Semua Bab Penguasa Benua Timur: Bab 31 - Bab 40
782 Bab
31 – Kapal Guichuan
Kapal Zhou Fu dan Shen Shen bergerak ke tenggara, menuju sebuah laut dangkal yang mereka yakini menjadi habitat montipora biru keunguan. Jauh dari arah tenggara, terlihat ada sebuah titik yang bergerak mendekat. Seorang awak kapal berlari untuk memberi tahu Zhou Fu tentang titik yang bergerak mendekat itu.Kapal milik Feng Yaoshan yang kini dikuasai Zhou Fu dan Shen Shen memang dinaiki oleh sepuluh awak kapal yang semuanya adalah anak buah dari Feng Yaoshan. Sepuluh awak kapal itu secara khusus diminta oleh Zhou Fu untuk menemani pelayarannya sebab ia dan Shen Shen belum memiliki banyak pengalaman tentang perkapalan. “Tuan muda Zhou, ada kapal yang mendekat ke arah kita. Apakah kami bisa membelokkan arah kapal sekarang dan bergerak menjauh secepatnya? Saya khawatir jika kapal yang mendekat itu adalah gerombolan perompak,” seorang awak kapal membungkuk memberi laporan kepada Zhou Fu yang sedang serius mengamati peta buatan Feng Yaoshan.“A
Baca selengkapnya
32 – Manusia Berbalut Kain Putih
“Maafkan kami, Tuan muda! Kami harus turun untuk memeriksa!” seru salah seorang pendekar Shamo.Bersamaan dengan hal tersebut, mata Zhou Fu menangkap tiga siluet pendekar yang sedang berkelebat melesat menuju ke tempatnya berdiri. Tentu saja itu artinya sebuah pertempuran akan segera terjadi. Zhou Fu mendengus kesal karena ia belum memiliki strategi apapun untuk melawan pendekar-pendekar Shamo itu.Buggg Buugg Buug!!!Pendaratan tiga pendekar Shamo itu sempat membuat kapal Zhou Fu sedikit oleng. Kondisi kapal yang sempat oleng membuat beberapa percikan air laut masuk ke badan kapal dan membasahi lantai kayu. Tiga pendekar saja sudah membuat kapalnya oleng, ia tak bisa membayangkan jika kapalnya diserbu dua belas pendekar dalam waktu yang bersamaan.“Sudah kuduga! Dia bukan tuan muda Feng!” seorang pendekar dengan kulit yang paling hitam berseru kepada teman-temannya.Zhou Fu melempar senyum kecil dan memberi hormat,
Baca selengkapnya
33 – Memasuki Peradaban yang Tenggelam
Identitas manusia berbalut kain putih itu masih menjadi misteri. Mengapa ia menenggelamkan kapal orang Shamo, mengapa ia tak berminat menyerang Zhou Fu dan Shen Shen, semuanya masih menjadi tanda tanya besar. Terlepas dari siapa orang itu sebenarnya, Zhou Fu yakin jika orang tersebut memiliki kemampuan yang jauh lebih unggul dari dia.“Untunglah dia tidak mengejar kita,” ujar Shen Shen yang juga turut melihat kepergian si manusia berbaju putih meninggalkan kapal Shamo yang karam.“Sepertinya, orang Shamo memang berselisih dengan banyak pihak! Orang itu salah satunya!” tukas Zhou Fu merespon kalimat Shen Shen, tetapi tatapan mata Shen Shen belum bisa berpaling dari arah kapal Shamo yang sedang tenggelam perlahan-lahan.“Apa kapal yang karam itu mengganggu pikiranmu?” Tanya Zhou Fu penasaran.“Tidak. Aku tidak berpikir tentang kapal itu. Tapi, tentang kasus yang pernah menimpa beberapa keluarga bangsawan di Caihong,
Baca selengkapnya
34 – Paviliun Bunga Teratai
