Semua Bab Walk On Memories: Bab 41 - Bab 50
107 Bab
(41) Di Rumah Dika
Gelap dan mencengkam. Jemari Dika berada di atas tubuhnya, kaki pemuda itu menimpa kakinya. Bella menahan napas, matanya menatap mata Dika yang sudah menutup sempurna, deru napas pemuda itu terasa di wajahnya.Bella mencoba mengangkat tangan Dika dari atas tubuhnya, namun tak bisa. Lelaki remaja ini sangat erat memeluknya walaupun beberapa kalimat tolakkan sudah ia lontarkan dengan pedas. Pemuda ini tak peduli, justru memaksanya dengan kasar.Bella tak bisa memejamkan matanya, sebesar apapun keinginannya untuk terlelap. Suasana yang gelap dan ditemani oleh Dika, tetap saja membuat tubuhnya merinding tanpa ia cegah. Bella ketakutan, namun Dika tak menyadari itu.Bella meyakinkan diri untuk terlelap, namun saat matanya terpejam, ingatan masa lalu yang tiba-tiba datang menjadi alasannya untuk membuka matanya kembali, walaupun malam sudah larut.Jemarinya yang hendak menyentuh bagian tubuh Dika ia urungkan, selalu saja timbul keraguan di hatinya. Ia takut jik
Baca selengkapnya
(42) Anggap Rumah
Bella melengakkan kepalanya begitu melihat Dika yang membuka pintu bilik tempat mandi dengan paksa. Gadis remaja ini kembali menunduk, ia tak menghiraukan kehadiran Dika yang berdiri menjulang di hadapannya.Dika mencangkungkan badannya, tangannya dengan pelan menyentuh puncak kepala Bella dengan sentuhan yang lembut. Bella mendongkat, ia memandangi muka Dika yang tak menampilkan mimik wajah apapun.Bella berdehem, ia berbicara dengan pelan, “Kenapa, Dika?”Pemuda ini menjawab singkat, “Nggak papa, ayo makan. Gue udah masak makanan buat lo.”Dika berdiri dan meninggalkan Bella yang masih mematung di tempatnya. Gadis ini membutuhkan waktu unutk mencerna kejadiaan hari ini.Bella berdiri, ia berlari kecil untuk mengejar langkah kaki Dika yang kian menjauh. Bella berbicara cukup keras, “Dika!”Pemuda yang diteriaki oleh Bella pun menghentikan kakinya dan menoleh memandangi Bella yang berjalan cepat menuju ke
Baca selengkapnya
(43) Terbongkar?
Suara yang berasal dari notifikasi handphone saling saut menyaut membuat semua orang yang ada di kelas dengan cepat memeriksa handphone mereka masing-masing.Dika menarik handphone-nya dari kantong celananya. Ia menekan notifikasi yang ditampilkan di layar handphone. Ia hanya bisa melongo begitu melihat pemberitahuan yang tak pernah ia sangka-sangka.Dika menoleh, ia menatap wajah Bella yang sedang menunduk, posisinya tak berubah dari posisi sebelumnya.Bella mendangak menatap Dika yang sedang menatapnya datar. Pandangan Bella menyapu murid-murid yang sedang berbisik-bisik pelan. Matanya menatap sejenak Alfa yang berada di belakang pojok kelas. Bella menampilkan senyuman tipis dan dibalas anggukan singkat oleh Alfa.Bella belum menyadari situasi yang tengah menimpanya saat ini, pandangannya kembali pada Dika yang wajahnya sedang memerah. Bella bertanya dengan suara pelan, “Ada apa, Dika?”Dika membuang muka, ia tak sanggup menatap wajah
Baca selengkapnya
(44) Enak
Kerongkongannya terasa kering, ia keluar dari kamarnya dan pergi mendatangi dapur untuk menegak segelas air putih. Bella mengamati sekitar yang terasa sepi dan senyap, cepat-cepat ia menyelesaikan kegiatannya dan segera tidur kembali.Pintu utama terdorong dengan kasar dan menghasilkan suara yang cukup menganggu pendengaran Bella. Ia menoleh dengan cepat, terdapat Dika yang berjalan dengan sempoyongan dibantu oleh gadis remaja asing yang tak Bella kenali.Bella berjalan dengan cepat, ia berniat mengambil alih Dika dan membawanya masuk ke kamar. Bella berkata, “Terima kasih udah bawa Dika pulang. Ngomong-ngomong, siapa kamu?”Gadis remaja yang mengenakan gaun sexy tak menjawab pertanyaan dari Bella, ia justru masuk dan berjalan dengan santai menuju kamar Dika, bahkan tak menghiraukan Bella yang masih berdiri di ambang pintu.Setelah meletakkan Dika di kamarnya, gadis itu mendatangi Bella dan berkata, “Siapa lo? Kenapa lo ada di rumah ini?
