All Chapters of Penguasa Benua Timur: Chapter 41 - Chapter 50
782 Chapters
41 – Kitab Tujuh Kesatria Langit
“Kitab Tujuh Kesatria Langit telah diambil dari tempatnya berada. Itu adalah kitab yang dimusnahkan dari sejarah demi kepentingan tertentu. Pada akhirnya daratan Luzon pun ditenggelamkan atas nama kebaikan bagi umat manusia. Orang-orang di masa kini hanya mengenal Luzon sebagai lautan diam yang memisah daratan Caihong dan Shamo. Lebih dari itu, daratan Luzon seperti sengaja dibuang dari sejarah. Kini kitab tersebut hilang dari persembunyiannya, kekacauan mungkin akan terjadi. Atas nama kebaikan, temukan Kitab Tujuh Kesatria Langit dan kubur sedalam-dalamnya dari kehidupan.”Itu adalah bait-bait tulisan yang ada di gulungan yang sedang dibaca Shen Shen. Di akhir pesan tersebut, tertulis tahun dibuatnya yaitu sekitar dua tahun sebelumnya, dan disebutkan juga jika pesan tersebut ditulis oleh perwakilan pasukan tujuh. Pasukan yang katanya memiliki tugas menjaga kitab kuno itu dari pendekar yang memiliki niat jahat. Markas pasukan tujuh berada di daratan Bingdao, dan s
Read more
42 – Kejadian di Pulau Yimin
Sebagaimana yang digambarkan dalam peta milik Feng Yaoshan, kapal Guichuan hanya tinggal melewati tiga pulau lagi untuk tiba di Maundo yaitu satu-satunya tempat yang harus dilewati untuk masuk ke Caihong. Andai saja kapal Guichuan tidak sedang mengalami krisis air minum, Zhou Fu sudah meminta awak kapal untuk berlayar langsung menuju Maundo. Sayangnya, seluruh penumpang yang menaiki kapal Guichuan sudah berpuasa minum air sejak lima hari sebelumnya.Untuk itu, Zhou Fu memerintahkan awak kapal agar mencari pulau terdekat guna mengisi persediaan air minum mereka. Pulau terdekat yang dituju adalah pulau Yimin, sebuah pulau yang menurut peta dari Feng Yaoshan merupakan pulau yang bersih dari sekutu Asosiasi Naga Perak.Pulau Yimin sendiri sebenarnya merupakan pulau terdekat ke dua setelah pulau Baisha. Hanya saja, pulau Baisha merupakan pulau yang dihuni oleh kelompok organisasi Kelelawar Merah. Mengingat Rao Guohoa masih hidup, Zhou Fu memilih untuk menghindari pulau Bais
Read more
43 – Tawaran Militer Shamo
Zhou Fu sudah memasuki wilayah pemukiman yang terbakar. Api melahap apa saja yang terjangkau olehnya. Rumah, binatang peliharaan, dan manusia seolah sedang beralih fungsi menjadi kayu bakar. Semuanya dilahap api tanpa permisi. Suasana di sana cukup buruk untuk digambarkan, terutama tentang anak-anak yang menjerit memohon pertolongan. Zhou Fu berusaha menulikan telinga karena jeritan anak-anak yang sedang meregang nyawa memang sangat menyayat hati dan telinga.Asap dari api yang membakar jasad-jasad warga di pemukiman itu terbawa angin, membuat seluruh bagian pulau Yimin seolah mengeluarkan aroma daging bakar. Kepulan asap yang tebal sepertinya menjadi penyebab utama warga Yimin gagal melarikan diri. Bagaimanapun, manusia biasa akan mengalami sesak napas yang hebat sekaligus perih di mata mana kala asap tebal memenuhi hidung dan tenggorokan mereka.Zhou Fu menarik napas dalam untuk bersiap-siap meneriakkan sesuatu,“Semua yang masih bernyawa, dengarkan aku
Read more
44 – Pedang dari Luzon