Itulah pintu masuk menuju Peradaban yang Tenggelam. Sebuah ruang kosong yang terhimpit tiga pusaran air dengan diameter masing-masing lingkaran adalah empat meter. Ruang kosong itu nampak seperti sebuah lorong tanpa air yang berada di tengah-tengah lautan. Lorong tersebut juga seolah membuat jarak dengan pusaran-pusaran air yang menghimpitnya.Sejenak Zhou Fu merasa aneh sebab Shen Shen mengatakan jika Peradaban yang Tenggelam adalah tempat kuno yang terendam air. Sementara itu, tepat di depan matanya ada sebuah pintu masuk yang jelas-jelas tak berisi air sedikit pun.“Untuk apa mencari montipora purba jika begini keadaannya?” batin Zhou Fu keheranan. Meski demikian, Zhou Fu melompat ke atas bersama Shen Shen lalu menerjunkan diri ke dalam ruang tanpa air itu untuk memastikan keadaan. Shen Shen berpegangan erat pada tubuh Zhou Fu selagi mereka berdua memasuki lorong tersebut.Mereka berdua seperti sedang disedot dari dalam oleh sesuatu yang tak nampa
Baca selengkapnya
35 – Cahaya di Balik Reruntuhan Kuno
Zhou Fu membuka matanya perlahan-lahan untuk mengintip isi dari pipa emas di genggaman tangannya. Shen Shen melihat dua alis Zhou Fu menyatu seketika sesaat setelah pemuda itu menengok isi dari tabung keemasan. Zhou Fu menggeleng-gelengkan kepala beberapa kali sembari menunjukkan isinya pada Shen Shen.K O S O N G ! ! !Itulah sebuah kata yang seolah diserukan oleh Zhou Fu ketika mendapati tabung keemasan yang digenggamnya ternyata tidak berisi apa-apa. Tangan Shen Shen meraih benda tersebut dan mengintip berulang kali ke dalamnya sebelum akhirnya ia juga menggeleng-gelengkan kepala kecewa.Sudah kuduga, pasti ada orang lain yang sudah pernah mengambilnya. Begitulah kalimat Shen Shen yang diungkapkan lewat bahasa tubuh kepada Zhou Fu. Shen Shen pun kemudian menarik tangan Zhou Fu, mengajak pemuda itu untuk menjelajahi hamparan peninggalan kuno yang tenggelam oleh laut Luzon itu.Mereka berdua mulai meninggalkan Paviliun Bunga Teratai dan menyisir peningga
Baca selengkapnya
36 – Haku
Ada yang tidak biasa! Zhou Fu membatin curiga. Cahaya-cahaya yang berpasangan dari dalam reruntuhan itu, nyatanya sedang berbaris dengan amat rapi dan teratur. Cahaya itu berjajar dan saling berkedip bergantian. Itu adalah sepasang mata! Jelas itu adalah sepasang mata, tapi, tidak masuk akal juga jika mereka disebut sebagai sepasang mata! Kening Zhou Fu berkerut selagi dia terus mengamati sorot-sorot mata tajam di balik reruntuhan kuno. Sebisa mungkin, ia tidak membuat gerakan yang tiba-tiba, sebab sifat naluriah binatang adalah merespon gerakan yang tiba-tiba. Itu pun jika benar bahwa yang sedang bersembunyi adalah makhluk atau binatang. Logika Zhou Fu mengatakan, kalaupun berpasang-pasang cahaya itu adalah sepasang mata, maka kepala dari tiap-tiap makhluk tersebut tentunya juga besar karena mengikuti ukuran matanya yang berdiameter lima belas centimeter. Lalu, bagaimana bisa sorot-sorot mata itu justru berjajar berdempetan, seolah mereka adalah makh
Baca selengkapnya
37 – Misteri Haku
Tubuh Haku menggeliat di dalam air seperti sedang mempersiapkan diri sebelum bertarung. Kepalanya bergoyang ke kanan dan kiri begitu juga tubuh dan sirip ekornya. Sementara itu, dua pasang kaki Haku nampak sedang mencengkeram air beberapa kali, seolah sedang bersiap untuk mencabik siapa saja yang mengganggu tidur siangnya.Gerakan-gerakan kecil yang dilakukan Haku nyatanya berdampak cukup besar, bebatuan seukuran tubuh orang dewasa berhamburan ke berbagai arah akibat terkena gelombang air yang ditimbulkan dari pergerakan Haku. Untuk beberapa saat Zhou Fu terlihat menyesuaikan diri dengan keadaan air yang sebelumnya tenang kini menjadi bergelombang.Beberapa detik setelah Haku menggeliat, tubuhnya melesat ke arah Zhou Fu, membuat Zhou Fu mempercepat laju pergerakannya di dalam air menuju ke permukaan. Menurutnya, bertempur di kedalaman lautan sama dengan menyerahkan nyawa secara cuma-cuma. Dalam tiap-tiap kedalaman lautan memiliki tekanan berbeda-beda pada tubuh manusia
