All Chapters of Penguasa Benua Timur: Chapter 21 - Chapter 30
782 Chapters
21 – Rao Guohoa
Rao Guohoa adalah salah satu pendekar berpengaruh di organisasi Kelelawar Merah, sebuah organisasi hitam yang memiliki markas di wilayah bebas hukum di daratan Caihong. Negeri Caihong merupakan sebuah negeri yang memiliki daratan paling luas di antara yang lain, di dalamnya ada sebuah wilayah khusus yang disebut sebagai wilayah bebas hukum Caihong. Wilayah bebas hukum Caihong adalah sebuah daratan luas yang dipisah oleh sungai Juda. Sungai seluas tiga kilo meter itu berhasil membuat daratan yang dibelahnya menjadi sebuah wilayah terisolir.  Wilayah tersebut kemudian menjadi lokasi bersarangnya beberapa sekte dan organisasi hitam.Daratan Caihong sendiri memiliki jarak setara dengan berjalan kaki selama enam bulan dengan pulau Jidong. Keberadaan Rao Guohoa di sekitar pulau Jidong menandakan jika organisasi Kelelawar Merah sudah berhasil melakukan perluasan wilayah dan kemungkinan besar Rao Guohoa diangkat menjadi pemimpin di wilayah baru.Tak diketahui dengan jelas
Read more
22 – Mampir di Dengguang
Sesaat ketika Rao Guohoa melepaskan serangan terakhirnya, Zhou Fu sempat melihat jika Rao Guohoa terkulai tak sadarkan diri. Karena tubuhnya berada di udara, Rao Guohoa pun jatuh dari ketinggian dengan laju kecepatan yang tinggi. Pedang Rao Guohoa terjun bebas mendahului pemiliknya, dan Zhou Fu menangkap pedang tersebut dengan sempurna.Anehnya, Zhou Fu tak mendengar suara tubuh tercebur air. Mata Zhou Fu pun menyisir ke segala arah, tetapi hanya remah-remah kapal yang nampak. Jika tubuh Rao Guohoa jatuh ke air, tentu telinganya mendengar meski jika pada saat yang bersamaan kebetulan matanya tak sedang melihat. Baik mata maupun telinga Zhou Fu, tak menangkap kejadian Rao Guohoa jatuh ke air.“Perempuan itu masih hidup,” Zhou Fu berbisik pada Shen Shen begitu menyadari ada aura dingin yang sekelebat melewati tubunya. Bulu kuduk Zhou Fu berdiri, bukan karena takut tetapi karena aura dingin yang lewat itu nyatanya lebih pekat dari beberapa saat sebelumnya.
Read more
23 – Tembok Kuno
Jika dilihat dari atas awan, Dengguang akan nampak seperti sebuah titik yang berada di tengah-tengah beberapa pulau. Karena lokasinya yang strategis, Dengguang dikelola oleh seorang saudagar kaya untuk dijadikan sebagai sebuah persinggahan sementara untuk kapal-kapal yang mengalami keadaan darurat. Tak hanya bermanfaat ketika ada kapal yang mengalami keadaan darurat, Dengguang juga biasa digunakan sebagai tempat beristirahat sementara untuk kapal-kapal yang melakukan pelayaran jarak jauh.Di Dengguang, seorang penumpang kapal bisa turun dari suatu kapal dan berganti menaiki kapal lain jika memang ada yang ingin melakukan perubahan arah perjalanan. Semua orang bebas berlayar ke mana saja asal mereka memiliki uang yang cukup untuk membayar biaya perjalanan.“Tuan muda, kita sudah hampir sampai ke Dengguang,” salah seorang petugas kapal membangunkan Zhou Fu dengan sangat sopan. Jika saja Zhou Fu tidak sedang tidur dalam kondisi siaga, ia tak akan terbangun han
Read more
24 – Biro Perwakilan Dengguang
