All Chapters of The Hot chef and me: Chapter 21 - Chapter 30
72 Chapters
Bab 21. Fun time
Drew menepati janjinya, ia sudah mengosongkan jadwal selama satu minggu. Dave sudah mengatur itu sedemikan baik. Bahkan, Dave merasa heran dengan model di bawah asuhannya itu, Jena memberi perubahan di hidup Drew begitu cepat.  Tas koper besar sudah di bawa Jena, ia berdiri di depan bangunan apartemennya untuk menunggu Drew yang janji menjemputnya. Tak lama, mobil truk modern berjenis Sierra menghampiri. Pengemudi itu turun, tersenyum menampilan deretan gigi putihnya sambil berjalan menghampiri Jena. Kaos pres body warna hitam melekat di tubuhnya begitu seksi. Sapaan dan kecupan singkat di bibir Jena diberikan Drew. Ia membantu membawa tas koper Jena kemudian meletakkan di bagasi belakang.  Beberapa paparazi mengabadikan momen mereka itu, Jena tampak risih, namun Drew menenangkan dengan merangkul sambil membawanya masuk ke dalam mobil. Tak lupa, Drew menyapa ramah para paparazi itu.  "Aku lupa jika dirimu
Read more
Bab 22. Kelahiran baru
Jena tak berani menyahut panggilan ibunya, akhirnya justru Drew yang beranjak dari tempat tidur guna menjawab panggilan itu. Jena mewanti-wanti untuk tidak memberitahu jika ia berada di dalam kamar Drew. Pria itu merapikan kaosnya, lalu mengecup singkat bibir Jena sebelum berjalan ke arah pintu, sementara Jena kembali memasang bra yang sudah terlempar entah ke mana, begitu pun dengan baju tidurnya. Ulah Drew membuat Jena malu sekaligus terkejut karena tak pernah ia melakukan hal itu kepada pria mana pun. “Drew! Apa kau lihat putriku?” suara ibu terdengar, Jena masih diam berdiri di balik pintu kamar, sedangkan Drew mengalihkan pencarian ibu dengan berbincang di lantai satu rumah. Jena membuka pintu perlahan lalu menyusul ke lantai bawah tak lama setelah Drew berbincang. “Sapi yang mana, Bu?” sambar Jena, Drew tersenyum saat melihat wanita itu sudah tampak rapi. “Sapi yang di kandang
Read more
Bab 23. Damn so hot! (18+)
Suara langkah kaki Jena menuruni anak tangga terdengar jelas di telinga keda orang tuanya. “Hai anak cantik Ayah!” sapa ayah saat melihat Jena sudah berdiri di dekat pintu menuju ke ruang makan. Wanita itu berjalan mendekat dan merangkul leher ayahnya, lalu berganti memeluk ibunya. “Ada apa? Mimpinya indah sepertinya?” tanya ibu. Jena mengambil gelas dan ia isi dengan kopi yang sudah berada di teko alat mesin pembuat kopi otomatis lalu menambah sedikit gula diet bubuk. “Apa aku terlihat bahagia, Dad .. Mom?” lirik Jena. Kedua orang tua mereka saling melirik dan tersenyum. Jena duduk, melihat meja makan sudah berisi banyak makanan, roti gandum dengan selai jeruk hasil panen buah perkebunan, sudah menjadi ciri khas keluarga Jena. Matahari sudah meninggi, jam di dinding juga sudah menunjukan pukul Sembilan pagi. Kedua mata Jena bahkan mencari sosok kekasih hatinya. “Jika kau mencari
Read more
Bab 24 Hal baru
Pasar buah diadakan di dekat kantor Walikota sejak dua hari lalu, Jena dan Drew ikut sibuk membantu memanen buah-buahan dari perkebunan. Membawa dengan cara diangkut menggunakan truk kecil khusus buah-buahan. Drew dan Jena begitu menikmati kebersamaan mereka, bahkan Billy dan tunangannya juga ikut memanen. Kebun seluas tiga hektar itu sangat subur ditumbuhi pohon buah. Dahan-dahan pohon yang tidak terlalu tinggi, juga memudahkan siapa pun yang ingin memetik buah tanpa harus susah payah menaiki tangga yang tinggi.   Drew menghampiri Jena, kedua orang tuanya, Billy dan tunangannya di halaman depan rumah, semua sudah bersiap berangkat ke pasar buah itu. Dengan menggunakan kemeja kotak-kotak warna biru dan hitam, celana jeans dengan dedikit robekan di kedua lutut, sepatu berbahan kulit mahal dengan sol tebal berwarna cokelat, membuat Drew tampak sederhana tapi tetap gagah dan tampan. Jena mengenakan baju berkerah warna biru langit, seragam dengan semua anggota kelua
Read more
Bab 25 Niat tersembunyi
Kepindahan Jena tidak diketahui kedua orang tuanya yang menganut pemahanan jika seseorang tinggal bersama dengan kekasihnya itu tidak baik, lebih baik menikah dahulu. Apalagi, banyak yang tau siapa keluarga Jena. Ia kali ini harus berbohong, menyeberang batas pembatas keluarganya untuk hati dan dirinya sendiri.    Drew membantu Jena berkemas, tak banyak barang yang wanita itu miliki, raut wajah Drew begitu bahagia, hari-harinya sudah terbayangkan akan begitu lengkap dengan adanya wanita itu setiap hari disisinya, ia bahkan mengabaikan soal perjanjian yang dibuat bersama beberapa rekan-rekannya. “Sudah semua?” tanya Drew. Jena mengangguk. Mereka berjalan menuruni tangga, mobil Drew sudah terparkir di depan apartemen Jena, wanita itu pamit kepada beberapa penghuni yang ia kenal. Mereka turut bahagia karena Jena memiliki seseorang yang spesial, seperti Drew yang mereka lihat memiliki predik
