All Chapters of YANG TAK KASAT MATA: Chapter 11 - Chapter 20
25 Chapters
UNDANGAN
Tiga orang pegawai kantor sedang duduk di kafe langganannya. Mereka sibuk menyeruput minuman masing-masing. Kafe sangat sepi. Entah kemana pelanggan-pelanggan setia mereka. Padahal di luar cuaca sangat panas. Harusnya mereka duduk disini sambil menikmati barang segelas es kopi. Begitu pikir tuan pemilik kafe.            Dua orang pria dan seorang wanita. Siapa lagi kalau bukan Gio, Leo, dan Dara. Belum ada obrolan yang berarti. Barangkali karena salah satu atau beberapa di antaranya masih canggung. Harusnya tidak, bukan?            “Kakak menunggu siapa?” Leo heran melihat Gio yang celingak-celinguk.            “Ayahnya Bhara.” Gio menjawab sekadarnya. “Harusnya dia sudah disini.” Katanya lagi sambil terus menatap keluar.     &nb
Read more
CEMBURU
               “Are you okay?” Leo datang menghampiri Dara yang duduk sendirian. Ia memandang ke arah yang sama dengan Dara, menyaksikan dua insan yang sangat berbahagia hari ini. Dara hanya melihat Leo sebentar. Kemudian tersenyum kecil lalu mengangguk.            “Asal kau tahu, hari ini aku tulus berbahagia.” Dara bicara tanpa menatap Leo.            “Ya, aku tahu, dan aku lega.” Jawab Leo. Ia sebaliknya. Ia berbicara sambil memandang Dara dengan cermat.            “Lega karena?” Tanya Dara bingung.            “Karena berkurang satu beban di hatimu.” Jawab Leo tersenyum. &nbs
Read more
PINDAH
9 tahun yang lalu...            Gio masih terjaga di atas tempat tidurnya, walau sudah sejak satu jam yang lalu ia mencoba untuk tidur. Hari Minggu memang waktu yang tepat untuk menikmati tidur siang yang hanya bisa dilakukan seminggu sekali. Entah apa yang merasukinya, ia terus saja merasa kesal kepada Dara. Berulang kali ia membujuk pikirannya sendiri untuk tidak menyalahkan Dara. Tetap saja. Tertolak. Gio terus saja terpejam. Namun tidak tidur.                        Di luar, ayahnya sedang sibuk menelepon beberapa orang berganti-gantian. Suaranya terdengar samar namun seperti ada kekhawatiran disana. Kalau saja tidak didengarnya nama Leo, maka ia tak akan beranjak dari tempat tidurnya.            Gio menghampiri ayahnya dengan pen
Read more
DARA DIMANA
             Gio masih di kamar Leo. Kamar rumah sakit tentunya. Ia menjaga adiknya kalau saja adiknya butuh seusatu. Untuk membunuh bosan ia mencoba mencari acara TV yang dirasa cukup menarik.            “Kak, boleh pinjam handphone?” Tanya Leo tiba-tiba.            “Untuk apa?” Gio hanya melirik adiknya tanpa menoleh.            “Aku mau bermain game.” Leo tersenyum, matanya mengerjap-ngerjap merayu kakaknya.            “Handphonemu mana? Lagipula apa tanganmu tidak sakit?”            “Handphoneku mati. Tadi ayah lup
Read more
INGIN PINDAH
             Leo sampai di rumah usai pulang sekolah. Ia mendapati kakaknya telah kembali dari Kalimantan. Langsung saja dicecarnya kakaknya itu dengan berbagai macam pertanyaan.            “Bagaimana? Kau sudah menyelesaikan urusanmu? Kau tidak lupa meminta nomor teman-temanmu kan? Lalu itu, foto-foto yang ada di handphonemu. Temanmu juga menyimpannya kan?” Gio hanya menatap adiknya yang cerewet. Ia sadar adiknya itu masih merasa bersalah perkara handphonenya kemarin.            “Hmm...” Gio mengangguk.            “Anak yang bernama Dara itu, sudah kau temui?” tanya Leo lagi takut-takut. Gio hanya diam. Baik mulut maupun wajahnya tak memberi jawaban. Gio segera pergi untuk men
Read more
MENCARI LEO
