All Chapters of PENYESALAN: Chapter 71 - Chapter 80
93 Chapters
71. Mabuk
"Tante, tidak perlu seperti ini. Aku gak ingin repotin Tante lagi. Selama ini Tante sudah banyak membantu keluarga kami. Tan, aku permisi dulu ya.""Tunggu, Key!"Keysha menghentikan langkahnya. "Tante ingin ketemu sama Cinta, boleh kan?""Boleh, Tante. Ayo!"Nadia menggamitku, mengikuti langkah keponakannya. Tak jauh dari tempat parkir Rumah Sakit, terlihat Cinta tengah digendong oleh ayahnya."Sayang, coba lihat siapa nih yang dateng bersama bunda?" ujar Keysha pada putrinya. Ia meraih Cinta dari gendongan sang suami."Hallo Cinta, ya Allah lucu banget, makin menggemaskan aja nih!" seru Nadia. Kulihat Rizki menatapnya tak biasa. Aku tahu, lelaki itu pasti masih menyimpan perasaannya pada sang istri. Keysha, Nadia dan Cinta sedang bercengkrama bersama.Aku berjabat tangan dengan Rizki. "Bagaimana kabarmu?" tanyaku."Aku baik Hasbi, Keysha yang memang sedang sakit. Kalian sendiri gimana? Sehat? Kenapa
Read more
72. Gagal
"Mas, kau tidak apa-apa?" Andin mengulangi pertanyaannya. Ia mendekat ke arah Hasbi. Lelaki itu hanya memegangi kepalanya."Nadia ..." racaunya. "Nadia, kau kah itu?" Kesadaran Hasbi mulai luntur.  Ia sudah tak bisa berpikir jernih.'Dalam kondisi seperti ini pun kau masih memikirkan istrimu yang udik itu? Hah! Menjengkelkan sekali!' gerutu Andin."Iya, Mas. Ayo kita pulang," ucap Andin."Ah iya, ayo kita pulang. Aku sudah kangen banget sama kamu Nadia," racau Hasbi lagi.Ia mulai memapah pria itu yang berjalan sempoyongan, bahkan tak bisa menopang dirinya sendiri.Andin memesan kamar hotel yang lokasinya tak jauh dari Cafe Clarissa. Ia membaringkan pria itu di ranjang yang begitu empuk dan istimewa, dengan sprei dan bedcover warna putih.Ia menyeringai puas. Usahanya mencampur minuman Coca-Cola dengan Vodka membuahkan hasil. Hasbi langsung mabuk berat."Dasar kau jadi pria polos sekali! Apa kamu tak pernah mengalami ini s
Read more
73. Terima kasih sudah mempercayaiku
Nadia begitu khawatir saat melihat kondisi sang suami tidak baik-baik saja.  "Terima kasih Pak, sudah mengantar suami saya." "Iya, sama-sama Mbak. Kalau begitu saya permisi." Nadia langsung memapah sang suami masuk ke dalam rumah. "Mas, apa yang terjadi, kenapa kamu bisa seperti ini? Kenapa kamu mabuk-mabukan, Mas?"  "Hmmm ... Nadia, aku rindu. Aku rindu padamu. Setiap hari setiap waktu aku selalu merindukanmu, Nadia. I love you, sayangku." Nadia menggelengkan kepalanya perlahan mendengar racauan sang suami.  Tapi ia juga tersenyum, di saat mabuk seperti ini pun, ia menggodanya. "Ini tidak seperti kamu, Mas. Kamu gak pernah mabuk-mabukan. Kenapa hari ini kau mabuk? Itu kan haram dalam agama kita. Kenapa kau lakukan ini, Mas? Kenapa tidak menolak saja saat partner bisnismu menawari minum?" Bagaimana pun juga Nadia masih tak percaya terhadap apa yang dilakukan sang suami.  Tiba-tiba saja Hasbi memuntah
Read more
74. Ancaman