Read more
Bab 26. Bertemu lagi
Hari pertama Jena bekerja di restoran Pie, dijalani Jena dengan begitu bersemang, bukan urusan dapur, kali ini ia sebagai pelayan. Gajinya cukup untuk pegangan hidupnya, apalagi sekarang tinggal bersama Drew, tak mungkin juga Drew membuatnya kelaparan. Uang gajinya akan ia kirim untuk mencicil hutang kepada keluarganya, akan tetap begitu hingga hutang lunas.  “Selamat datang di Danny’s Pie--” Jena berhenti menyapa. “Maden?” ujar Jena. Maden tampak terkejut bisa bertemu Jena di restoran itu, karena hampir setiap hari ia membeli pie dan kopi untuk sarapan.  “Hai, Jen…” sapanya. Jena mengangguk, ia mengeluarkan catatan untuk pesanan pelanggan. “Kau baru di sini?” tanya Maden. Jena mengangguk. “Kenapa berhenti bekerja di tempat …, kekasihmu itu?” li
Read more
Bab 27. Penyatuan (21+)
Apa yang dipikirkan Jena? Ia sendiri tak paham, hanya mencoba mengikuti naluri dan perasaan di hatinya saja. Ia larut dengan semua yang ada pada diri Drew, hingga menyerahkan apa yang ia jaga seumur hidupnya ini, sedangkan Drew, di pemain yang mahir melakukan, justru akan memberikan Jena kesan yang tak akan bisa ia lupakan seumur hidupnya.  Jena pasrah, membiarkan Drew mulai mencumbui dirinya, hanya jemari tangan dan desahan pelan yang ia lakukan saat bibir Drew menghisap leher kanan dan kirinya bergantian, tak peduli apa akan membuat bekas tanda atau tidak. Jena hanya ingin pengalaman pertamanya ini ia lukan bersama pria yang ia cintai dan membuatnya tenggelam ke dalam diri seorang Drew.  “Katakan padaku, jika memang aku harus berhenti Jena, aku tidak mau kau menyesal. Tolong bilang sekarang, jika tidak, aku tidak ak
Read more
Bab 28. Go Public
"Morning," suara serak itu terdengar di telinga Jena yang sedang berdiri di depan kompor. Ia sedang membuat sarapan pagi dan bekal yang akan ia bawa sebagai menu makan siangnya di tempat kerja. Bosan dan malas juga jika ia harus makan siang di luar tempat kerja.  "Kamu nggak mau ikut aku ke pertemuan itu, Babe?" bisik Drew yang sudah rapi dengan kemeja lengan pendek pres body warna putih, dan celana jeans. Ia juga terus menciumi leher dan bahu Jena yang mulus juga wangi.  "Aku harus masuk kerja, Drew, kau saja ya," lalu Jena mengecup singkat bibir kekasihnya itu. Dua tangan kekar Drew memeluk leher Jena dan membalas dengan ciuman hangat dan lama di pipi kanannya.  "Baiklah, nanti aku jemput ya, aku juga ada rapat dengan staf di resto, karena jika kontrak dengan brand ternama itu aku dapat dan kontrak sebagai juri di acara lomba masak itu juga menjadi milikku, maka aku tidak mungkin mengelola resto
Read more
Bab 29. Rasa yang berbeda
Dengan santai, Drew mengendari mobil sedan mewahnya untuk menjemput kekasihnya, Jenna. Ia tersenyum saat membayangkan malam panas dnegan kekasihnya itu. Ia bisa bernapas lega karena sudah memenangkan taruhan itu dan rekan seprofesi lainnya mengakui kekalahan mereka. Restoran pie itu masih tampak ramai, namun karena shift Jenna sudah berakhir, ia bisa pulang dijam lima sore. Tampak dari kejauhan sosok wanita itu, rambut panjangnya beterbangan tertiup angin. Senyum merekah di wajah Drew saat tiba di parkiran. Ia memarkirkan mobilnya, kemudian mematikan mesin dan segera keluar dari mobil itu. Jenna berlari ke arah Drew dengan cepat, senyum cantik juga terukir di wajah wanita itu. "Hey..." Jenna segera memeluk leher Drew yang memberikan ciuman begitu lama di puncak kepala Jenna. "I miss you," bisik Drew sembari mengangkat tubuh Jenna yang tertawa kecil. "Aku juga merindukanmu, pria besar," ledek Jenna. Drew terkekeh, ia melepaskan pelukan
Read more
Bab 30. Sambutan hangat
Jena merasa gugup saat tiba hari di mana ia akan berkunjung dan menghabiskan akhir pekan bersama keluarga kekasihnya itu, sedangkan Drew, sudah tampak siap untuk segera berangkat. Jena menghela napas sembari menatap kekasihnya itu. "Jantungku berdebar, Drew, apa kau yakin keluargaku akan menerimaku?" Jena menunjukan wajah sendu yang menggemaskan bagi Drew. Pria itu mendekat dan mencium lembut bibir Jena. "Jelas, mereka sudah menyukaimu sejak awal, Sayangku. Ayo lekas, kita hanya punya waktu sampai besok sore, karena hari minggu siang aku ada siaran langsung penjurian acara itu.""Ya, baiklah. Kau menyetir sendiri?" Jena menyambar tas miliknya. "He-em," jawab Drew sembari memeluk mesra wanitanya itu. "Drew!" pekik Jena saat tangan nakal kekasihnya itu menelusup masuk ke pakaiannya, mengusap perut ratanya sembari bibirnya tak henti menciumi leher jena yang terekspos karena ia menguncir tinggi rambutnya. "Sssttss..
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status