Mahesa menemani Anggita mendatangi kantor polisi untuk memberikan kesaksiannya atas dua penjahat yang berniat mencelakai Anggita. Dari penyelidikan dinyatakan dua penjahat adalah orang bayaran yang mendapat perintah untuk mencelakai Anggita. Namun kedua penjahat itu tidak memberitahu siapa bos mereka karena saat transaksi terjadi mereka tidak bisa melihat wajah bosnya.
Mereka juga tidak memiliki nomor ponsel bosnya karena setiap menghubungi mereka bosnya itu menggunakan private number. Namun yang pasti dari suara yang mereka dengar, bos mereka adalah seorang wanita.Mahesa meminta agar polisi menindaklanjuti mencari dalang dibalik kejahatan yang dilakukan kepada Anggita. Setelah dari kantor polisi, Mahesa mengantarkan Anggita pulang. Lelaki itu tidak mengizinkan lagi Anggita tinggal di toko roti sendirian. Dia meminta wanita itu tinggal di rumahnya bersama Sabiya."Kamu istirahat di rumah. Jangan pergi ke mana-mana tanpa ditemani siapa pun. AkuPlaaak!Aluna geram mendengar pengakuan Anggita. Deru napasnya memburu naik turun seraya menatap tajam wajah mantan kakak iparnya."Jangan bermimpi! Mahesa tidak mungkin memilih wanita rendahan sepertimu. Seharusnya kamu tahu diri Anggita, kamu itu seorang mantan narapidana!" tegas Aluna dengan sorot kebencian.Wanita yang ditampar itu memegangi pipinya. Dia berbalik menatap tajam wajah Aluna kemudian tersenyum simpul.Plaaaak!Anggita membalas tamparan Aluna dengan keras membuat wanita itu terperanjat kaget dengan perlawanan mantan kakak iparnya."Itu balasan karena kamu baru saja menamparku!" tegas Anggita.Plaaaak!Sekali lagi wanita itu menampar wajah Aluna satunya lagi dengan keras. Membuat siempunya meringis merasakan perih di kedua pipinya."Tamparan itu untuk membalas karena kamu telah menghinaku selama ini!" tegas Anggita dengan senyum sini dan tatapan tajam menata
Mahesa menghubungi seorang teman untuk membantunya mencari tahu informasi mengenai foto yang baru saja ia dapatkan.Sungguh dia sama sekali tidak bisa mengingat apa saja yang terjadi di masa kecilnya, dia juga tidak bisa mengingat siapa dan di mana orang tuanya berada. Penjaga panti pernah mengatakan seseorang membawanya ke panti di saat dia dalam keadaan kritis di usia lima tahun.Mahesa semakin penasaran ingin mengingat semuanya. Dia ingin tahu keberadaan orang tuanya, apakah masih hidup atau sudah tiada?"Bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan informasi terbaru?" tanya Mahesa pada seseorang di sebrang teleponnya.'Ya, aku sudah mendapatkan sebuah alamat yang berkaitan dengan tempat yang ada dalam foto yang kamu kirimkan padaku. Aku sudah mengirim alamatnya ke ponselmu.'Mahesa langsung memutus sambungan telepon lalu memeriksa kolom chat untuk melihat alamat yang temannya kirimkan. Dia menghela napas panjang, kemudian
Suasana di kediaman Mahesa terasa hangat dengan kehadiran Anggita di dalamnya. Keluarga kecil itu terlihat bahagia saat sedang menikmati makan siang bersama memakan masakan yang dibuatkan oleh Anggita.Selepas makan Siang, Anggita menemani Sabiya untuk tidur siang. Gadis kecil itu sangat menempel sekali kepada Anggita seperti kepada ibu kandungnya sendiri. Mahesa pelan-pelan membuka pintu kamar dan mendapati Anggita sedang berbaring bersama Sabiya.Lelaki beralis tebal itu tersenyum dan merasa terharu melihat pemandangan tersebut kemudian menutup pintu kembali dengan hati-hati agar tidak membangunkan mereka.Dia berjalan menuju ruang tengah dan mendudukkan tubuhnya di atas sofa. Pikirannya sedang tidak baik-baik saja saat ini. Mahesa menyenderkan punggungnya pada penyangga sofa dan menghela napas panjang. Dia memejamkan mata dan memijit kepalanya yang terasa berdenyut sakit."Kamu terlihat sangat lelah sekali hari ini," ucap Anggita.Mahesa membuka