Sorot-sorot mata tajam mengamati tubuh Zhou Fu dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Para militer Shamo agaknya saling berbisik keheranan. Nyatanya, perawakan Zhou Fu tidak mirip dengan perawakan orang Bingdao yang notabene berkulit putih. Kulit Zhou Fu kuning langsat, jelas dia juga bukan berasal dari keturunan orang Shamo yang kebanyakan berkulit gelap.“Hei, anak muda, siapa kau dan perlu apa kau ke mari?” si pria kekar bertanya sembari menuding Zhou Fu menggunakan pedangnya yang berlumuran darah.“Jika kalian ingin mencari siapa orang yang membunuh dua belas pendekar Shamo, kalian saat ini sedang melihatnya!” Teriak Zhou Fu lantang, ‘setidaknya aku membunuh tiga diantara dua belas itu’, tambah Zhou Fu dalam hati.“Ha ha ha, anak ini sedang tidak waras kiranya. Dua belas pendekar kami adalah pendekar-pendekar pilihan. Jika kau bisa mengimbangi satu saja dari mereka, tentu kami akan lari terbirit-birit karenamu!&rdqu
Read more
45 – Pilihan Terbaik
Para pasukan dari Shamo berduyun-duyun meninggalkan lapangan luas tempat Zhou Fu dan Rao Guohoa berhadap-hadapan. Mereka semua menggiring serta para tawanan untuk turut menjauh dari tempat tersebut lantaran Rao Guohoa memberi peringatan dengan suara lantang. Ming Tian pun turut bersegera pergi sembari terus memegangi lengannya yang mengeluarkan aroma bakar. Sepanjang ia menjauhi lapangan luas itu, ia terus bertanya-tanya bagaimana bisa pendekar seberingas Rao Guohoa nampak cukup berhati-hati dalam menghadapi seorang remaja.Beberapa tawanan dari Bingdao nampak sesekali menolehkan kepala ke lapangan rumput, mereka cukup penasaran dengan identitas Zhou Fu. Tentu saja para tawanan tersebut berharap jika Zhou Fu adalah keturunan dari pendekar Bingdao sehingga mereka memiliki harapan untuk diselamatkan meski nyatanya banyak dari mereka yang cukup meragukan kemampuan Zhou Fu.“Apakah kau mendengar percakapan mereka berdua?” salah seorang tawanan Bingdao menanyai
Read more
46 – Hari Pembalasan
Asap tebal yang menyelimuti pulau Yimin perlahan-lahan memudar. Sorot matahari mulai menerobos asap tipis dan menjatuhkan cahayanya tepat di atas wajah-wajah orang Shamo yang hitam legam. Wajah-wajah itu menampakkan bulir-bulir air bening yang keluar dari kulit mereka, seolah mereka sedang bermandikan keringat mereka sendiri.Orang-orang Shamo itu, diam membisu saking takutnya untuk mengeluarkan kata-kata. Untuk bernapas saja mereka seolah menghirupnya setengah-setengah. Takut-takut jika mereka membuat gerakan yang tidak disukai oleh pemuda yang kini sedang berdiri tegak dengan tatapan penuh intimidasi.Hari itu, kedatangan Zhou Fu telah berhasil membalik keadaan dengan sempurna. Beberapa saat sebelum kedatangan Zhou Fu, orang-orang Shamo itu telah berpesta menikmati peristiwa pemenggalan tawanan Bingdao. Beberapa dari mereka bahkan membuat lelucon untuk kepala-kepala tawanan Bingdao yang terlepas dari lehernya. Tawa mereka meledak-ledak ketika melihat tubuh-tubuh tak
Read more
47 – Selangkah Menuju Maundo
Matahari sudah pergi dan telah digantikan oleh temaram cahaya bulan sabit. Zhou Fu sedang berada di kediaman tetua Wang Yue yang selamat dari kebakaran, untuk memberikan salam perpisahan kepada segenap warga di Yimin. Ketika hendak melanjutkan perjalanannya, Zhou Fu baru teringat jika ia sudah tak memiliki kapal. Padahal, butuh waktu sekitar satu minggu perjalanan laut untuk menempuh jarak dari Yimin ke Maundo. Tentu saja, jarak tersebut bukanlah jarak yang bisa ditempuh dengan tanpa menggunakan kapal.Selama beberapa saat, Zhou Fu menggaruk rambutnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Sepertinya konsentrasinya sedikit menurun lantaran tubuhnya telah kekurangan asupan air selama seminggu lebih. Melihat raut wajah Zhou Fu yang nampak kebingungan, tetua Wang Yue memiringkan kepalanya untuk bertanya.“Apakah Tuan Muda memerlukan sesuatu? Katakan apa yang Tuan Muda inginkan atau perlukan, kami bukanlah warga yang tak mengerti balas budi,” tanya tetua Wang Yue
