Semua Bab Penguasa Benua Timur: Bab 51 - Bab 60
782 Bab
51 – Berpisah di Maundo
Suasana di pelabuhan Caihong cukup ramai dan sibuk. Petugas-petugas pelabuhan sedang mengarahkan kapal-kapal yang akan mendarat di Caihong dan sekaligus mengawal kapal-kapal yang akan meninggalkan Caihong. Siang itu, ada sekitar lima kapal yang datang bersamaan dengan kapal Merak Biru. Empat kapal lainnya sepertinya berisi bangsawan-bangsawan Caihong yang sedang pulang dari berlibur ke luar pulau. Hal tersebut terlihat dari cara para petugas pelabuhan memperlakukan mereka dengan sangat hormat dan hati-hati.Berbeda dengan empat kapal itu, rombongan Zhou Fu dan Zhao Yunlei sama sekali tidak mendapatkan perlakuan khusus. Semisal, tak ada pelayan yang tergopoh memayungi Zhao Yunlei meski matahari sedang terik-teriknya. Sementara di kapal-kapal yang lain, semua penumpang perempuan segera dihampiri pelayan berpayung yang bertugas menghalau sinar matahari mengenai kulit-kulit mulus para bangsawan yang cantik-cantik jelita.“Sebutkan kalian berasal dari mana dan apa tuj
Baca selengkapnya
52 – Seseorang di Balik Topeng
Sore menjelang petang, jalan-jalan di pemukiman Maundo dipenuhi oleh orang yang berlalu-lalang dengan berbagai kesibukannya sendiri-sendiri. Pemukiman tersebut bisa dibilang terlalu padat penduduk, di mana semua tempat-tempat di Maundo selalu dipenuhi dengan kerumunan manusia. Begitu juga, rumah-rumah warga dibangun dengan saling berdekat-dekatan sebab lahan yang tersedia sepertinya cukup terbatas untuk menampung populasi manusia yang terus bertambah.Kabarnya, pemukiman Maundo merupakan tempat yang akan dituju oleh mantan bangsawan Caihong yang turun kasta atau dikeluarkan gelar kebangsawanannya oleh pemerintah. Mereka adalah orang-orang yang gagal membayar upeti sehingga harus rela didepak dari tanah surga yang sebelumnya mereka tempati. Bukan tidak mungkin jika sebentar lagi Maundo sudah tidak bisa lagi menampung bangsawan yang turun kasta. Jika sudah demikian, bisa dipastikan seseorang harus rela tinggal di lereng-lereng tebing liar.Zhou Fu menggeleng-gelengkan ke
Baca selengkapnya
53 – Jurang Neraka
Langkah kaki Kuma dan berisik suara binatang-binatang malam masih menemani perjalanan Zhou Fu menuju ke sungai Juda. Sejauh Kuma melangkah, hanya jalan setapak yang sempit yang dilalui Zhou Fu dan Kuma. Zhou Fu memang menempuh jarak terdekat menuju sungai Juda melewati lereng tebing curam yang cukup jarang dilalui manusia. Dengan rute yang ia lalui sekarang, ia bisa menghemat setidaknya separuh waktu perjalanan ketimbang jika ia melewati rute normal.Malam itu, meski bulan hanya menyumbang sedikit cahaya, Kuma cukup gesit melangkah dalam kegelapan. Hal tersebut membuktikan jika apa yang dikatakan pelayan Biro Pengawal Songho memanglah benar, Kuma adalah kuda yang cukup terlatih. Pelayan Biro Pengawal Songho tersebut dengan antusias menunjukkan kuda terbaik mereka sekaligus rute tercepat menuju ke Juda setelah ia menerima imbalan beberapa keping perak.Rute tercepat menuju ke Juda sering disebut sebagai jalur Jurang Neraka. Selain karena derajat kemiringan jalannya yang