Shen Shen mengusap keringat yang mulai mengucur di dahinya, sesekali ia juga melirik Zhou Fu yang sedang sibuk berlatih mengayun-ayunkan pedang. Ada sebuah ekspresi kesal yang nampak di wajah Shen Shen ketika lirikannya sama sekali tak membuat Zhou Fu bereaksi. Selagi Shen Shen mencuri-curi pandang, sedetik pun Zhou Fu tak pernah mengarahkan matanya pada Shen Shen. Zhou Fu sedang menikmati mainan barunya yaitu pedang pusaka milik Rao Guohoa.Usaha Shen Shen untuk mendapatkan perhatian dari Zhou Fu tak membuahkan hasil. Karena merasa triknya tak bekerja, Shen Shen terpaksa mengubah strategi, ia pun menarik napas panjang sebelum meneriakkan sebuah kalimat panjang pada Zhou Fu.“Kita sudah mengapung di sini cukup lama! Matahari kini berada tepat di atas kepala, dan kita hanya mengapung di sini tanpa melakukan apa-apa? Kau masih waras bukan?” Shen Shen memanyunkan bibirnya karena tak bisa menahan kesal, “aku benci panas. Aku benci berkeringat! Aku juga la
Read more
25 – Bendera Shamo
Sesaat sebelum Zhou Fu menjalankan rencana cadangan, ia melihat ada sebuah kapal yang bergerak menghampiri tempatnya berada. Kapal tersebut tak terlihat seperti kapal yang berlayar bersama penumpang sebab ukurannya yang kecil dan modelnya yang sedikit berbeda. Ada sebuah bendera yang berkibar tepat di ujung tiang kapal, bendera itu bergambar sebatang pohon dengan ranting-ranting kering sekaligus akar-akar yang berkelok di bagian bawah. Bagian atas pohon yang menunjukkan ranting kering seolah mewakili kematian atau tidak adanya kehidupan, tetapi akar-akarnya yang berkelok dan mencakar tanah seolah menggambarkan kekuatan dari sebuah kehidupan.Sebuah lambang yang misterius bagi Zhou Fu yang baru saja melihatnya, tetapi tentu saja tidak bagi Shen Shen. Lambang bendera pohon kering berwarna merah tersebut sudah pernah dipelajari Shen Shen di sekolah Bangsawan Caihong. Melihat kapal tersebut semakin mendekat, Zhou Fu meminta Shen Shen untuk berlindung di belakang punggungnya.
Read more
26 – Kecurigaan Zhou Fu
Shen Shen mengedip-kedipkan matanya ke arah Zhou Fu berulang kali. Ia ingin memberi isyarat pada Zhou Fu jika kecurigaan Zhou Fu terlalu berlebihan. Shen Shen sendiri memiliki keyakinan penuh pada Feng Yaoshan jika pria itu berada di pihaknya. Keyakinan tersebut menyangkut fakta bahwa Feng Yaoshan adalah salah satu pria yang sangat ingin menikah dengan Shen Shen. Karena itulah Shen Shen bersedia menaiki kapal Feng Yaoshan tanpa menaruh curiga sedikit pun.Berbeda dengan Shen Shen, Zhou Fu merasa dirinya wajib untuk mencurigai semua orang. Ia memiliki janji pada dirinya sendiri untuk mengantar Shen Shen ke Caihong dengan selamat. Dengan begitu, ia bisa meyakinkan kakek Li Xian jika dirinya memang sudah benar-benar siap menghadapi dunia yang luas dan kejam.“Saudara Zhou, nona Shen adalah teman baikku. Alasan utama aku menolongnya, tentu saja karena dia temanku, dan jika boleh jujur tentu saja karena aku mencintainya. Kurasa itu adalah alasan paling logis yang bisa
Read more
27 – Interogasi
Sorot mata Feng Yaoshan yang bergerak tak beraturan seperti membuktikan jika ia sedang menyembunyikan sesuatu. Menyaksikan kegugupan yang mulai muncul di wajah Feng Yaoshan, Shen Shen sakit hati karena merasa dikhianati oleh teman sendiri.Feng Yaoshan melihat kekecewaan di sorot mata Shen Shen, hal serupa juga terjadi pada dirinya. Ia juga seperti dilanda kekecewaan oleh keputusannya sendiri. Keputusan yang mungkin telah membuat Shen Shen akan tidak menyukainya untuk waktu yang cukup lama, atau bahkan selama-lamanya.“Saudara Zhou, jika aku berkata jujur apakah saudara Zhou bisa menjamin akan mengantar nona Shen pulang ke Caihong dengan selamat?” Feng Yaoshan akhirnya mengatakan sebuah kalimat yang menjelaskan jika dirinya berada di posisi yang keliru.Zhou Fu melepaskan cengkraman tangannya dari leher Feng Yaoshan, tangan Zhou Fu membuat gerakan untuk memerintah Feng Yaoshan duduk kembali ke kursi. Feng Yaoshan mengikuti perintah Zhou Fu, dalam hat