Baca selengkapnya
(45) Pacar Dika?
Mata Bella terbuka, ia langsung duduk begitu menyadari jika ia masih terbaring di sambing Dika. Bella menyentuh permukaan bibirnya, kecupan yang Dika lakukan masih terasa nyata bagi Bella. Gadis remaja ini merekahkan senyumannya dan memandangi Dika yang masih memejamkan matanya.Jemari Bella mengelus lengan Dika pelan, ia berkata, “Kamu itu sebenernya baik atau nggak sih? Jujur, aku bingung sama sikap kamu … kemarin-kemarin kamu nyebelin banget, kenapa sekarang kamu jadi baik banget?”Bella menghela nafasnya, ia kembali berucap, “Kamu aneh tau nggak? Tapi, yang lebih aneh kenapa aku suka saat kamu bersikap baik? Dika … apa kamu benar-benar suka aku?”*****Setelah mandi dan membuat tubuhnya terasa segar, Bella membuka daun pintu kamarnya. Bella mendatangi dapur dan menyantap beberapa buah-buahan yang sudah tersedia di lemari pendingin.Saat hendak menuangkan susu ke dalam gelas bening, pintu kamar Dika terbuka
Baca selengkapnya
(46) Perasaan Aneh
Gadis remaja ini terdiam setelah mendengar perkataan dari Dika. Bella menggigit bibirnya pelan, ia merasa bersalah karena sudah menghancurkan kencan Dika dengan pacarnya.Bella menatap Dika, ia mengeluarkan suara dengan pelan, “M-maaf, Dika karena aku ganggu kamu buat ketemu sama pacar kamu. Mungkin lebih baik kalo aku pulang aja.”Dika memandang Bella aneh, bukankah gadis ini bersih keras untuk ikut dengannya? Lalu mengapa tiba-tiba berubah pikiran secepat ini. Dika menghembuskan napas beratnya, ia menatap Bella datar, “Kenapa tiba-tiba gini?”Bella berucap dengan gagap, “A-aku p-pikir g-ganggu k-kamu, Dika … aku mending pulang aja.”Mendengar itu, Dika menatap Bella malas. Rasanya begitu mudah Bella dikelabui, dan akhir-akhir ini Dika merasa sedikit bosan bermain-main dengan Bella. Gadis remaja ini terlalu bodoh dan penurut, tak ada tantangan yang memacu Adrenalin.Dan gabby, gadis itu adalah saudaranya.