Baca selengkapnya
Jurang Neraka Part II
Hiiiihiiiik!!! HiiiiiHiiik!!! Kuma meringkik cukup keras. Ia mencoba membangunkan Zhou Fu yang kehilangan kesadaran sejak sepuluh menit yang lalu. Dan selama sepuluh menit itu juga Kuma meringkik tanpa berhenti sembari kaki-kakinya menghentak-hentak tanah. Berharap Zhou Fu segera bisa membuka matanya kembali. Kuma meringkik girang ketika Zhou Fu menunjukkan tanda-tanda akan bangun dari pingsan. Zhou Fu merasakan pusing memenuhi kepalanya, ia mencoba untuk mengumpulkan kesadaran dan akhirnya berhasil. Ia tengah dalam keadaan tergeletak begitu saja di depan Kuma, tapi anehnya, matanya menangkap jika seseorang yang ada di punggung Kuma itu masih dalam keadaan tak sadarkan diri. “Jadi, siapa yang berteriak-teriak memberi peringatan jika gadis di punggung Kuma itu masih tak sadarkan diri?” Zhou Fu menelan ludah beberapa kali. Nampak dengan sangat jelas jika perempuan itu masih diam dengan cuku
Baca selengkapnya
54 – Cerita Penculikan Yang Zi
Selagi menunggui matahari memunculkan sinarnya, Zhou Fu menanyakan beberapa hal terkait bagaimana bisa Yang Zi berada di pelabuhan Caihong dan menggunakan identitas sebagai seorang laki-laki. Yang Zi pun menyebutkan jika ia sebenarnya tidak pernah diculik. Ia sendiri yang membuat sebuah keadaan seolah-olah diculik untuk mengaburkan keberadaannya.“Kudengar, kau hampir dieksekusi? Bukankah itu artinya kau pernah diculik?” Zhou Fu bertanya pada Yang Zi sebab ia sendiri pernah mendengar kabar tentang harga kepala Yang Zi yang lebih mahal dari Shen Yang.“Itu hanya kabar burung! Fakta yang benar adalah, aku sempat mendengar rencana Asosiasi Naga Perak yang akan mendukung penuh lawan politik dari ayahku. Itu saja, dan sepertinya mereka menganggap aku mendengar terlalu jauh sehingga beberapa orang mengejarku untuk dieksekusi,” tutur Yang Zi dengan jujur.“Bukankah keluarga bangsawan selalu dijaga oleh pengawal yang terlatih? Lagipula, bag
Baca selengkapnya
55 – Penyelamatan Yang Zi
Teriakan peringatan dari Zhou Fu sepertinya sudah terlambat digaungkan. Nyatanya, jarak Kuma dan kabut abu-abu itu sudah hampir tak berjarak. Yang Zi yang baru menolehkan kepala ke depan sudah tak memiliki kesempatan untuk mundur. Kekagetan menyergapnya seketika. Sekelebat kabut abu-abu menyergap Kuma dan Yang Zi, kuda itu pun meringkik dan menghentak-hentakkan kakinya ke jembatan kayu. Tubuhnya mengguncang-guncang keras sehingga tubuh gadis yang menungganginya hampir-hampir saja terjatuh ke dalam lembah neraka.Bersamaan dengan hal tersebut, Zhou Fu juga sedang dihadang oleh gumpalan-gumpalan kabut mengerikan yang membentuk blokade sehingga ia hampir-hampir tak bisa melihat Kuma dan Yang Zi. Dalam keremang-remangan itu, Zhou Fu melihat tubuh Yang Zi yang seolah-olah mulai lunglai. Sepertinya Yang Zi sedang dalam masa hampir kehilangan kesadarannya akibat pengaruh kabut jahat lembah neraka.“Kuma!!! Selamatkan Yang Zi! Bawa dia ke ujung jembatan sebisamu!”