Baca selengkapnya
38 – Paviliun Ketiga
Haku masih menggeliat manja di tempatnya berada. Tubuhnya bergoyang pelan, kepalanya mengangguk-angguk dan seluruh mata di tubuhnya berkedip seirama. Ia seperti sedang memohon kepada Zhou Fu untuk mendatanginya dan memberinya sebuah usapan lembut di kepala.Sementara itu, Zhou Fu dan Shen Shen sedang memandangi makhluk tersebut dari jarak 20 meter jauhnya. Melihat tatapan Haku yang penuh harap, Shen Shen menyenggol-nyenggol lengan Zhou Fu untuk mengajaknya pergi menjauh saja. Bisa jadi, bisa jadi makhluk besar itu hanya berpura-pura saja, pikir Shen Shen.Zhou Fu menangkis tangan Shen Shen pelan, memintanya untuk bersembunyi jika ketakutan namun Shen Shen menggelengkan kepala. Nyatanya, bersembunyi dan jauh dari Zhou Fu rasanya lebih menakutkan bagi Shen Shen. Haku bukanlah satu-satunya makhluk yang mungkin mendiami laut Luzon. Setidaknya itu yang menghantui pikiran Shen Shen hingga perempuan itu enggan untuk jauh-jauh lagi dari Zhou Fu.‘Baiklah, tetap di
Baca selengkapnya
39 – Kejadian Tak Terduga
Bebarengan dengan terbukanya mulut patung kepala singa, Shen Shen mengguncang-guncang pundak Zhou Fu dengan keras. Zhou Fu yang sedang bersemangat mengawasi mulut patung singa, terpaksa menoleh ke arah Shen Shen seketika. Alis Zhou Fu berkerut bersamaan sewaktu melihat wajah Shen Shen yang menunjukkan ekspresi menahan sesuatu yang berat dan tertahan.“Sialan, begitu saja sudah tidak kuat!” Zhou Fu menggerutu dalam hati ketika mendapati wajah Shen Shen sudah menunjukkan tanda-tanda kekurangan oksigen.Shen Shen tak tahu bagaimana ekspresi Zhou Fu sebab dua matanya sudah terpejam amat rapat, guna memperkuat pertahanan dirinya melawan desakan paru-paru yang membutuhkan asupan udara. Dadanya semakin terasa berat karena ditempa tekanan bawah laut yang mulai terasa.Sebenarnya, montipora purba juga memiliki efek menangkal rasa tertekan di dada ketika berada di kedalaman. Jika Shen Shen sudah menunjukkan gejala-gejala kehabisan udara, tentu saja efek montip
Baca selengkapnya
40 – Hasil Temuan Zhou Fu
Siluet hitam seekor binatang raksasa mendekat ke arah kapal Guichuan yang bersandar di perairan dangkal. Shen Shen terlihat beberapa kali mendongakkan kepala ke atas untuk membuat air di pelupuk matanya tidak terjatuh. Rasanya tak sepadan sekali jika dia harus khawatir berlebihan kepada orang yang saat ini berteriak-teriak dengan lantang dan riang.Kapal Guichuan bergoyang-goyang seiring dengan mendekatnya Haku ke arah kapal. Membuat Shen Shen mencengkeram dengan erat balok kayu di tepian kapal. Ketika guncangan yang ditimbulkan dari raksasa Haku semakin kuat, Shen Shen berteriak sekencang mungkin pada Zhou Fu untuk memperingatkan.“Jangan terlalu bersemangat! Guncangan dari hewan peliharaan barumu itu bisa membalikkan kapal kau tahu!!!” Teriak Shen Shen keras.“Begitukah? Baiklah, Haku.... Pelankan gerakanmu…” Teriak Zhou Fu merespon peringatan dari Shen Shen, Haku yang menerima perintah dan isyarat dari Zhou Fu langsung berhenti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
79
DMCA.com Protection Status