Read more
28 – Laut Luzon
Suasana di ruang jamuan masih terlihat menegangkan. Zhou Fu sudah melontarkan beberapa pertanyaan penting tetapi Feng Yaoshan berusaha menghindari untuk menjawabnya. Setelah mendengar ucapan dari Shen Shen, Feng Yaoshan kembali sibuk mengetuk permukaan meja dengan jari-jemarinya. Ia sedang memikirkan jawaban dan keputusan mana yang akan segera ia ambil. Keputusan membawa Shen Shen ke asosiasi Naga Perak masih menjadi keputusan yang paling menguntungkan posisinya. Sayangnya, Shen Shen jelas tak menginginkan pilihan tersebut, dan masalah selanjutnya adalah Zhou Fu pasti melarang Shen Shen untuk ikut dengannya. “Ayolah, aku akan menjamin keselamatanmu jika kau ikut denganku, Nona Shen,” Feng Yaoshan mencoba membujuk Shen Shen. Berharap perempuan itu akan mempercayai keputusannya sebagai pilihan yang tepat pada saat itu. “Kemampuan bela dirimu sangat biasa saja, tentu saja Shen Shen tak mungkin berani mempertaruhkan keselamatannya pada pria sepertimu, kecuali…” Z
Read more
29 – Sesuatu di Laut Luzon
Shen Shen menggulung peta yang telah dibuat Feng Yaoshan dan kemudian menaruhnya ke sebuah tabung penyimpanan berwarna keemasan. Sebuah tabung khusus yang biasa dipakai untuk melindungi berkas-berkas penting dari kerusakan oleh air atau api. Hanya sedikit orang yang memiliki jenis tabung penyimpanan seperti itu. Shen Shen sengaja memintanya dari Feng Yaoshan untuk berjaga-jaga.“Selanjutnya, ini, silakan buka dan kalian boleh mengambil semuanya,” Feng Yaoshan meraih sebuah peti yang beberapa saat lalu juga dibawakan oleh pelayannya. Peti itu berukuran sekitar 40 x 30 cm dengan ukir-ukiran naga di permukaan luarnya.Isi dari  peti tersebut, tentu saja adalah uang koin. Itu adalah permintaan Zhou Fu yang kedua setelah gambar peta wilayah. Zhou Fu meraih peti bercorak naga itu dan mendorongnya ke arah Shen Shen, ia memberi isyarat pada Shen Shen untuk membuka petinya dan memastikan apakah jumlah tersebut sudah cukup atau masih kurang.Shen Shen ber
Read more
30 – Terumbu Karang Purba
“Apa? Tidak ada satu orang pun yang berhasil mengambil pusaka kuno dari sana?” Zhou Fu yang awalnya sudah memejamkan mata, kini mencoba membuka mata sembari duduk bersila dengan punggung tangannya menopang dagu. Mata Shen Shen berbinar, senyumnya merekah ketika melihat Zhou Fu mulai tertarik dengan topik tentang laut Luzon. Shen Shen melompat dari tempatnya berada untuk duduk di dekat Zhou Fu yang sedang serius berpikir. “Ya, sejarah mengatakan jika hanya ada segelintir pendekar yang bisa kembali setelah memasuki Peradaban yang Tenggelam di laut Luzon. Dari segelintir orang itu, tak satu pun dari mereka yang berhasil mendapatkan pusaka kuno. Mereka hanya kembali membawa ketakutan,” cerocos Shen Shen panjang lebar. Zhou Fu tampak membayangkan sesuatu tatkala Shen Shen berbicara panjang lebar tentang laut Luzon. Cerita tentang  Peradaban yang Tenggelam di laut Luzon memang bukan bualan, titik lokasinya bahkan digambar di dalam peta-peta. Hanya saja, ada ke
Read more
PREV
123456
...
79
DMCA.com Protection Status