Baca selengkapnya
(47) Emosi yang Tak Terkendali
Bella tak bisa membohongi perasaannya yang menyukai Dika. Perasaan ini semakin lama semakin melebar kemana-mana, ia tak bisa mengontrol atau menghentikan perasaan ini.Bella sangat memahami, jika ia menyukai Dika maka akan menghambat balas dendamnya. Bella tak ingin meloloskan orang yang pernah membuatnya hancur. Sebisa mungkin Bella menghindari pertemuan antaranya dan Dika, entah itu di sekolah atau di rumah.Rasanya begitu sulit saat tingga serumah dengan orang yang ingin Bella hindari. Namun, inilah tantangannya. Tiba-tiba saja ada banyak interaksi yang terjadi antaranya dengan Dika, membuat Bella tak menyukai hal ini.Bella melintas di tengah koridor yang ramai, ia berjalan pelan dan tak terlalu mempedulikan apa yang mereka bahas. Ia fokus pada tujuannya yaitu ke kelasnya.Bella sedikit menaruh perhatian pada kerumunan orang-orang yang membahas tentang Do Eat & Café Resto. Badan Bella sedikit bergetar, ia sedikit merasa ketakutan.Be
Baca selengkapnya
(48) Menjijikkan
Alfa tak bisa berkata apapun begitu mendengar ungkapan yang ada di hati Bella. Gadis itu benar, Alfa menyukai sikap Bella yang lemah, Alfa menyukai setiap sensasi kala orang lain merasa tak berdaya, seperti Bella. Karena … di rumah, Alfa selalu kalah dari kakaknya.Namun, ketika bersama Bella, Alfa bisa merasakan sensasi kemenangan. Hanya dengan Bella Alfa bisa merasa menang. Alfa melupakan hal yang penting ketika kemenangan itu membuatnya jiwanya terbang, bahwa disaat ia merasakan kemenangan maka ada orang lain pula yang merasakan kekalahan, ada orang lain yang terpukul akan perilakunya.Alfa … melupakan hal ini. Hal yang penting yang tak seharusnya ia lupakan. Alfa … telah membuat Bella kecewa. Alfa … sangat menyesal.Alfa ingin mendekati Bella, namun pekikkan dari Dika membuat Alfa mengurungkan langkahnya.“Bella!” Alfa menatap Dika yang berjalan dengan cepat ke arahnya.Alfa menatap Bella yang diam tak be
Baca selengkapnya
(49) Queen?
Bella tak kembali lagi pada rumah mewah Dika, ia pulang ke Apartemennya. Pagi-pagi sekali, Bella berjalan menyusuri jalan yang sudah ramai dengan kendaraan yang melintas sana sini. Bunyi deruman mesin sebagai pengiring irama disetiap langkah kaki yang dilalui.Gedung tinggi Lit High School sudah terlihat, Bella mencengkeram tasnya dan menguatkan dirinya karena hal yang besar pasti akan terjadi setelah kakinya memasuki gedung mewah tersebut.Bella menghembuskan napasnya dalam-dalam seolah mempersiapkan diri pada hal yang akan terjadi setelah ini.Kakinya mulai melangkah pelan, para murid Lit High School dengan cepat mengblokir langkah kakinya. Bella memandangi wajah mereka satu per satu, salah satu dari mereka adalah Sennie dan Tari pun ikut serta bersama para gadis itu.Bella memejamkan matanya, ia mencoba melewati gadis-gadis yang mengelilinginya. Sekali pun Bella tahu ia tak bisa, namun tetap dilakukannya.“Gue minta maaf, Bella. Gue sadar
Baca selengkapnya
(50) Perasaan yang Hancur
Dika berdiri di jembatan tua yang jarang dilalui oleh para pengendara seraya matanya memandangi langit biru yang luas. Air matanya dengan malu-malu menetes diujung matanya. Isakkan pelan keluar dari bibi sexy-nya. Pikirannya sedang kalut bagai air sungai yang keruh.Dika menjambak rambutnya kuat-kuat berharap hatinya yang kusut segera membaik. Berharap perasaan sedih yang menghampiri hatinya segera terbang bebas di udara. Berharap rahasia yang keluarganya simpan dengan rapat tak tersebar di seluruh penjuru kota. Berharap hari ini hanyalah bagian dari bunga tidurnya saja.Kenyataan kembali menamparnya kuat-kuat, bahwa rahasia itu sudah tersebar. Bahwa hari ini adalah nyata, bukan bunga tidur yang Dika harapkan.“Mama ….” Dika berucap dengan lirih diiringi isakkan tangisnya yang sendu.Dika tak pernah tahu wajah mamanya yang melahirkannya namun wanita itu telah tiada, telah kembali pada sang kuasa.Lagi-lagi ucapan pelan kembali pa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status