melamarku
Mahesa menemani Anggita mendatangi kantor polisi untuk memberikan kesaksiannya atas dua penjahat yang berniat mencelakai Anggita. Dari penyelidikan dinyatakan dua penjahat adalah orang bayaran yang mendapat perintah untuk mencelakai Anggita. Namun kedua penjahat itu tidak memberitahu siapa bos mereka karena saat transaksi terjadi mereka tidak bisa melihat wajah bosnya.Mereka juga tidak memiliki nomor ponsel bosnya karena setiap menghubungi mereka bosnya itu menggunakan private number. Namun yang pasti dari suara yang mereka dengar, bos mereka adalah seorang wanita.Mahesa meminta agar polisi menindaklanjuti mencari dalang dibalik kejahatan yang dilakukan kepada Anggita. Setelah dari kantor polisi, Mahesa mengantarkan Anggita pulang. Lelaki itu tidak mengizinkan lagi Anggita tinggal di toko roti sendirian. Dia meminta wanita itu tinggal di rumahnya bersama Sabiya."Kamu istirahat di rumah. Jangan pergi ke mana-mana tanpa ditemani siapa pun. Aku
Baca selengkapnya
Amplop Misterius
Plaaak!Aluna geram mendengar pengakuan Anggita. Deru napasnya memburu naik turun seraya menatap tajam wajah mantan kakak iparnya."Jangan bermimpi! Mahesa tidak mungkin memilih wanita rendahan sepertimu. Seharusnya kamu tahu diri Anggita, kamu itu seorang mantan narapidana!" tegas Aluna dengan sorot kebencian.Wanita yang ditampar itu memegangi pipinya. Dia berbalik menatap tajam wajah Aluna kemudian tersenyum simpul.Plaaaak!Anggita membalas tamparan Aluna dengan keras membuat wanita itu terperanjat kaget dengan perlawanan mantan kakak iparnya."Itu balasan karena kamu baru saja menamparku!" tegas Anggita.Plaaaak!Sekali lagi wanita itu menampar wajah Aluna satunya lagi dengan keras. Membuat siempunya meringis merasakan perih di kedua pipinya."Tamparan itu untuk membalas karena kamu telah menghinaku selama ini!" tegas Anggita dengan senyum sini dan tatapan tajam menata
Baca selengkapnya
Biarkan Seperti Ini
Mahesa menghubungi seorang teman untuk membantunya mencari tahu informasi mengenai foto yang baru saja ia dapatkan.Sungguh dia sama sekali tidak bisa mengingat apa saja yang terjadi di masa kecilnya, dia juga tidak bisa mengingat siapa dan di mana orang tuanya berada. Penjaga panti pernah mengatakan seseorang membawanya ke panti di saat dia dalam keadaan kritis di usia lima tahun.Mahesa semakin penasaran ingin mengingat semuanya. Dia ingin tahu keberadaan orang tuanya, apakah masih hidup atau sudah tiada?"Bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan informasi terbaru?" tanya Mahesa pada seseorang di sebrang teleponnya.'Ya, aku sudah mendapatkan sebuah alamat yang berkaitan dengan tempat yang ada dalam foto yang kamu kirimkan padaku. Aku sudah mengirim alamatnya ke ponselmu.'Mahesa langsung memutus sambungan telepon lalu memeriksa kolom chat untuk melihat alamat yang temannya kirimkan. Dia menghela napas panjang, kemudian
Baca selengkapnya
Kekuatan Tambahan
Suasana di kediaman Mahesa terasa hangat dengan kehadiran Anggita di dalamnya. Keluarga kecil itu terlihat bahagia saat sedang menikmati makan siang bersama memakan masakan yang dibuatkan oleh Anggita.Selepas makan Siang, Anggita menemani Sabiya untuk tidur siang. Gadis kecil itu sangat menempel sekali kepada Anggita seperti kepada ibu kandungnya sendiri. Mahesa pelan-pelan membuka pintu kamar dan mendapati Anggita sedang berbaring bersama Sabiya.Lelaki beralis tebal itu tersenyum dan merasa terharu melihat pemandangan tersebut kemudian menutup pintu kembali dengan hati-hati agar tidak membangunkan mereka.Dia berjalan menuju ruang tengah dan mendudukkan tubuhnya di atas sofa. Pikirannya sedang tidak baik-baik saja saat ini. Mahesa menyenderkan punggungnya pada penyangga sofa dan menghela napas panjang. Dia memejamkan mata dan memijit kepalanya yang terasa berdenyut sakit."Kamu terlihat sangat lelah sekali hari ini," ucap Anggita.Mahesa membuka
Baca selengkapnya
Membuat Roti Malam
Anggita terbangun dari tidurnya saat merasakan kerongkongannya kering. Dia melihat gelas di atas nakasnya kosong. Terpaksa wanita itu turun dari ranjang dan bergegas ke dapur untuk mengambil air minum."Mahesa?" gumam Anggita kaget saat melihat lelaki itu masih berkutat di dapur sedang membuat adonan roti.Lelaki beralis tebal itu mendongak melihat Anggita yang baru saja masuk ke dapur."Kenapa kamu belum tidur?" tanya Anggita heran.Mahesa menghentikan aktivitasnya. "Aku tidak bisa tidur. Kamu sendiri kenapa tidak tidur?" tanya Mahesa.Wanita itu membuka lemari pendingin kemudian mengambil air dan menuangkannya ke dalam gelas. "Aku tadi sudah tidur, tapi tenggorokanku terasa kering," sahut Anggita setelah itu dia meneguk air di gelasnya hingga tandas kemudian menyimpan gelas kosong itu di atas meja.Mahesa hanya mengangguk sambil menguleni adonan roti."Perlu kutemani?""Kamu gak
Baca selengkapnya
Belum Menyetujuinya
Mahesa menghentikan ciumannya saat merasakan sesuatu berdesir dalam tubuhnya. Dia menginginkan hal yang lebih dari sekedar mencium bibir wanita di hadapannya.Mahesa menggiring Anggita ke awah westafel untuk mencuci tangan dan wajah mereka yang terkena tepung dan mentega. Setelah itu dia kembali menyerang Anggita. Mencium dan melumatnya penuh gairah.Lelaki beralis tebal itu menggigit bibir bawah Anggita agar wanita itu membuka mulutnya membiarkan lidahnya masuk dan mengambsen apa saja yang ada di sana.Anggita mendesah pasrah mendapat sentuhan bergairah dari Mahesa. Hatinya ingin menolak tetapi tubuhnya terangsang dan ingin melakukan lebih.Mahesa berhenti mencium bibir Anggita. Sekarang dia turun ke arah leher jenjang wanita itu. Mencium dan memberikan tanda merah penuh gairah apa lagi saat mendengar suara desahan yang keluar dari bibir Anggita.Entah sejak kapan dan siapa yang memulainya. Saat ini Anggita dan Mahesa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status