All Chapters of Gara - Gara Resleting: Chapter 41 - Chapter 50
63 Chapters
Sequel : Bertemu
       Zein masih diam, hanyut dalam pemikirannya."Bang Jack, kalau hamilin anak gadis orang, apa yang bang lakuin?" tanyanya. "Kamu hamilin anak orang?" seru Jack kaget."jangan deh, karier kamu lagi bagus, tawaran film banyak, jangan aneh - aneh." cerocosnya serius. Zein diam, tatapannya kosong menatap pemandangan indah perkotaan di depannya. Rumah mewahnya jadi semakin terasa dingin, kedua orang tuanya masih marah, kini masalah baru muncul. Zein yakin, Zeva hamil anaknya karena dulu Zein sempat muntah - muntah di pagi hari, sering bermimpi soal anak, dalam perhitungan bulan kandungannya pun sesuai. "Zein, kamu ga seriuskan tanya soal itu? Kamu ga hamilin anak gadis orang?" Zein berbalik, membawa langkahnya melewati Jack dengan acuh. Zein sedang kusut. Sudah 1 minggu dari pertemuannya hari itu dengan Zeva, Zein semakin terganggu
Read more
Sequel : Jadi Tumbal
     Jack terlihat terus mondar - mandir, dengan ponsel menempel di telinganya. Jack terus menyangkal semua pemberitaan yang menerpa Zein pada beberapa wartawan yang menghubunginya. "Astaga!" erang Jack setelah sambungan berakhir, dia merasa kupingnya panas karena banyak menerima panggilan hari ini. Zein masih diam, larut dalam pikirannya. Zein terlihat acuh dengan kejengkelan, kesibukan Jack karena memang sudah tugasnya Jack menangani semua tentangnya di dunia penuh sandiwara itu. "Dalam sebulan, rumor kamu dating hampir sama 6 perempuan terkenal dengan minus 1 anak presiden." oceh Jack dengan wajah di tekuk muram, dia menyesal rasanya mengambil pekerjaan ini. Zein mengangkat bahunya acuh."Ga semua aku yang deketin bang, mereka yang nyamperin." balasnya malas - malasan. Zein meringkuk di sofa, memikirkan soal Zeva membuatnya lelah. Baru pertama kali selama dia hidup, p
Read more
Sequel : Membuat Zeva Lelah
      Zeva merapihkan kasurnya, setelah puas melihat isi rumah Zein. Perutnya yang terhalang gaun tidur putih cukup menutupi perutnya yang buncit. "Belum tidur?" Zeva menoleh, mengerjap pelan dengan melempar senyum."Belum, Zeva masih ga ngatuk, Geo." jawabnya. Zein terlihat canggung, entahlah. Kenapa juga seorang playboy mendadak canggung hanya karena melihat perempuan manis dengan gaun tidur tipis dalam keadaan hamil di kamarnya. Ugh! Zein merasa telinganya panas. Imajinasinya tiba - tiba aktif. Bagaimana ya rasanya making love dengan wanita hamil? Zein memang brengsek, baru bertemu lagi malah ingin membuat Zeva lelah di bawahnya. "Geo?" Zeva sudah berdiri di depan Zein, mendongkak dengan menatap bingung. "Hm?" "Kok ngelamun? Zeva panggil - panggil sama tanya Geo tadi." jelasnya dengan mengerja
Read more
Sequel : Berusaha Membahagiakan
      Dokter berusia matang itu terlihat serius memperiksa Zeva, semua peralatan medis untuk kandungan mendadak memenuhi kamar Zein. Zein yang berdiri di samping Jack terlihat bahagia, dia baru saja mendengar detak jantung anaknya. "Kandungan sudah masuk 8 bulan akhir, posisi dan keadaan keduanya baik, terus pertahankan." Zein tersenyum tipis setelah mendengarnya. Sudah 3 hari Zeva di rumahnya, dokter baru sekarang datang karena Zein melarang untuk datang sebelum dia dapat waktu luang. "Makasih, dok." Jack membungkuk sopan. "Suaminya siapa?" dokter itu memandang keduanya lalu tersenyum."kamukan?" tepuknya pada Zein. Zein tersentak pelan, Jack tampak terkejut. "Tenang, rahasia aman. Semangat shootingnya, istri saya begitu tergila - gila padamu Zein." Zein tersenyum hangat."Lain kali kita bisa makan malam bers
Read more
Sequel : Kesempatan tidak datang dua kali
     Red karpet membentang panjang. Para wartawan terlihat sibuk di setiap sisinya, menyiapkan semua kamera dan perlengkapan lainnya. Para bintang malam ini terlihat bergantian masuk, dari yang senior hingga Junior, dari yang terkenal hingga yang baru. Dan hingga berakhir pada bintang utama yang sedang hangat - hangatnya di perbincangkan dan di gilai. Semua tampak bersiap, para fans mulai ricuh meneriakan nama Zein. Zein melirik semuanya di balik jendela mobilnya, dia merasa tidak percaya bisa di gilai melebihi para bintang lainnya yang lebih dulu berkecimpung di dunia sandiwara. "Abang tunggu di ruang sebelahnya, jangan jawab pertanyaan yang ga sesuai sama yang kita diskusiin kemarin." Zein mengangguk, merapihkan jasnya lalu mulai membuka pintu dan turun dari mobil. Semua terlihat berlomba menjadi yang paling depan. Kedipan - kedipan kamera b
Read more
Sequel : Kembali sekolah dan Zeva sakit.
