All Chapters of Terpaksa Menikahi CEO: Chapter 41 - Chapter 50
159 Chapters
S2 : 7. Hubby
Suara tongkat yang menyapu bola golf terdengar di telinga membuat Monika membuka matanya. Samar-samar dia juga mendengar suara tapak sepatu di dekatnya, bergerak kesana kemari seperti tengah sibuk mempersiapkan sesuatu. "Selamat pagi, Nona." Wajah Maria tertangkap retina begitu Monika membuka matanya. "Pagi," jawabnya dengan suara serak, tenggorokannya terasa kering. Perlahan, dia bangun dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Sekilas Monika melihat ke luar, langit mulai terlihat cerah. Jam di atas nakas menunjukkan pukul lima pagi, masih ada waktu dua jam sebelum ia berangkat ke minimarket. "Ini untuk Anda." Maria menyodorkan segelas air putih hangat pada nonanya. "Terima kasih." Matanya menyapu pandang ke sekeliling. "Dimana orang itu?" Maria sedikit tersenyum saat Monika menyebut Rio sebagai 'orang itu'.  "Tuan sedang bermain golf di halaman belakang." "Sepagi ini?" tanya Monika heran. Maria me
Read more
S2 : 8. Aku Cemburu
"Panggil aku 'Hubby' lagi!!" Rio merengek, meminta Monika memanggilnya dengan sebutan itu lagi. Padahal sudah tiga kali wanita ini mengulangnya. "APA KAMU BODOH?!" ketus Monika sebal, menyingkirkan tangan Rio yang meremas jemarinya dengan erat. Wanita dengan pakaian kasir minimarket ini mundur satu langkah ke belakang, sedikit menjauh dari sepotong daging bernyawa yang teronggok di depannya. "Ayolah, Sweety. Panggil lagi!!" Pria 31 tahun yang tiba-tiba bersikap kekanakan ini masih terus merajuk, membuat Monika memutar bola matanya karena merasa jengah. "Baiklah, aku akan memanggilmu itu jika kita sudah selesai sarapan. Waktuku tidak banyak. Aku harus segera pergi bekerja." Monika menuruti permintaan konyol suaminya nanti. "Panggil sekarang!" Rio masih bersikeras. "Astaga!!" Rio menatap Monika penuh harap, ingin segera mendengar panggilan sayang itu lagi dan lagi. "Honey bunny sweety, my lovely hubby. Ayo kita sarapan!" Monika b
Read more
S2 : 9. Tidak Pantas untuk Dimaafkan
"Berhenti di depan. Cukup sampai di sini saja," ucap Monika, meminta Maria menghentikan Audi R8 warna hitam yang dikendarainya."Tapi, Nona. Tempat kerja Anda masih dua ratus meter ke depan.""Tidak masalah. Aku bisa jalan kaki dari sini."Maria tidak yakin dengan perintah wanita di kursi belakang. Meski ia melambatkan laju mobil mewah ini, tapi nyatanya tak langsung berhenti begitu saja."Maria, tolong berhenti sekarang!"Maria sedikit terhenyak, mengmati wajah nonanya melalui kaca spion di hadapannya."Ah, maaf. Baik. Saya akan menghentikannya sekarang." Mau tak mau, wanita berpakaian serba hitam ini menginjak pedal rem dengan kakinya. Dia tidak bisa membantah perintah Monika lagi."Kamu bisa kembali." Monika membenahi penampilannya sejenak, sebelum bersiap membuka pintu di sisi kirinya."Tunggu, Nona." Maria sibuk mengambil sebuah paperbag yang sedari tadi teronggok di atas kursi depan yang kosong. Dia mendapatkan b
Read more
S2 : 10. Tertangkap Basah