Ketegangan yang sempat terjadi antara Hasbi dan Nadia kini bisa mencair kembali. Hasbi sangat menyayangi Nadia, begitupun sebaliknya. "Sayang, Mas berangkat ke kantor dulu ya. Jaga baik-baik dirimu dan bayi kita," pamitnya seraya mencium kening sang istri. Nadia mengangguk, tersenyum. "Hati-hati di jalan, Mas," ujarnya melambaikan tangan saat mobil sang suami mulai menjauh. Wanita itu masuk ke dalam kamarnya kembali dan melihat dua buah map tergeletak di meja kerjanya.  "Bukankah ini dokumen penting untuk meetingnya hari ini, kenapa bisa ketinggalan?" Ia memeriksanya sebentar. Benar saja, dokumen itu yang ditunjukkan oleh Hasbi tadi malam. Dokumen yang sangat penting baginya. "Dia pasti terburu-buru tadi sampai lupa memasukkan ini ke dalam tasnya." Nadia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Menghubungi sang suami, tapi berulang kali tak menyahut. Mungkin karena dia fokus di jalan. Wanita itu berlalu ke
Read more
75. Bertahan atau Melepaskan
Usai mengancam Nadia, Andin melenggang pergi tanpa rasa bersalah. Meninggalkannya sendirian. Nadia merintih kesakitan, ia mencoba bangkit walaupun perutnya kesakitan. Tapi nyeri hebat di perutnya tak bisa ia tahan. Sementara di dalam ruangan direktur, Hasbi terlihat begitu cemas. Ia menelepon bagian resepsionis apakah wanita berhijab biru itu sudah keluar dari kantor atau belum. "Belum Pak, Bu Nadia belum keluar dari kantor." Jawaban sang resepsionis membuatnya resah. Hasbi keluar dari ruangannya dan menuju ke meja sang sekretaris.  "Kau tahu istriku ke arah mana?" "Istri bapak yang pakai jilbab biru?" "Iya." "Saya lihat tadi ke toilet, Pak. Tapi sampai sekarang belum keluar, Pak." Hasbi mengepalkan tangannya dan meninjunya ke udara. Ia langsung berlari ke arah toilet.  Membuka pintu dengan kasar dan mendapati istrinya tersungkur. Darah merembes dari bagian bawahnya. "Astaghfirullah Nadia!" pek
Read more
76. Ikhlaskan
Hasbi memasuki ruangan, usai Keysha pergi meninggalkannya. Ia melihat istrinya kembali berbaring."Nadia ..." sapanya pelan.Wanita itu menoleh. Hasbi tersenyum melihatnya. Mungkin setelah bercerita dengan keponakannya hatinya menjadi lebih baik."Nadia, makan dulu ya. Ini makananmu masih utuh. Perutmu harus diisi lho, biar ada tenaga. Biar cepat sembuh."IPNadia mengangguk. Ia memandang sang suami dengan tatapan entah. Seolah meminta kepastian dan juga pengharapan.Hasbi tersenyum, mengambil piring berisi makanan itu dan menyuapi istrinya. Mereka hanya saling pandang. Sesekali Hasbi tersenyum memandang Nadia yang tampak begitu kuyu. Wajahnya pucat pasi. "Mas, kenapa menatapku seperti itu?" tanya Nadia, lama-lama dia malu sendiri saat pandangan sang suami tak pernah lepas darinya."Kamu cantik," puji Hasbi.Nadia mencebik kesal. Ia merasa sang suami tengah merayunya. "Jangan ngerayu aku, Mas. Kamu cuma ingin membuatku ter
Read more
77. Hilang
Nadia sudah tenang kembali. Tertidur dengan damai. Wajahnya begitu pucat. Mungkin selama beberapa hari ke depan ia akan berada di Rumah Sakit untuk masa pemulihan.Hasbi menghubungi Mbak Sarni agar dia bisa bergantian menjaga Nadia di RS. Sementara Zikri biar Mak Piah dan beberapa karyawan Nadia yang lainnya yang mengurus.Keesokan paginya, Mbak Sarni datang ke Rumah Sakit."Mbak, aku titip Nadia dulu. Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku ya.""Baik, Mas.""Oh iya, jangan biarkan siapapun masuk selain suster dan dokter ya.""Iya, Mas.""Pokoknya jangan tinggalin Nadia sendirian. Kalau Mbak Sarni ingin keluar mencari makan, titipkan sama suster ya. Jangan biarkan ada orang asing masuk ke sini.""Iya, Mas."Hasbi pun mengangguk, walaupun ia tak tega meninggalkan Nadia bersama orang lain, tapi bagaimanapun juga ia masih pun