      Zein menyesap jus jeruknya sedikit, matanya mengedar ke setiap sudut kantin yang kini ramai. Apalagi di tambah dirinya yang hadir. "Dia kelas dua belas, udah pengalaman." Andi membisik pada Zein yang acuh dan terlihat malas sekolah itu. Zein mengangkat alisnya."Terus? Dia yang waktu itu lo ceritain? Yang mau aja di ajak main di toilet?" tanyanya dengan santai. Andi mengangguk."Dia juga anak dari pemilik tempat tatto yang bikinin lo tatto, Gar." jelasnya. Zein menautkan alisnya."Oh cewek itu, gue pernah liat. Sempet main juga abis beres tattoan." jelasnya acuh tak acuh. "Anjir, keduluan dong, tatto yang mana?" kini Agil yang terlihat penasaran. Zein membuka seragamnya sedikit."Ini, udah cukup lama dan gue ga minat, ga terlalu enak servisnya." terangnya acuh. "Lo mau yang kawai'kan, tipe lo gue tahu,
Read more
Sequel : Mau Zeva.
      Zeva menggeliat, matanya terbuka lalu mengerjap beberapa kali. Kenapa langit - langitnya berubah? Setahu Zeva dia masih di ruangan serba putih, alias rumah sakit. "Udah bangun?" Zein menghampiri Zeva, mengusap sekilas kepalanya lalu berlalu lagi menuju meja tempat dia bermain komputer. Zein menyesap tehnya lalu mulai menyalakan lagi film yang sempat dia jeda. Zeva perlahan menuruni kasur milik Zein, melangkah gontai ke arah Zein yang tengah fokus itu. "Zeva kok di sini?" tanya Zeva setelah berdiri di samping Zein yang duduk itu. Zein menoleh, mengusap perut Zeva sekilas sebelum meraih pinggangnya dan membantu bumil itu duduk di sebelah pahanya. "Infusan udah habis, demamnya juga udah turun." Zein menjelaskan dengan acuh, dia mencoba fokus walau wangi Zeva sedikit mengganggunya. Zeva yang duduk di sebelah paha Zein terlihat ikut
Read more
Sequel : Jalan
      Zein mengeringkan rambutnya, kedua kakinya bergerak menghampiri Jack yang terlihat sendirian dengan wajah mendung itu. "Bang Jack keliatan makin tua." ejeknya sebelum duduk di sebrang sang manager. Jack memindai dengan kesal wajah tampan yang berlagak tidak berdosa itu. "Dasar bocil!" Jack mendorong tab di meja ke arah Zein."baca itu, biar bisa dapet pengetahuan." lanjutnya dengan sedikit sensi. Zein meraih tab, membaca beberapa tradisi di negara ini. Pernikahan dan hamil di luar nikah. "Terus?" tanya Zein dengan begitu ringannya. Jack menganga sesaat."Terus kamu bilang? Anak kamu mau lahir dan butuh status yang jel—" "Bang Jack serius nyuruh artis abang nikah? Secara hukum, nanti akan ada data loh bang." Zein menatap Jack serius. "Terus kamu mau biarin wanita muda yang baru beres di bikin cape itu begitu aja?
Read more
Sequel : buaya setia
       Zein tersenyum tipis, gelagat Zeva sungguh lucu. Seperti pencuri amatiran. Ragu, kaku tapi ingin jadi satu. Zein yang sangat mudah menghafal dialog itu jelas tidak lupa soal tidak bolehnya Zeva terlalu banyak makan ice cream. "Udah cukup." Zein meraih cup ice cream di tangan Zeva lalu memasukannya ke tempat sampah mini yang selalu ada di dalam mobil itu. Zeva mengerjap pelan, melirik tong sampah lalu menatap Zein yang tersenyum seraya mencubit gemas pipinya. "Dokter bilang apa? Jangan terlalu banyak makan ice, biar bayinya ga besar di dalem." Zein meraih kepala Zeva, mengecup acak rambutnya. Jack yang mendengar itu menoleh sekilas, dia juga lupa soal itu. Untung Zein panjang ingatan. "Di buang?" tanya Zeva dengan melirik tong sampah itu nanar. Zein terkekeh pelan, wajah polos Zeva semakin terlihat menggemaskan. Zein menggigit sayang pipinya
Read more
Sequel : Perjuangan
   Suara 'CUT' terus saja berulang, bahkan terdengar kesal."Zein, ada apa hari ini? Bahkan baru di mulai." keluh sutradara. "Maaf, om." sesal Zein dengan di akhiri helaan nafas berat. Zein masih terganggu dengan keadaan Zeva. Katanya Zeva di larikan ke rumah sakit, tanpa tahu alasannya apa. Zein paham, mungkin Zeva dan yang lainnya tidak mau membuatnya khawatir. Tapi, dengan ketidak tahuannya justru Zein semakin terbebani. "Istirahat sebentar." putus sang sutradara. Zein sesekali meminta maaf, pada kru maupun lawan mainnya. Dia sungguh tengah kacau. Pengaruh ibu dari anaknya itu memang dahsyat. "Zein, bang Jack udah bilangkan, Zeva ga papa cuma capek." gemasnya kesal. Zein menyorot Jack dengan tidak percaya."Bang, kita emang baru sebentar bareng - bareng, tapi aku tahu kalau bang Jack lagi bohong sekarang." nada suara
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status