Anggita terbangun dari tidurnya saat merasakan kerongkongannya kering. Dia melihat gelas di atas nakasnya kosong. Terpaksa wanita itu turun dari ranjang dan bergegas ke dapur untuk mengambil air minum."Mahesa?" gumam Anggita kaget saat melihat lelaki itu masih berkutat di dapur sedang membuat adonan roti.Lelaki beralis tebal itu mendongak melihat Anggita yang baru saja masuk ke dapur."Kenapa kamu belum tidur?" tanya Anggita heran.Mahesa menghentikan aktivitasnya. "Aku tidak bisa tidur. Kamu sendiri kenapa tidak tidur?" tanya Mahesa.Wanita itu membuka lemari pendingin kemudian mengambil air dan menuangkannya ke dalam gelas. "Aku tadi sudah tidur, tapi tenggorokanku terasa kering," sahut Anggita setelah itu dia meneguk air di gelasnya hingga tandas kemudian menyimpan gelas kosong itu di atas meja.Mahesa hanya mengangguk sambil menguleni adonan roti."Perlu kutemani?""Kamu gak
Mahesa menghentikan ciumannya saat merasakan sesuatu berdesir dalam tubuhnya. Dia menginginkan hal yang lebih dari sekedar mencium bibir wanita di hadapannya.Mahesa menggiring Anggita ke awah westafel untuk mencuci tangan dan wajah mereka yang terkena tepung dan mentega. Setelah itu dia kembali menyerang Anggita. Mencium dan melumatnya penuh gairah.Lelaki beralis tebal itu menggigit bibir bawah Anggita agar wanita itu membuka mulutnya membiarkan lidahnya masuk dan mengambsen apa saja yang ada di sana.Anggita mendesah pasrah mendapat sentuhan bergairah dari Mahesa. Hatinya ingin menolak tetapi tubuhnya terangsang dan ingin melakukan lebih.Mahesa berhenti mencium bibir Anggita. Sekarang dia turun ke arah leher jenjang wanita itu. Mencium dan memberikan tanda merah penuh gairah apa lagi saat mendengar suara desahan yang keluar dari bibir Anggita.Entah sejak kapan dan siapa yang memulainya. Saat ini Anggita dan Mahesa
"Kenapa dia ada di rumahmu?" Aluna mempertanyakan keberadaan Anggita di rumah Mahesa.Ya, meskipun dia sudah tahu sebelumnya tetapi dia ingin mendengar langsung dari Mahesa."Beberapa hari yang lalu ada orang jahat ingin mencelakai Anggita, itu sebabnya aku meminta dia untuk tinggal di rumahku sementara waktu," jelas Mahesa tanpa menoleh ke arah Aluna karena dia sedang fokus dengan kemudi mobilnya.Aluna mengepalkan kedua tangan di atas pahanya. Antara gugup dan kesal. Gugup karena takut perbuatannya akan terbongkar dan kesal karena Mahesa begitu peduli kepada Anggita."Tapi kenapa harus tinggal di rumahmu?" gerutu Aluna memperlihatkan ketidaksukaannya atas keputusan Mahesa membawa Aluna tinggal di rumahnya."Itu karena permintaan Sabiya. Dia sangat menyukai Anggita," sahut Mahesa.Dia melihat wajah Aluna sekilas lewat kaca spion depan."karena Sabiya atau karena kamu menyukainya?" Aluna menyi
Di kediaman Radeya. Arumi terlihat cemas setelah berbicara dengan seseorang melalui sambungan teleponnya. Wanita paruh baya itu berjalan tergesa hendak segera pergi dari rumah.Namun, langkahnya terhenti sejenak tatkala ia berpapasan dengan Nino yang baru saja pulang dari kantor. "Mama mau pergi ke mana?" tanya Nino yang baru saja masuk ke dalam rumah sepulang dari kantor.Arumi cukup kaget melihat keberadaan putranya. Namun, ia berusaha bersikap tenang agar tidak membuat Nino mencurigainya."Mama akan menemui seorang teman. Ada hal penting yang harus kami bicarakan," sahut Arumi.Mata pria muda itu menyipit menatap wajah mamanya. "Malam-malam seperti ini?” tanyanya ragu.Saat ini waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Nino merasa aneh melihat sang mama akan pergi saat ini. Ia merasa ada sesuatu hal yang sedang disembunyikan Arumi, tetapi ia tidak tahu hal apa yang se
"Esa, maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu–"Mahesa tersenyum kemudian menarik tubuh Anggita ke dalam dekapannya dan tidak membiarkan wanita itu melanjutkan perkataannya."Tidak apa-apa. Aku sangat mengerti perasaanmu," ujar Mahesa."Kamu tidak marah atau cemburu?" tanya Anggita di balik dekapan Mahesa."Hei, kenapa aku harus merasa cemburu dengan dia yang jelas sudah tidak ada lagi di dunia ini? Sekarang, kamu ini hanya milikku dan akan selamanya menjadi milikku, karena sebentar lagi kita akan menikah," ucap Mahesa tenang dan penuh percaya diri.Anggita tersenyum tipis dan membalas pelukan Mahesa dengan sangat erat serta membenamkan kepalanya di dada bidang pria yang sebentar lagi akan menjadi suami barunya itu.Meski saat ini hatinya cukup terganggu dengan kehadiran Devan dalam mimpinya yang terasa begitu nyata. Namun, Anggita berusaha menepikan perasaannya sendiri. Ia harus melupakan masa lalu dan