Monika berjalan gontai keluar dari minimarket tempatnya bekerja. Hatinya terasa sesak mengingat pemutusan hubungannya dengan Devan pagi ini. Jujur saja, wanita 26 tahun ini tidak rela melepaskan pria yang sudah membersamainya selama bertahun-tahun. Mereka tidak pernah bertengkar sekali pun. Lalu, tiba-tiba hubungan keduanya kandas begitu saja karena orang ketiga. Tentu saja Monika belum bisa merelakan hal itu. "Kenapa jadi seperti ini?" lirih Monika, berjongkok sambil memegangi dadanya yang terasa sakit. Dia menyibukkan diri dengan pekerjaannya di toko, bahkan mengabaikan waktu istirahat agar tidak teringat pada Devan. Tapi kenyataannya, sekarang dia ingat lagi saat pekerjaannya sudah selesai. "Nona. Apa Anda sakit?" Dari kejauhan, Maria tampak berjalan cepat menghampiri Monika. Dia takut sesuatu yang buruk terjadi pada nona yang menjadi tanggung jawabnya ini. Hening. Monika tak menjawab. Remasan di kemejanya semakin erat, menandakan bahwa dia tidak bisa meng
Read more
S2 : 11. Make Over
Monika duduk di depan cermin besar yang tertanam di dinding. Sebuah kain melingkupi tubuh bagian atasnya, bersiap dirapikan potongan rambutnya. Sebuah anting berlian menghiasi sepasang indera pendengarannya. Mereka meninggalkan galeri perhiasan itu beberapa menit yang lalu dan sekarang ada di sebuah salon untuk memperbaiki penampilan wanita ini. "Potongan seperti yang Anda inginkan, Nona?" tanya seorang wanita yang bersiap menata rambut kuning kecoklatan di hadapannya. "Aku tidak ingin memotongnya, tolong rapikan saja ujung-ujungnya." Monika melirik Rio sekilas, sebelum menjawab pertanyaan wanita ini. Rio tak ikut berkomentar. Dia duduk memangku lutut, memperhatikan Monika yang berjarak tiga meter darinya. Rambutnya yang tergerai indah, menambah nilai kecantikannya sebagai seorang wanita. "Ini, Tuan." Leo mendekat, menyerahkan sebuah tablet di tangannya pada Rio. Disana terpampang laporan keuangan yang sebelumnya ia minta, tentunya dengan beberapa pen
Read more
S2 : 12. Forgive Me, Please
"Apa dia begitu memanjakan Anda?" Seketika wajah cantik itu merah merona. Pergulatan panasnya dengan Rio kembali terbayang. Pria itu bukan hanya kuat di atas ranjang, bahkan bisa melakukannya dengan berdiri seperti yang terjadi di ruang ganti kemarin. "Ah, maaf atas ketidaksopanan saya." Wanita itu tampak merasa bersalah, telah bertanya sesuatu yang tidak sepantasnya. Monika tersenyum hambar, tidak tahu bagaimana cara menyikapi wanita ini yang sepertinya kelepasan bicara. "Tolong maafkan saya." "Tidak apa-apa. Lanjutkan saja pekerjaan Anda. Kami harus ada di bandara pukul lima sore nanti." "Baik-baik. Saya akan segera menyelesaikannya," ucapnya setelah mengamati jam dinding di atas cermin. Masih ada dua jam kedepan sebelum waktu yang pelanggannya ini ucapkan. Jadi cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya. "Anda asli lahir di sini atau...?" Kalimat wanita ini menggantung, ragu-ragu dengan tebakannya. Dari wajah dan warna ram
Read more
S2 : 13. Menabuh Genderang Perang
Sebuah pesawat yang terbang dari Singapura baru saja mendarat. Beberapa petugas tampak sibuk, memberi bantuan bagi para penumpang first class mereka untuk mengambilkan barang bawaan yang tersimpan di atas kabin. Seorang petugas berjaga di depan pintu keluar, memberikan ucapan selamat tinggal pada penumpang yang mulai meninggalkan burung besi ini. "Silakan, Nona, Nyonya. Semoga selamat sampai tujuan Anda berikutnya." Wanita dengan pakaian serba biru itu menangkupkan tangan di depan dada, tersenyum ramah pada nyonya Liliana dan gadis yang bergandeng tangan dengannya. "Mommy, aku lapar." Clara merajuk, menggoyangkan lengan wanita paruh baya yang berjalan di sampingnya. Nyonya Liliana tersenyum. "Tunggu sebentar lagi. Kita akan makan bersama Rio." "Aah, iya. Aku hampir lupa." Clara mengambil ujung rambut ikal miliknya dan memilin benda itu sambil tersenyum. Berbagai bayangan indah tergambar di dalam kepalanya. Dia membayangkan Rio yang akan menyambutnya d
