Semua Bab Jerat Cinta Lelaki Pengganti: Bab 51 - Bab 60
79 Bab
Aku Mencintainya
"Kenapa dia ada di rumahmu?" Aluna mempertanyakan keberadaan Anggita di rumah Mahesa.Ya, meskipun dia sudah tahu sebelumnya tetapi dia ingin mendengar langsung dari Mahesa."Beberapa hari yang lalu ada orang jahat ingin mencelakai Anggita, itu sebabnya aku meminta dia untuk tinggal di rumahku sementara waktu," jelas Mahesa tanpa menoleh ke arah Aluna karena dia sedang fokus dengan kemudi mobilnya.Aluna mengepalkan kedua tangan di atas pahanya. Antara gugup dan kesal. Gugup karena takut perbuatannya akan terbongkar dan kesal karena Mahesa begitu peduli kepada Anggita."Tapi kenapa harus tinggal di rumahmu?" gerutu Aluna memperlihatkan ketidaksukaannya atas keputusan Mahesa membawa Aluna tinggal di rumahnya."Itu karena permintaan Sabiya. Dia sangat menyukai Anggita," sahut Mahesa.Dia melihat wajah Aluna sekilas lewat kaca spion depan."karena Sabiya atau karena kamu menyukainya?" Aluna menyi
Baca selengkapnya
Mimpi Bertemu Devan
Di kediaman Radeya. Arumi terlihat cemas setelah berbicara dengan seseorang melalui sambungan teleponnya. Wanita paruh baya itu berjalan tergesa hendak segera pergi dari rumah.Namun, langkahnya terhenti sejenak tatkala ia berpapasan dengan Nino yang baru saja pulang dari kantor. "Mama mau pergi ke mana?" tanya Nino yang baru saja masuk ke dalam rumah sepulang dari kantor.Arumi cukup kaget melihat keberadaan putranya. Namun, ia berusaha bersikap tenang agar tidak membuat Nino mencurigainya."Mama akan menemui seorang teman. Ada hal penting yang harus kami bicarakan," sahut Arumi.Mata pria muda itu menyipit menatap wajah mamanya. "Malam-malam seperti ini?” tanyanya ragu.Saat ini waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Nino merasa aneh melihat sang mama akan pergi saat ini. Ia merasa ada sesuatu hal yang sedang disembunyikan Arumi, tetapi ia tidak tahu hal apa yang se
Baca selengkapnya
Cincin Couple
"Esa, maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu–"Mahesa tersenyum kemudian menarik tubuh Anggita ke dalam dekapannya dan tidak membiarkan wanita itu melanjutkan perkataannya."Tidak apa-apa. Aku sangat mengerti perasaanmu," ujar Mahesa."Kamu tidak marah atau cemburu?" tanya Anggita di balik dekapan Mahesa."Hei, kenapa aku harus merasa cemburu dengan dia yang jelas sudah tidak ada lagi di dunia ini? Sekarang, kamu ini hanya milikku dan akan selamanya menjadi milikku, karena sebentar lagi kita akan menikah," ucap Mahesa tenang dan penuh percaya diri.Anggita tersenyum tipis dan membalas pelukan Mahesa dengan sangat erat serta membenamkan kepalanya di dada bidang pria yang sebentar lagi akan menjadi suami barunya itu.Meski saat ini hatinya cukup terganggu dengan kehadiran Devan dalam mimpinya yang terasa begitu nyata. Namun, Anggita berusaha menepikan perasaannya sendiri. Ia harus melupakan masa lalu dan
Baca selengkapnya
Foto Devan
Di kantor Radeya, pria paruh baya itu sedang melakukan meeting penting dengan para kolega bisnis untuk mengembangkan perusahaan mereka, termasuk Mahesa, Aluna, Nino dan Arumi berada di dalamnya.Mahesa kembali ke ruangannya setelah acara meeting selesai. Ada banyak pekerjaan yang sedang menanti pria tampan itu.Saat ia baru saja akan duduk di kursinya, iris cokelat itu tak sengaja melihat sebuah amplop misterius tergeletak di atas meja kerjanya.Kedua alis tebal itu saling bertautan menatap penuh rasa penasaran akan isi dari amplop tersebut. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang, tetapi tak ada siapa pun tinggal di ruangannya. Ia mengambil dan membolak balikkan surat itu kemudian satu tangannya menekan tombol telepon untuk menghubungi sekretarisnya."Sisil, apa kau tahu dari siapa surat ini?" tanya Mahesa kepada sang sekretaris.Wanita bernama Sisil itu menggelengkan kepalanya. Ia hanya mengantar surat te
Baca selengkapnya
Secercah Harapan
"Dari mana kamu mendapatkan foto-foto ini? Apa aku sedang tidak salah melihat? Pria di dalam foto ini mirip sekali dengan putraku," ujar Radeya dengan suara yang bergetar menahan gejolak perasaan yang sulit diartikan saat melihat wajah yang begitu mirip dengan putra kebanggaannya yang sudah tiada."Benar, Pak. Pria di foto itu sepertinya benar-benar Tuan Muda Devan, putra Anda, Pak. Awalnya saya juga bingung mengapa Bu Arumi pergi ke rumah sakit, tapi setelah saya tanyakan kepada suster yang bertugas di sana, dia mengatakan bahwa pasien yang ditemui Bu Arumi bernama Devan. Selama dua tahun ini Tuan Devan koma dan baru kemarin dia sadar," jelas asisten pribadi Radeya.Ya, dia mengancam seorang suster yang bekerja di rumah sakit itu agar memberikan informasi yang jelas dan benar kepadanya hingga terungkaplah bahwa sebenarnya putra atasannya itu ternyata masih hidup.Satu tangan Radeya mengepal meremas foto-foto pemberian asisten pribadinya, semen