Read more
48 – Jeritan di Kapal Merak Biru
Namanya Zhao Yunlei, ia adalah keponakan satu-satunya dari tetua Wang Yue yang secara ajaib bisa selamat dari kebakaran hebat yang melanda desa Guanbai. Guanbai sendiri merupakan desa di pulau Yimin yang mengalami kebakaran paling parah. Korban yang selamat dari desa Guanbai hanya bisa dihitung jari, dan kesemuanya mengalami luka-luka bakar yang cukup serius. Tentu saja, kecuali Zhao Yunlei.Gadis itu hanya mengalami luka yang cukup ringan meski seluruh wilayah di desanya hangus dilahap api. Anehnya lagi, Zhao Yunlei justru sedang menjadi satu dari sedikit warga yang turut melakukan evakuasi korban pembakaran militer Shamo. Padahal, jangankan untuk mengevakuasi orang lain, jika dinalar lagi, untuk menyelamatkan dirinya sendiri itu sudah hampir tak mungkin.Zhao Yunlei adalah gadis manis yang bisa membuat siapa saja ingin menolongnya karena gadis itu nyatanya cukup lemah dan serba tidak bisa. Tangannya akan membiru jika menyentuh sesuatu terlalu kuat. Jika mengangkat ba
Read more
49 – Pasukan Lima
Suasana di atas geladak kapal Merak Biru terasa sedikit mencekam setelah Zhou Fu dan Zhao Yunlei saling bersiaga satu sama lain. Hal yang membuat Zhou Fu bingung adalah, tidak ada getaran aura yang keluar dari tubuh Zhao Yunlei meskipun gadis itu sedang memancarkan kekuatan berdaya rusak besar. Singkatnya, kekuatan gadis itu tidak terdeteksi bahkan ketika ia sedang melancarkan serangan. Fenomena tersebut, seharusnya tidak bisa terjadi.“Nona Zhao, bagaimana bisa nona memiliki kekuatan tanpa menguasai ilmu tenaga dalam?” Zhou Fu menggeleng-gelengkan kepala kebingungan setelah yakin jika Zhao Yunlei bahkan tidak mempunyai penguasaan tenaga dalam sedikit pun. Sebaik apapaun seseorang bisa menyembunyikan kekuatan mereka, sebuah getaran aura akan tetap bocor ketika penggunanya sedang melancarkan serangan.Zhao Yunlei nampak mengerutkan kening keheranan, ia juga tak menyangka jika Zhou Fu mengetahui fakta tentang dirinya yang tak memiliki penguasaan tenaga dalam.
Read more
50 – Jejak Kapal Guichuan
Setelah berdebat cukup lama, akhirnya Zhao Yunlei menyadari jika ia sama sekali tidak bisa memaksa Zhou Fu untuk mengikuti kehendaknya. Meski Zhao Yunlei telah mengiming-imingi Zhou Fu akan informasi menarik tentang catatan di kaki Haku, nyatanya Zhou Fu tak goyah untuk tetap pada keputusannya pergi ke Maundo, bukan ke markas Pasukan Enam. Zhao Yunlei pun bertanya tentang seberapa penting seorang gadis bernama Shen Shen yang harus segera diselamatkan itu.“Apakah dia terlalu cantik sehingga kau tak sabar ingin menolongnya?” tanya Zhao Yunlei memancing.“Apakah menurutmu kecantikan adalah sesuatu yang tepat untuk dijadikan alasan menolong seseorang?” Zhou Fu memalingkan wajahnya, merasa sedikit kesal karena tak sekali dua kali orang menganggap ia  berbaik hati pada Shen Shen adalah karena kecantikan perempuan tersebut.“Jika bukan demikian, mengapa kau terlihat sangat memedulikan perempuan itu?” Zhao Yunlei bertanya kembal
Read more
PREV
1
...
34567
...
79
DMCA.com Protection Status