Read more
S2 : 14. I Wanna Kiss You
WARNING!! 18+ Rio mengajak Monika makan di sebuah restoran mewah bintang lima bersama nyonya Liliana dan juga Clara. Keempatnya duduk di meja yang sama, tentu saja dengan posisi Monika di dekat Rio. Itu sengaja Rio lakukan untuk membuat ibu tirinya marah. Sepanjang perjalanan menuju tempat ini, Rio terus menggandeng tangan Monika. "Mau pesan apa, Sweety?" tanya Rio, membukakan buku menu yang diberikan oleh salah satu pelayan di tempat ini. "Aku bisa makan apa saja," jawabnya lirih. Rio tersenyum, mengelus puncak kepala istrinya dengan sayang, membuat Monika sedikit menundukkan kepalanya. "Berikan kami dua porsi menu spesial yang kalian miliki." Rio berkata dengan ramah pada pelayan wanita berpakaian hitam putih itu. "Bagaimana dengan Nona dan Nyonya? Mau pesan apa?" "Aku tidak lapar!" ketus nyonya Liliana, tidak sudi makan satu meja dengan wanita yang menurutnya tidak pantas ini. 'Dasar wanita jalang!' umpat wanita lima
Read more
S2 : 15. Obat Perangsang
WARNING!!!! 21+ NOT FOR CHILD * * * Rio mengingat kejadian satu jam lalu, bagaimana obat perangsang itu bisa Monika konsumsi. Seorang pramusaji mengantar makanan yang Rio pesan sebelumnya. Wanita itu pergi setelah memastikan tidak ada komplain ataupun permintaan lain dari pelanggan VVIP ini. Rio menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah lima menit Monika pergi tapi wanita itu tak jua kembali. "Apa dia marah padaku?" gumam Rio, kembali mengingat eksresi wajah Monika yang tampak begitu menyeramkan tepat sebelum ia pergi. "Apa yang harus aku lakukan untuk membuatnya setuju berakting di depan Liliana?" Rio sedikit frustasi, mengingat hubungannya dengan Monika kembali memburuk. Entah kenapa interaksi mereka berdua masih labil, pasang surut hanya dalam hitungan detik. "Haruskah aku menggunakan jalan pintas itu lagi?" Rio kembali mengingat apa yang pernah ia lakukan pada Monika tempo hari, mencampur se
Read more
S2 : 16. Pria Paling Bodoh di Dunia
Tubuh Monika bergetar semakin hebat. Bulir-bulir keringat terus membanjiri pelipisnya. Seluruh tubuhnya bereaksi setelah mendapat sentuhan tangan Rio barusan. Obat perangsang yang ada terkandung dalam makanan dan minuman yang ia konsumsi, sudah aktif bekerja meningkatkan hormon libido di tubuhnya hingga ke batas maksimal. "Apa yang harus aku lakukan?" gumam Rio. Tangannya mencengkeram kemudi erat-erat, bingung dengan apa yang harus dilakukan untuk menolong istrinya. Rio tidak menyangka akan seperti ini jadinya. Tujuan awalnya adalah agar Monika bisa memuaskan hasratnya sekaligus memprovokasi Liliana dan Clara. Tapi, ternyata wanita ini mempertahankan harga diri yang dimilikinya, tak ingin menyerah begitu saja. Monika berpikir lebih baik membiarkan tubuhnya menderita daripada harus menuntaskan hasratnya dengan Sang Suami. Gemeletuk gigi-gigi Monika terdengar jelas, menandakan bahwa gelombang di dalam tubuhnya semakin hebat. Monika semakin erat memeluk lenganny
Read more
PREV
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status