Leo dan Gio memasuki rumah mereka seperti pencuri. Melangkah perlahan dengan mata mengawasi sekeliling. Meski belum jelas, namun firasat mereka mengatakan  telepon ayahnya tadi bukan karena sakit, namun marah. Pertanyaannya sekarang adalah, kenapa?            Sampailah mereka di dapur. Setelah dicari-cari ke seluruh ruangan, ternyata ayahnya ada disitu. Terduduk dengan masih menggenggam handphonenya. Matanya melirik sebentar pada dua putranya yang baru datang itu.            “Kau mau jadi apa? Bolos dua puluh hari? Bilang saja kalau sudah bosan sekolah!” Sapaan ayahnya kali ini sangat mengagetkan bagi dua anak lelaki itu. Satu kaget karena info yang didengarnya, sedang yang satunya lagi kaget karena info itu diketahui ayahnya. Gio yang tak merasa melakukan perbuatan tersebut, melirik kepada adiknya. Terkonfirmasi. Leo memang melakuka
Read more
DUA LELAKI YANG CEMBURU
             Gio memulai tahun pertamanya di bangku kuliah, yang mana berarti Leo telah duduk di bangku kelas tiga SMA. Dengan beasiswa yang ia dapatkan, maka ia bisa tetap membantu ayahnya menjaga toko buku. Ia tidak harus mencari pekerjaan lain seperti yang ia rencanakan jika tidak mendapat beasiswa. Nilai-nilainya yang tinggi di sekolah juga sangat membantu.            Menjadi anak kuliahan tentu membawa banyak perubahan untuk Gio, terlebih waktu yang dimilikinya bersama keluarga. Jika saat SMA saja Gio sudah cukup sibuk, maka saat ini Gio sangat sibuk. Ayahnya mungkin tak terlalu merasakan perbedaannya, karena sejak masih SMA pun dalam kesehariannya ia tak banyak menghabiskan waktu dengan Gio. Pagi-pagi Gio sudah berangkat ke sekolah bersama Leo dan saat pergantian shift menjaga toko, barulah ayahnya bisa bertemu Gio. Kemudian saat malam har
Read more
PERTEMUAN PERTAMA
             Cuaca yang amat terik memaksa Dara duduk sejenak untuk melemaskan otot kakinya yang mati rasa. Diteguknya minuman dingin yang baru ia beli hingga tersisa setengah. Tahun kedua di kuliahnya ini sangat sibuk. Setiap hari tak pernah luput dari tugas yang silih berganti. Belum lagi tugas ini bukan tugas yang bisa dikerjakan dengan tenang di kamar sendiri. Seperti tugas kali ini, menyebar kuesioner yang tentu saja diikuti dengan pengolahan datanya.            Tersisa satu lembar kuesioner lagi. Namun kaki Dara terasa semakin berat. Dengan susah payah ia menegakkan tubuhnya demi dilihatnya hari yang semakin mendung. Ia tak ingin kehujanan seelum sampai di rumah. Seseorang yang duduk sendiri di toserba tempat ia membeli minum telah menjadi targetnya. Darapun berjalan mendekatinya.          &
Read more
KAU LAGI
             Dara telah menetapkan pilihannya untuk bekerja pada penerbit ini. Apa pula yang harus di tunggu. Ia suka serta modalnya cukup. Ya, kemampuan akan bahasa asingnya memang sangat mumpuni. Sudah lebih dari cukup untuk melengkapi syarat sebagai penerjemah di penerbit itu. Dan hari ini adalah hari pertamanya bekerja setelah seminggu yang lalu ia melakukan wawancara.             “Dara.” Suara seorang lelaki mendekati meja Dara. Dara yang mengira itu adalah suara atasan atau seniornya segera bangkit dari kursi. “Kita bertemu kembali.” Kata suara itu lagi.              Dara terdiam sejenak sebelum memastikan wajah dari pemilik suara itu. Karena seingatnya, ia tak memiliki kenalan di tempat ini. Dara sedikit melotot menatap orang itu. Tak butuh waktu lama bagi Dara untuk mengingat wajahnya.               “Kamu?” Uca
Read more
DIAPUN TAK MEMILIKINYA LAGI
Masa kini...            Leo memperhatikan sebuah foto yang disodorkan Dara. Hanya melihatnya sebentar, kepalanya telah mengangguk-angguk menjawab pertanyaan Dara tentang keindahan tempat itu.            “Oke. Jadi akhir pekan ini kita akan camping disitu,” sorak Dara. “Kau harus ikut, ya!” Tambah Dara lagi sambil berlalu. Leo hanya diam. Sebenarnya ia ingin, namun ia merasa akhir-akhir ini terlalu banyak bergabung pada lingkaran kakaknya. Memang tidak ada yang melarang ataupun keberatan. Namun, tetap saja membuatnya bimbang.***            Bukan tempat yang terlalu terkenal di kota ini, tapi keindahannya tak kalah memanjakan mata. Sebab tak banyak dikenal orang, maka menjadi keuntungan tersendiri. Mereka jadi bisa menikmati pemandangan dengan lebih
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status