Read more
78. Hampir Tetabrak
 "Zikri hilang Mas.""Apa? Hilang? Kenapa bisa?""Maaf Mas, tadi Mak ambil minum ke belakang, tiba-tiba Zikri gak ada.""Mak, jangan bercanda. Di sana ada banyak orang, masa iya gak ada yang bisa jagain Zikri sebentar saja?""Mak mohon maaf mas, semuanya sibuk bekerja karena banyak pesanan, jadi tidak memperhatikan Zikri kemana ..."Hasbi frustasi ia mengepalkan tangannya dan meninju udara. Panggilan itu ia tutup begitu saja. Nadia mendongak, mendengar percakapan suaminya di telepon. Dadanya berdegup dengan kencang. Matanya mulai berkaca-kaca. "Mas, apa itu benar?" tanya Nadia."Kau tenang ya, Nadia. Bisa saja Zikri sedang mainan tapi Mak Piah gak lihat. Aku akan memastikannya di rumah.""Aku ikut pulang, Mas.""Jangan sayang, kondisimu lemah begini. Tetap di sini ya. Berdoa saja, Zikri cepat ketemu.""Mas, tapi--""Nadia, aku tahu kamu khawatir. Tapi tolong tetap tenang ya.
Read more
79. Bertemu
 Perempuan yang sudah sepuh itu terisak mendengar majikannya marah-marah. Baru kali ini ia menyaksikan langsung Mas Hasbi marah besar. Itu semua akibat keteledorannya."Iya Mas Hasbi, ini salah emak. Mak dah teledor gak bisa jagain Dek Zikri," balas Mak Piah dengan nada tergugu.Hasbi kembali menghela nafasnya dalam-dalam. "Mas, apa jangan-jangan Dek Zikri diculik?" celetuk salah seorang karyawan Nadia.Diculik. Ya, benar saja. Apalagi seseorang pernah mengancamnya, kalau ada sniper dan mata-mata yang mengawasi keluarga Hasbi."Sial! Aku kecolongan lagi!" pekiknya. Tanpa berpikir panjang, Hasbi segera pergi menemui Andin. Ya, hanya dia satu-satunya wanita yang tengah gencar meneror keluarganya. Posesif dan ambisinya memiliki Hasbi membuatnya hilang akal.***Berdasarkan informasi dari kantor tempatnya bekerja, Hasbi mendapatkan tempat tinggal Andin. Ia menemui Andin di apartemennya saat ini.Pintu terbuka, da
Read more
80. Aku gak mau kalah darinya!
 "Apa yang menimpa aku dan Zikri bukan sebuah bukti? Aku sampai kehilangan bayi kita mas!!""Iya, aku paham, kamu temanglah dulu. Kita masih perlu bukti yang lainnya misalnya rekaman CCTV. Aku akan mencari tahu. Kamu sabar ya."Nadia melengos. Ia merasa sikap suaminya telah berubah. "Tolong jangan bela dia meskipun dia rekan bisnismu. Tapi dia sudah menghilangkan bayi kita. Aku tidak mau keluarga kita hancur karena rekan bisnismu yang psikopat itu!""Nadia, aku tau kamu marah.""Ya, aku sangat marah mas! Aku jadi tak berdaya seperti ini gara-gara siapa?""Nadia, tenanglah.""Mas, bagaimana aku bisa tenang kalau dia masih hidup bahagia di atas penderitaanku!"Hasbi terdiam, ia membiarkan istrinya menumpahkan rasa kesal yang mendalam."Mas, aku gak akan pindah rumah. Aku akan tetap tinggal di rumah kita dan menghadapinya. Aku tidak akan kalah dari dia mas!""Apa kamu tidak apa-apa? Dia orangnya sangat nekat. A
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status