All Chapters of Malam Tanpa Noda : Chapter 271 - Chapter 278
278 Chapters
Membebaskan
Malam Tanpa Noda Hari penembusan Lily telah tiba, Fian di temani Faisal menuju pabrik kosong pada malam hari. "Om, yakin ini tempatnya?" "Tentu saja." "Sepi sekali!" "Pabrik ini sudah tak digunakan bertahun-tahun tentu saja tak berpenghuni." Fian mendesah panjang. Kedua tangannya membawa dua tas besar hitam kaluar dari mobil. "Om, tunggu di sini," ucap Faisal. "Baik, aku akan mencari mereka." Fian berjalan ke arah pintu masuk pabrik. Bulu leher Fian bergidik ngeri. Pasalnya, tempat yang sudah lama tak berpenghuni banyak sekali makhluk halus. Fian membuang pikiran negatif. Tujuannya saat ini adalah menjemput Lily. "Tega sekali mereka kalau Lily berada di tempat ini." Fian berjalan hingga berada di pintu masuk pabrik. Pintu itu telah rusak dan tak terbentuk lagi. Suara dering telepon Fian memecahkan pikirannya saat ini. Fia
Read more
Terjebak
Malam Tanpa Noda Kedua tangan Fian terikat ke belakang, Fian tak sadarkan diri sejak beberapa jam lalu. Johan menatap lelaki gagah dan tampan dihadapannya. "Bang ... bangun ...." Drian menatap kakak kandungnya yang belum sadarkan diri sejak beberapa jam. Memastikan keadaan lelaki itu baik-baik saja. Putra juga berada bersama mereka. Tiga lelaki terikat dengan lutut bertekuk di hadapan Johan. Putra juga diculik ketika mengantar kedua anak kembarnya ke sekolah. Fian tak menyadari kalau sang ayah telah diculik oleh mereka. "Jangan sakiti anakku, Johan!" ancam Putra menatap tajam lelaki yang telah dianggap keponakan olehnya. "Tenang saja Om. Rasa sakitnya hanya sekilas." Tawa mengema di pabrik tua itu. "Mengapa kamu lakukan ini, Johan?" "Om tak ingat?" Menaikkan satu alis ke atas. "Papaku meninggal karena Om." Kebencian terlihat jelas di mata Johan. "Itu buk
Read more
Tersekap
Malam Tanpa NodaJohan sangat bergairah melihat hal ini. "Sangat cantik dan memesona," puji Johan. Drian berteriak memaki Lelaki itu dengan segala macam nama binatang. "Jangan sentuh dia!" teriak Drian. Rahangnya mengeras dan wajah memerah. Johan tak peduli tetap berjalan menuju wanita itu. Wanita cantik bagaikan bidadari. "Hentikan Johan! Kamu menyentuhnya akan aku bunuh!" ancam Drian. Wajahnya memerah urat leher terlihat membesar. Napasnya terputus-putus. Satu pukulan menimpa punggung Drian. Lelaki itu tetap bertahan. Johan menghentikan langkahnya, berbalik arah dan menghampiri Drian. Tersenyum menyeringai. Tubuhnya menjongkong menarik rambut belakang hingga rontok. "Kamu ancam aku. Padahal, umurmu tak lama lagi. Ha ... ha ...." Menjambak rambut Drian lebih keras. "Cuih!"Johan mengusap wajahnya dengan tangan kiri. Anak buah Johan menendang tubuh Drian berkali-k
Read more
Gedung Tua
  "Kalau begitu. Jauhkan dia dan jangan ganggu wanita itu. Kamu tak ingat berapa umurnya?" "Tentu Sayang. Sekarang kita selesaikan semua dan setelah itu kita bersenang-senang." Johan kembali menatap penerus Mahendra. "Bawa semuanya ke mari dan habiskan mereka sekarang juga!" Teriakkan Johan menyadarkan Airi. Wanita itu membuka mata perlahan. Makian Drian membuat dirinya sadar sesuatu telah terjadi. "Prily ...." Johan menoleh ke arah Airi. "Selamat datang Bunda. Bagaimana tidurmu?" Airi ingin bergerak namun, tubuhnya terikat."Lepaskan aku." "Lepas? Tidak!" Johan menyeringai. "Prily, tolong ...." Wajah Prily berubah pucat. Ia tak tega melihat wanita yang telah mencurahkan kasih sayang untuknya. Johan melirik Drian sinis. "Lepaskan wanita ini!" Tali yang mengikat Airi terlepas satu persatu. Airi menyent
Read more
Penghianatan Terbongkar