Baca selengkapnya
56 – Desa Malam
Barangkali, perjalanan melewati jalur Jurang Neraka memang hanya akan ditempuh oleh orang-orang yang tak memiliki pilihan lain. Tak ada hal indah ataupun menyenangkan yang bisa didapat dari sebuah perjalanan yang melewati jalur Jurang Neraka. Ketika malam tiba, jalur ini mengirimkan hawa dingin sedingin es membuat siapa saja yang lewat akan tersiksa karena hawa dingin yang menusuk. Sedang saat matahari bersinar, jalur ini tak ubahnya sebuah jalan setapak yang seperti berdekatan dengan matahari. Terik dan menyengat.Zhou Fu danYang Zi telah berjalan sejauh sepuluh mil dari lokasi lembah neraka. Sepanjang sepuluh mil itu juga, pemandangan yang mereka lihat hanyalah bebatuan tebing kering dan jalan setapak yang berdebu. Karena panas yang terlalu menyengat, jalan setapak yang mereka lewati bahkan memunculkan fatamorgana yang membuat jalanan tersebut nampak bergelombang seperti air.“Kita tidak bisa memilih jalur Jurang Neraka jika tak memiliki kuda!” gerutu Yan
Baca selengkapnya
57 – Cerita si Induk Singa
Tak akan ada yang mengira, jika terdapat sebuah desa yang cukup ramai yang berada di dalam perut tebing Caihong. Jika seseorang pernah melihat bongkahan rumah rayap, seperti itu juga penampakan desa Malam. Sebuah tempat yang berada di dalam tanah, dengan lubang-lubang berjajar dan menjorok ke dalam. Lubang-lubang itu tak lain tak bukan adalah rumah-rumah warga yang dibangun dengan cara mencongkel bebatuan tebing dan menciptakan ruang di dalamnya.Uniknya lagi, lubang-lubang tersebut tidaklah berjajar secara horizontal saja melainkan juga vertikal. Setidaknya ada tiga lubang yang berjajar ke atas dan sekitar lima puluh lubang yang berjajar secara horizontal. Masing-masing terletak di sisi kanan dan kiri dari sebuah poros jalan utama yang merupakan satu-satunya jalan lurus yang ada di desa Malam.Poros jalan utama tersebut memiliki dua ujung. Di ujung paling kiri terdapat sebentuk patung arca yang dikelilingi pagar-pagar batu berbentuk bulat oval. Patung tersebut merupak
Baca selengkapnya
58 – Shufashen???
Sampailah Zhou Fu dan Yang Zi di kediaman Patriark Yuan Kai, ayah dari bocah kecil yang bernama Yuan Jin. Kediaman Yuan Jin berada cukup dekat dengan lubang raksasa yang menghadap ke laut lepas sehingga pencahayaan di tempat itu terbilang jauh lebih terang daripada rumah-rumah yang menjorok lebih dalam. Di bagian dalam rumah, terdapat sebentuk meja dan kursi-kursi yang terbuat dari batu. Bagian dinding-dinding goa, terdapat berbagai macam perlengkapan berburu, dan hiasan-hiasan yang merupakan bekas kepala binatang. Bentuk-bentuk senjata yang berjajar di sisi dinding goa itu seperti perlengkapan berburu manusia-manusia kuno. Setidaknya, orang di masa itu sudah tidak menggunakan alat-alat itu lagi. Yuan Jin mengajak tamu-tamunya untuk memasuki bagian dalam rumahnya yaitu sebuah ruangan yang disekat dan tak nampak jika dilihat dari ruang tamu. Ruangan tersebut adalah tempat di mana ayah Yuan Jin berada. “Oh, kau membawa tamu rupanya?” terlihat, patriark Yuan Kai
Baca selengkapnya
59 – Luka Patriark Yuan Kai
Dalam sekejap Zhou Fu merasakan hawa panas mengalir dari tubuh Patriark Yuan Kai dan aura panas itu mulai memenuhi ruangan. Bersamaan dengan hal tersebut, samar-samar Zhou Fu melihat semburat aura yang memunculkan warna yang menyelimuti tubuh Patriark Yuan Kai. Warna itu sebelumnya tak pernah dilihat oleh Zhou Fu.“Patriark Yuan, siapa anda sebenarnya?” Zhou Fu menggeser kaki-kakinya dalam posisi siaga, dua tangannya telah mengepal erat sebagai bentuk antisipasi jika ada serangan dadakan. Dari reaksi paru-parunya yang mulai sesak dan berat, ia tahu jika Patriark Yuan Kai adalah lawan terkuatnya sejauh ini. Setidaknya, baru kali ini tubuhnya sangat terganggu dengan pancaran aura yang dikeluarkan oleh lawannya.“Seperti yang kau lihat, aku hanya pria lumpuh yang tak bisa berdiri,” jawab Patriark Yuan Kai masih dalam posisi berbaring sebab ia memang sudah tak bisa menggerakkan kedua kakinya lagi.Meski demikian, menurut perhitungan Zhou Fu,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
79
DMCA.com Protection Status