Baca selengkapnya
Bertemu Devan
"Devan ...."Arumi terkejut melihat kedatangan Radeya, Aluna dan Nino yang menerobos masuk ke dalam ruang rawat Devan.Wanita paruh baya itu refleks memundurkan tubuhnya membiarkan sangat suami melihat keadaan putranya yang disangka sudah tiada."Pa ...," lirih Devan saat ia bisa kembali melihat wajah papanya.Sebulir cairan bening luruh dari kedua sudut mata Devan begitu pun Radeya. Dua pria itu saling berpelukan dengan hati-hati karena tubuh Devan masih sangat lah lemah."Kenapa ini bisa terjadi? Papa ... Papa kira kau sudah meninggal dalam kecelakaan helikopter itu," ujar Radeya sembari menangis tersedu.Lega dan bahagia karena putra kesayangannya masih hidup. Dia selamat dari kecelakaan pesawat du tahun yang lalu."Syukurlah kau selamat, Nak. Papa sangat bahagia," ucap Radeya lagi. "Terima kasih, Nak. Kamu sudah kembali kepadaku," sambungnya lagi tak bisa membendung rasa syukur dan bahagia
Baca selengkapnya
Asal Kamu di Sisiku
Anggita sangat terkejut mendengar kabar tentang Devan yang sedang ada di rumah sakit dari Nino. Ia yang semula sedang menunggu dijemput oleh mahesa langsung bergegas menghentikan taksi dan langsung pergi tanpa menunggu kedatangan Mahesa. “Pak, tolong antar saya ke rumah sakit!” titahnya kepada sopir taksi yang ia tumpangi. Hati Anggita dipenuhi dengan perasaan yang sulit diartikan. Antara bahagia dan juga bersyukur karena ternyata suaminya masih hidup. Saat ini sejenak dia melupakan tentang hubungannya dengan Mahesa. Rasa hati sudah tak sabar ingin segera sampai di rumah sakit dan menemui Devan yang selama ini dia rindui. Begitu taksi yang ditumpanginya berhenti di depan rumah sakit, Anggita langsung turun dan bergegas masuk. Dia bertanya kepada petugas resepsionis mengenai ruangan yang ditempati oleh Devan. Setelah mendapatkan info, Anggita langsung bergegas mencari ruangan Devan.
Baca selengkapnya
Jangan Mencemaskan Apa pun
Bagai ada pedang yang menusuk tepat di ulu hati Anggita. Rasanya sangat sakit dan juga menyesakkan. Tatapan Devan begitu tulus penuh cinta, sama seperti dua tahun yang lalu saat mereka masih menjadi suami istri. Anggita merasa sangat bersalah karena ia sudah berhubungan dengan Mahesa. Dan sekarang keadaannya menjadi terasa rumit baginya. “Anggi,” panggil Devan. Wanita itu segera tersadar dari pikirannya. “Ya?” sahutnya bingung. Devan diam selama beberapa detik masih memandangi wajah Anggita. “Ada apa? Kenapa kamu malah melamun?” tanya Devan. Anggita tersenyum tipis kemudian menggelengkan kepalanya. “aku hanya sedang memikirkan pekerjaanku,” sahut Anggita berbohong. “Jangan memikirkan apa pun saat kamu sedang bersamaku. Kamu hanya boleh memikirk
Baca selengkapnya
Tidak Ingin Makan dan Minum Obat
"Aku tak menyangka kamu tega melakukan semua ini kepadaku. Apa salah Devan sehingga kamu memalsukan kematiannya?" ucap Radeya. Terdengar nada kekecewaan dari pria paruh baya itu. Dia menatap sinis wajah sang istri yang baru saja duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya. Arumi menelan salivanya dengan susah payah. Dia merasakan sedikit gugup berhadapan dengan suaminya karena satu rahasianya terbongkar. "Kenapa kamu menyembunyikan Devan dariku? Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan diam-diam tanpa sepengetahuanku?" tanya Radeya lagi. Arumi menghela napas panjang dan membenarkan posisi duduknya. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyembunyikan Devan apa lagi sampai mencelakainya," sahut Arumi lirih. Ya, dia memang bukan wanita yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Semua yang terjadi kepada Devan murni kecelakaan tak terduga. Memang benar. Dia bersalah karena menyembunyikan kebenar
Baca selengkapnya
Di Antara Dua Lelaki Tangguh
Dengan berat hati dan sangat terpaksa Aluna meninggalkan ruang rawat Devan untuk menghubungi Anggita. Meminta wanita yang masih menjadi kakak iparnya itu untuk datang menemui Devan.Di toko roti. Anggita sedang bersama Mahesa baru saja akan pergi menemui seseorang yang mengaku mengenal ibu kandung Mahesa. Niatnya untuk menemani Mahesa urung karena mendapatkan telepon dari Aluna yang memberi tahu bahwa Devan ingin bertemu dengannya."Kenapa? Siapa yang menelepon?" tanya Mahesa yang saat itu baru saja membukakan pintu mobil untuk Anggita.Anggita menghela napas panjang dan menggigit pelan bibir bawahnya. Ia merasa tidak enak hati kepada Mahesa karena ia tidak bisa ikut pergi bersamanya."Aluna yang menelepon. Dia bilang Devan tidak mau makan dan minum obatnya kalau aku tidak datang sekarang," ucap Anggita dengan ragu-ragu takut membuat Mahesa marah.Duda tampan itu mengangguk-anggukkan kepalanya dan menghela napas pelan.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status