Malam Tanpa Noda Semua serangan Drian tak dapat menyentuh kulit Johan sedikitpun. "Kamu tak akan bisa melawanku." Johan menyeringai. Setiap serangan selalu ditangkis. Kaki kekar Drian menendang ke arah perut Johan hingga lelaki perusak itu terjerembab di lantai, tawa terdengar di bibir Johan. Johan segera bangkit dan memiringkan kepala, Drian hendak menghampiri Johan namun, lawannya mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya. Senyum menyeringai menghampiri Airi. Wajah tampan milik Johan menatap ibu dari anak-anak Mahendra. Menarik wanita itu kasar, Prily hendak menghalanginya namun kalah cepat. "Drian!" panggil Airi. Johan menodongkan senjata dengan pelatuk menempel di jarinya. Tersenyum menyeringai, sekali tekan sejata api itu akan meledak dan masuk ke dalam kepala Airi dan napas akan terhenti dalam hitungan detik. "Kamu mendekat aku pecahkan kepalanya. Mundur!" Membulatkan
Read more
Dewi Penolong
Malam Tanpa Noda Tubuh Prily dibawa dengan mobil ambulance. Selama perjalanan tangan Drian tak lepas dari wanita berwajah boneka. Pengorbanan untuk orang tuanya sangat besar. Rela mengorbankan nyawa demi belahan jiwanya. "Prily, bertahanlah!" Air mata menetes di pipi lelaki itu. Para medis menawarkan diri untuk mengobati luka Drian. "Tidak usah! Selamatkan saja istri saya." Tubuh Prily terkujur kaku bagian perut mengalir noda merah. Tangan petugas menekan bagian itu agar tak kehilangan banyak darah. Semua setok darah sudah dipersiapkan untuk Prily sesuai golongan darahnya. Golongan darah Prily mudah dicari, memudahkan para medis melakukan operasi. --Drian menunggu Prily di ruang tunggu operasi. Gelisah dan takut kehilangan wanita itu. Tak peduli Prily telah mengkhiantinya. Bermain api dengan Johan dan berakhir di tempat tidur. Melihat tubuh
Read more
Dua Sejoli
Malam Tanpa Noda  Dua orang sejoli berada di sebuah hotel bintang lima. Sang lelaki berada di atas tubuh wanita. Meliuk-liuk bagaikan ular.Suara mereka bagaikan nyanyian kerinduan. Rindu setelah semua terjadi. Rindu setelah kehampaan menyelimuti. Pikiran negatif selalu menghantui. Kecemburuan membuat Drian tak berpikir jernih. Drian melepaskan diri dan terbaring di samping wanita tanpa sehelai kain. Wanita berwajah boneka bibir manis istri Drian.Prily selamat dari aksi penembakan itu. Walaupun, dirinya koma untuk beberapa hari.Seluruh keluarga Mahendra berdoa kepada sang pencipta agar Prily diselamatkan dari maut. Airi melakukan amal secara besar-besaran meminta doa kepada anak-anak yatim piatu. Prily meletakkan kepala di dada bidang Drian. Memainkan jemari lentik memutar-mutar. Membentuk nama dirinya dan juga lelaki yang dicintainya. “Aku lapar,” rengek Prily.&n
Read more
End
Malam Tanpa Noda   Perut Lily semakin membesar. Mereka sudah melakukan syukuran tujuh bulan dan kini menunggu kehadiran sang buah hati. Fian selalu Siaga. Begitu juga Airi dan Putra. Tak ingin cucu pertamanya mengalami hal buruk. Lily dan Fian kembali ke rumah Mahendra.  "Aduh!" teriak Lily melepaskan ponsel hingga membentur lantai keramik putih.  Fian menghampiri istrinya dan menutup panggilan begitu saja.  "Drian, kita harus pulang!" pinta Prily.  "Tidak bisa. Kita baru sehari di sini?"  "Kamu tak dengar kalau Lily teriak kesakitan."  "Belum waktunya ia lahiran masih satu bulan lagi."  "Tapi, aku khawatir sekali!"  "Kita hubungi adik kembar. Mereka pasti tahu."  Jemari kekar Drian menekan kontak Afisah  dan menunggu panggilan terangkat.  Dua kali berdering baru diangkat oleh gadis manis yang beranjak dewasa. 
Read more
PREV
1
...
232425262728
DMCA.com Protection Status